NovelToon NovelToon
I Adopted Paranormal Dad

I Adopted Paranormal Dad

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Pendamping Sakti
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah sembilan belas kehidupan yang penuh penderitaan, Reixa terbangun kembali di usianya yang kesembilan tahun. Kali ini dengan gilanya, Reixa mengangkat seorang pria sebagai ayahnya, meninggalkan keluarganya setelah berhasil membawa kabur banyak uang.
Namun, siapa sangka Reixa membangkitkan kemampuannya dan malah berurusan hal di luar nalar bersama ayah angkatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Keluarga Mahera terus melakukan pencarian besar-besaran untuk menemukan Reixa. Mereka mengerahkan koneksi dan anak buah, bahkan membongkar sindikat penculikan yang mereka curigai terlibat. Namun, meskipun usaha mereka begitu masif, keberadaan Reixa seakan lenyap ditelan bumi.

Sementara itu, Reixa justru menikmati hidup barunya di kontrakan sederhana milik Saverio. Senyum ceria menghiasi wajahnya setelah menyelesaikan pemeriksaan kesehatan bersama pria yang kini resmi menjadi walinya.

"Om, sudah cairkan cek yang aku kasih waktu itu?" tanya Reixa sambil melirik koper besar di meja.

Saverio mengangguk. "Sudah, Rei. Sebagian besar untuk biaya rumah sakitmu. Uangnya masih tersisa banyak," jawabnya sambil menunjuk koper tersebut.

Mata Reixa berbinar penuh semangat. "Kalau begitu, Om, kita pindah kota aja, yuk! Mulai hidup baru!"

Saverio mengangkat alis. "Kau yakin mau pindah sejauh itu, Rei?"

"Tentu saja, Om!" Reixa menatapnya penuh antusias. "Kita beli apartemen, ladang, buka usaha kecil, terus hidup tenang di sana."

Saverio tersenyum tipis, lalu memandang gadis kecil itu dengan tatapan lembut tapi penuh perhatian. "Kenapa kau ingin pergi dari kota ini, Rei?"

Reixa terdiam. Wajahnya berubah sendu, dan pandangannya tertuju pada lantai. Ia menggigit bibirnya, mencoba menghalau ingatan menyakitkan yang tiba-tiba menyeruak.

"Karena paman babi hutan itu ingin aku menderita, Om," ucap Reixa pelan. "Waktu itu, dia mengurungku di gudang selama tiga hari. Hanya karena aku menangisi ayahku..." Suaranya gemetar, dan ia menundukkan kepala, menyembunyikan kesedihannya.

Saverio terdiam, rahangnya mengeras sejenak. Hatinya mencelos mendengar cerita itu, meskipun ia sudah menduga bahwa masa lalu Reixa tidaklah mudah. Ia meraih bahu gadis itu dengan lembut. "Kau aman sekarang, Rei. Selama aku ada, tidak akan ada lagi yang bisa menyakitimu."

Reixa mengangkat wajahnya, menatap pria itu dengan sorot mata penuh harapan dan keyakinan. "Janji, ya, Om?"

Saverio tersenyum, mengacak pelan rambut gadis itu. "Aku janji. Sekarang, ayo kita mulai rencanakan semuanya. Kita pindah, dan memulai hidup baru yang lebih baik."

Senyum cerah kembali menghiasi wajah Reixa. Meski luka di masa lalunya masih ada, ia merasa bahwa hidupnya kini mulai menemukan arah yang baru.

🐾

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba di sebuah kota berbukit yang menawarkan pemandangan laut memukau. Udara segar bercampur dengan aroma asin dari laut menyambut kedatangan mereka. Kota itu, meskipun kini berkembang pesat, menyimpan cerita kelam yang diingat Reixa. Dahulu, kota ini nyaris tak dilirik siapa pun hingga mantan suaminya membeli tanah besar-besaran, lalu mengeksploitasinya tanpa kendali. Overbuilding yang terjadi kala itu membuat kota ini kumuh, namun, anehnya, masyarakat justru menyalahkan Reixa yang tak tahu-menahu.

Mereka berkeliling mencari tempat tinggal. Sayangnya, kontrakan kecil atau rumah sewa sulit ditemukan. Sebagian besar sudah penuh, sementara yang tersedia dimiliki oleh orang-orang yang memandang mereka dengan sinis. Penampilan sederhana mereka, ditambah dua koper besar, tampaknya memberi kesan negatif bagi pemilik properti.

Namun, harapan mereka mulai terbit ketika seorang pria paruh baya mengarahkan mereka ke Apartemen Hunter—bangunan tua di pinggir kota yang memiliki pemandangan laut. Apartemen itu dikenal luas sebagai salah satu bangunan tertua di kota ini, berdiri megah dengan 15 lantai. Dahulu, apartemen ini menjadi primadona bagi para pendatang baru karena lokasinya yang strategis. Tapi seiring waktu, entah mengapa, satu per satu penghuni meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Kini, hanya tersisa beberapa penghuni, kebanyakan lansia dan pegawai dengan penghasilan rendah, yang tetap bertahan karena harga sewanya yang murah dan suasana hangat antar penghuni.

"Ini Apartemen Hunter, Nak. Memang terlihat tua, tapi saya jamin aman," ujar pria paruh baya itu dengan nada meyakinkan.

Saverio mengamati bangunan itu. Cat dindingnya pudar, beberapa retakan terlihat di sana-sini, namun fondasinya tampak kokoh. "Siapa pemilik apartemen ini, Tuan?" tanyanya ramah.

"Saya pemiliknya," jawab pria itu sambil tersenyum kecil. "Penampilannya mungkin tidak menarik, tapi tempat ini jauh dari kata berbahaya. Banyak rumor beredar tentang penunggu dan makhluk halus di sini, tapi selama ini saya tidak pernah mengalami gangguan."

Reixa yang sejak tadi memperhatikan apartemen itu tampak berbinar ceria. "Om, beli apartemen ini aja! Pemandangannya cantik banget!" serunya sambil menunjuk arah laut yang terlihat jelas dari balkon beberapa lantai.

Saverio terkekeh pelan, lalu mengangguk ke arah pemilik apartemen. "Saya tertarik untuk membeli satu unit di sini. Kira-kira, unit mana yang terbaik?" tanyanya, suaranya terdengar penuh keseriusan.

Pemilik apartemen tampak sedikit terkejut mendengar niat Saverio, tapi segera mengangguk. "Kami memiliki beberapa unit kosong di lantai atas dengan pemandangan langsung ke laut. Kalau Anda serius, saya bisa beri harga yang sangat bersahabat."

Saverio tersenyum. "Kami serius, Tuan. Reixa, ayo kita lihat-lihat unitnya."

Mereka pun dibawa naik ke lantai atas. Reixa memandangi setiap sudut apartemen itu dengan mata berbinar, sementara Saverio mencermati detail kondisi bangunan dengan seksama. Baginya, tempat ini mungkin sederhana, tetapi lebih dari cukup untuk memulai hidup baru bersama Reixa.

Pemilik apartemen membawa mereka ke lantai 13, lantai tertinggi yang masih memiliki unit kosong. Koridornya terasa sunyi, hanya suara langkah kaki mereka yang menggema. Cahaya matahari sore menembus jendela koridor, memberikan nuansa hangat namun sedikit melankolis pada lorong itu.

"Ini dia unit terbaik kami," ujar pemilik apartemen sambil membuka pintu dengan kunci lama yang berderit. Unit itu cukup luas, dengan dua kamar tidur, ruang tamu kecil, dapur sederhana, dan balkon yang langsung menghadap laut.

Reixa berlari kecil ke balkon. Angin sejuk menyambutnya saat dia memandang ke cakrawala. "Om! Om! Lihat! Indah banget!" serunya sambil menunjuk ke arah matahari yang mulai terbenam. Laut biru berkilauan diterpa sinar keemasan, menciptakan panorama yang memukau.

Saverio melangkah masuk, memeriksa setiap sudut ruangan. Meski terlihat tua, struktur unit ini masih kokoh. Cat dindingnya sudah mengelupas di beberapa bagian, dan lantainya berdecit pelan saat diinjak, tapi itu semua bisa diperbaiki.

"Tempat ini punya potensi," gumam Saverio sambil melirik pemilik apartemen. "Berapa harganya, Tuan?"

Pemilik apartemen tersenyum tipis. "Karena Anda berniat membeli, bukan menyewa, saya akan memberi harga istimewa. 100 juta rupiah untuk unit ini, lengkap dengan sertifikat hak milik."

Saverio mengangkat alis, sedikit terkejut. Harga itu jauh lebih murah dibandingkan properti serupa di kota lain. Dia tahu usianya yang tua dan rumor-rumor seputar apartemen ini mungkin membuat harganya rendah, tapi tetap saja, ini tawaran yang sangat menguntungkan.

"Baik, saya setuju," jawab Saverio mantap. "Tapi saya ingin memastikan bahwa dokumennya benar dan prosesnya lancar."

"Tentu saja, Nak," balas pemilik apartemen. "Saya akan siapkan semua dokumennya besok. Anda bisa mulai menempati unit ini setelah transaksi selesai."

Reixa melompat kegirangan. "Yeay! Kita punya rumah, Om!" Dia berlari memeluk Saverio erat.

Namun, saat mereka sedang asyik berbincang, Reixa merasakan sesuatu. Dia berbalik, memandang ke sudut ruangan. Matanya yang tajam menangkap bayangan samar seorang pria muda berdiri di dekat jendela, menatap mereka dengan tatapan dingin.

"Ada apa, Rei?" tanya Saverio, memperhatikan perubahan ekspresi gadis kecil itu.

Reixa hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, Om. Aku cuma senang banget!" Dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun, setidaknya untuk sekarang.

Tetapi di dalam hatinya, dia tahu. Apartemen ini menyimpan lebih dari sekadar cerita tentang usia tua atau rumor penghuni gaib. Dan Reixa, dengan kemampuannya, mungkin sudah memulai babak baru penuh misteri di tempat ini.

🐾

"Om, gimana kalau kita bikin usaha di atap? Seperti kafe yang menawarkan pemandangan kota dari ketinggian?" usul Reixa tiba-tiba, matanya berbinar penuh semangat sambil memperhatikan Saverio yang tengah sibuk mengatur barang-barang mereka.

Saverio menghentikan aktivitasnya sejenak, menatap gadis kecil itu dengan senyuman lembut. "Ide bagus, Rei. Tapi kita harus prioritas dulu. Kita renovasi rumah baru kita, beli beberapa keperluan, dan katanya kau ingin punya ladang," komentarnya sambil mengingatkan dengan nada hangat.

Reixa memiringkan kepala, memasang ekspresi berpikir. "Iya, aku lupa soal itu, Om. Tapi, serius, deh, kafe di atap bakal keren banget!" desaknya, matanya kembali berbinar.

Saverio tertawa kecil. "Baiklah, setelah semua rencana utama selesai, kita pertimbangkan. Tapi ingat, menjalankan usaha itu nggak mudah, Nak. Kita harus siap kerja keras," balasnya sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Om Rio, aku ini siapa dulu? Aku kan jenius! Nggak ada yang nggak bisa kalau aku yang ngatur!" ujar Reixa dengan percaya diri, membuat Saverio terkekeh lagi.

"Jenius ya? Oke, kita lihat nanti sejauh mana jeniusmu bisa membawa kita," ledek Saverio sambil mengusap pucuk kepala Reixa dengan lembut.

Reixa terkekeh riang, membayangkan kafe impiannya yang penuh pengunjung menikmati kopi hangat sambil memandang cakrawala. Sementara itu, Saverio merasa lega melihat gadis kecil itu mulai menemukan kembali keceriaan dalam hidupnya.

1
Astuty Nuraeni
Reixa masih 10 tahun pak, tentu saja masih kanak kanak hehe
Ucy (ig. ucynovel)
secangkir ☕penyemangat buat kak author
Ucy (ig. ucynovel)
reinkarnasi ya
Citoz
semangat kk 💪
Buke Chika
next,lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!