Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 34. Menjaga Hati
Oleh Gyeo Wool, Da Eun diberi fasilitas tabib istana agar mengobati luka-luka yang ia dapat setelah menerima hukuman. Begitu juga dengan Boram, ia bahkan di tempatkan di istana dingin bersama dengan Da Eun. Selain agar lebih mudah untuk mengobati keduanya, tentunya juga lebih mudah mengawasi mereka.
Wool merasa ada sesuatu yang lain di diri Da Eun dan Boram. Maka dari itu dia memberikan Boram untuk terus di sisi Da Eun. Tapi Wool juga menempatkan mata-mata nya di istana dingin tersebut.
" Apa tubuhmu sudah lebih baik?"
Hyeon bertanya kepada Wool dengan sangat lembut. Hubungan keduanya sepertinya berkembang semakin bagus.
" Sudah yang mulia, hamba sudah tidak apa-apa. Yang mulia tidak perlu khawatir."
" Ge, tidak bisakah kita bicara santai saat bersama. Kau sungguh membuat kita terlihat sangat berjarak saat ini."
Wool menatap wajah Hyeon dengan seksama. Tampan, ya itulah nilai yang ia berikan terhadap wajah sang suami. Semua orang mengakui ketampanan Hyeon. Namun hal ini juga yang menjadi pertimbangan Wool untuk membatasi hatinya.
Menjadi seorang istri raja berarti harus siap untuk berbagi suami. Harus siap membagi hati dan perasaan. Wool sendiri tentu tidak boleh egois. Ia tidak boleh memiliki Hyeon seorang diri. Jika dia seperti itu lalu apa bedanya dia dengan Da Eun.
" Apa yang kau pikirkan?"
" Tidak ada, hanya teringat dengan para penyerang itu."
" Kau jangan terlalu memikirkan itu. Aku akan segera mengurusnya. Oh iya ada yang ingin aku katakan padamu. Aku harap kamu mau mendengarkannya baik-baik. Setelah itu terserah kau mau menerima atau tidak itu kembali kepadamu."
Wool terdiam saat Hyeon mengatakan hal tersebut. Ia merasa ada hal yang begitu penting yang ingin Hyeon sampaikan padanya.
'" Sebenarnya aku ~"
" Salam yang mulia."
Hyeon membuang nafasnya kasar saat mendengar suara Dae Jung di sana. Ya, Hyeon dan Wool yang tengah duduk di samping danau itu di datangi oleh Dae Jung pengawal pribadi Hyeon.
" Ada apa?'
" Ini soal para penyerang waktu itu yang mulia. Panglima Kyung Sam meminta Anda untuk datang ke sana guna mengintrogasi mereka."
Hyeon memejamkan matanya sesaat. Moments yang begitu pas itu harus hilang karena masalah negara.
" Sudahlah, selesaikan urusanmu dulu. Nanti kita bicara lagi. Kita masih punya banyak waktu nanti."
Hyeon mengangguk. Ia kemudian berdiri dan pegi bersama Dae jung. Tapi sebelum berjalan terlalu jauh Hyeon kembali lagi menghampiri Wool untuk mencium kening istrinya itu sedikit lebih lama.
" Tunggu aku, dan jangan berkeliaran."
Deg
Jantung wool berdegup lebih kencang. Bibir lembut Hyeon yang menempel sempurna di keningnya itu membuat dadanya membuncah. Seperti ada kupu-kupu yang terbang diperutnya. Wajah Wool pun bersemu merah.
Namun sesaat kemudian ia langsung menepuk kedua pipinya dengan tangan.
" Ge, sadar Ge. Kamu tidak boleh secepat ini jatuh hati. Kalau bisa kamu jangan jatuh cinta dengan raja mu itu. Ingat dia suami banyak orang. Dia suami bersama, bukan hanya milikmu sendiri."
Wool kembali menegaskan hatinya untuk ia bentengi. Ia tidak boleh menjadi lemah. Ia harus ingat, harem ini memiliki banyak wanita dan kesemuanya adalah milik Hyeon.
" Andaikan Hyeon itu seperti mendiang raja terdahulu, Raja Hanyoel betapa bahagianya ratu yang dijadikan wanita satu-satu nya oleh suaminya. Huft."
Wool menghela nafasnya dengan begitu berat. Semua ini sudah terjadi, dan dia tidak lagi bisa memilih. Takdirnya sudah ditentukan oleh langit bahkan saat dia baru lahir sekalipun.
🌿🌿🌿
Dae Jung membawa Hyeon bersamanya untuk melihat para tahanan. Setidaknya sekitar 5 orang yang masih hidup. Padahal saat dibawa ke tempat tersebut ada 15 orang. Mereka mati satu per satu tanpa tahu apa penyebabnya.
Saat Hyeon datang bahkan baru saja ada yang meninggal. Hyeon tentu terkejut saat melihat orang yang meninggal itu. Tubuhnya membiru bahkan mereka terlihat seperti kekurangan darah.
" Panglima, apa yang terjadi? Mengapa mereka seperti itu?"
Kyung Sam tidak bisa menjawab pertanyaan Hyeon karena dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Dia juga terkejut dengan kematian mereka yang berurutan. Padahal tadinya mereka masih baik-baik saja.
" Apa mereka memakan racun?" tanya Hyeon.
" Tidak yang mulia, Jika mereka memakan racun mereka pasti akan melakukannya saat pertama kali mereka ditangkap."
Jawaban Dae Jung bisa diterima oleh Hyeon. Pasukan berani mati pasti akan melakukan hal tersebut. Tapi ini sungguh berbeda. Ini terkesan dibuat mati dengan perlahan.
" Apakah sudah memanggil tabib?"
Jae Hwan, kakak kedua dari wool muncul di sana. Hyeon tentu terkejut. Jae Hwan yang tidak pernah tertarik dengan politik tiba-tiba ada di sana untuk membantu.
" Tck, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku tidak seperti yang kau pikirkan. Aku hanya membantu hyungnim memecahkan permasalahan ini."
Mereka semua pun berjalan menuju sebuah ruangan. Disitu ada hyeon, Kyung Sam, Jae Hwan, Ryung, dan Dae Jung. Mereka tengah membahas mengenai hal yang terjadi pada tahanan. tahanan-tahanan itu sama sekali tidak mau membuka mulutnya dan memilih mati dengan mengenaskan.
" lalu, apa sebenarnya yang terjadi Jae Hwan?"
" Ulat darah."
Semuanya menatap ke arah Jae Hwan. Jae Hwan kemudian menjelaskan mengani apa yang didapat tersebut. Ulat darah adalah sejenis binatang penghisap darah. Jika kalian tahu lintah nah ulat darah ini tidak jauh beda dengan binatang kecil tersebut. Ulat darah ini ditanam di tubuh seseorang melalui makanan atau minuman. Dia akan menghisap darah inangnya sampai habis. Ulat darah ini seperti parasit yang menghabiskan inang yang dihinggapi.
Semua tentu bergidik ngeri mendengar penjelasan dari Jae Hwan. Mereka tidak menyangka, jaman sekarang masih ada yang menggunakan praktek seperti itu.
" Aku yakin orangnya adalah jenius dalam hal obat-obatan dan racun. Jika kita berhadapan dengan orang tersebut maka kita harus sangat berhati-hati dan waspada."
" Apa tidak ada yang bisa mencegah atau mematikan benda itu?"
Hyeon sungguh khawatir. Ia takut rakyatnya akan mengalami hal tersebut juga. Ini bisa jadi ledakan kerusuhan jika orang yang mengendalikan tersebut mulai bergerak.
" Entahlah, aku juga belum yakin. Aku sedang berusaha menyelamatkan nyawa ke empat tahanan tersebut. Aku harap akan ada jalan keluarnya nanti."
Hyeon memijit pangkal hidungnya setelah mendengar penjelasan dari Jae Hwan. Tampaknya ini benar-benar tidak sederhana. Ini adalah kasus yang sangat rumit. Bahkan musuh saja tidak terlihat sama sekali.
Di Sisi lain, di sebuah rumah yang sangat mewah di tengah ibu kota seseorang sedang tersenyum puas saat melihat binatang peliharaannya itu berkembang dengan sangat baik. Bahkan kekuatannya dalam menghisap darah begitu cepat dari sebelumnya.
" Makanlah, makanlah bayi-bayi ku. Aku ingin kalian semakin pintar dan cepat dalam memakan. Setelah kalian siap aku akan memberikan makanan yang lebih lezat dari itu semua."
TBC