Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Malam ini cuaca begitu cerah tanpa ada awan yang menyelimuti langit biru. Cahaya bulan sabit yang terang di tambah taburan bintang menjadikan malam ini begitu sempurna. Seolah alam ikut serta merayakan sedikit kebahagiaan yang belum pernah di rasakan oleh seorang insan.
Aqilla kini tengah berada di balkon kamarnya mengenakan piyama yang di balut dengan cardigan rajut berwarna biru. Dengan senyum yang mengembang di bibirnya memandangi indahnya ciptaan tuhan di atas sana. Hatinya kini berbunga, pikirannya melayang mengingat satu-satunya lelaki yang kini membuatnya terasa begitu senang dan nyaman.
Ya, Nathan menepati janjinya. Selama di sekolah tadi ia terus memperlakukan Aqilla layaknya seorang Putri. Dengan tingkahnya yang konyol itu bisa membuat Aqilla tertawa lepas melupakan sejenak beban yang selama ini dipikulnya. Semoga saja itu berlangsung selamanya bukan hanya kebahagiaan sementara. Ada rasa aneh yang timbul di hati Aqilla saat bersama Nathan. Perasaan yang ia sendiri bingung untuk menjabarkan nya.
Apalagi sang ibu pergi keluar kota untuk beberapa hari. Bukankah itu saja cukup membuat Aqilla senang tanpa ada yang mengganggu kebahagiaan nya hari ini. Tuhan, bukannya Aqilla bermaksud untuk durhaka, tapi tidak bisakah mamanya lebih lama meninggalkan rumah. Aqilla ingin bahagia lebih lama lagi.
Dorr...
Suara keras Alvaro mengejutkan Aqilla yang tengah melamun memandangi langit hingga nyaris terjungkal. Sementara Alvaro tertawa puas melihat reaksi sang kakak.
"ishh, kamu ini kalau aku jantungan gimana. Bukannya ketuk pintu dulu kek kalau mau masuk"sungut Aqilla. Tangannya mengelus dada berusaha menetralkan keterkejutan nya.
" Aku udah ketuk pintu dari tadi tapi kak qilla gak dengar,terus pintunya gak dikunci yasudah aku masuk aja. Ehh,ternyata orangnya lagi disini melamun sambil senyum-senyum sendiri. Pasti kakak lagi mikirin cowok yaa.. Atau lagi jatuh cinta.. Hayoo ngaku"goda Alvaro sambil mencolek pipi Aqilla.
Aqilla menipiskan bibir nya menahan senyum agar tak ketahuan oleh Alvaro. Lantas ia pun membuang muka,kembali menatap bintang yang bertaburan di langit.
" Enggak kok. Kamu ini apasih dek sok tau banget. Masih kecil udah ngomongin cinta. Emang kamu ngerti apa itu cinta hah!! "balas Aqilla.
" Ya ngerti lah dikit. Buktinya kak Aqilla sebahagia ini apalagi coba kalau bukan karena mikirin cowok dan lagi jatuh cinta" ucap Alvaro cengengesan.
"Nggak kok, kepo deh kamu. Hmm kakak lagi seneng banget hari ini. Akhirnya kakak punya temen di sekolah yang baik banget. Udah gitu semenjak sama dia gak ada yang gangguin kakak di sekolah. Pokoknya dia tuh keren deh," ucap Aqilla dengan mata yang berbinar kala menceritakan sosok Nathan.
Alvaro menatap sendu ke arah sang kakak. Melihat Aqilla yang begitu bahagia juga membuat hatinya menghangat. Di tatapnya mata coklat itu,Alvaro dapat melihat secercah harapan Aqilla pada lelaki yang ada di pikiran nya saat ini.
"Kak, aku juga seneng kalau kakak seneng. Apalagi liat kakak ketawa itu udah buat aku cukup bahagia. Aku harap siapapun cowok itu, jangan sampai dia ninggalin kakak yaa. Aku percaya,selain aku dia juga yang akan selalu ada buat kakak dan lindungi kakak. Kalau bukan di rumah,di manapun itu carilah kebahagiaan kakak" ujar Alvaro tulus.
Bocah itu sangat dewasa jika sudah berbicara pada Aqilla.
Raut wajah Aqilla berubah sendu. Bagaimanapun Miranti tidak setuju jika ia berteman dengan Nathan. Ia kembali berpikir jika nanti Miranti mengetahui kedekatannya dengan Nathan, bukan hanya dirinya yang akan di hukum tapi keselamatan Nathan juga terancam.
Aqilla melirik ke seluruh arah, memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan keduanya. Raut wajahnya berubah serius.Dengan pelan ia meminta Alvaro untuk berjanji.
"kamu janji yaa dek, jangan bilang siapa-siapa kalau kakak punya teman cowok. Apalagi sampai mama tahu. Aku gak masalah kalau cuma aku yang dihukum mama kan udah terbiasa. Tapi jangan sampek teman kakak juga kenak imbasnya. Kamu bisa kan jaga rahasia ini?" ujar Aqilla.
" Iyaa aku janji. Ngapain juga aku ngadu ke mama, emangnya aku bang Adnan apa. Tapi kakak juga harus hati-hati kalau bisa ketemuannya sih di sekolah aja. Bukannya apa,aku gak tega kalau liat kakak di pukulin lagi sama mama" jawab Alvaro.
Setelah mengucapkan itu, hati Aqilla terasa lega. Alvaro sungguh bisa di percaya. Keheningan kembali menghampiri, kedua saudara itu sibuk dengan pikiran nya masing-masing. Alvaro terlihat sedikit gelisah, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Aqilla. Setelah menghela nafas panjang ia pun kembali menatap Aqilla.
"Kak, ada yang mau aku tanyakan. Tapi kakak jawab jujur yaa." ucapnya memulai pembicaraan.
Aqilla menaikkan sebelah alisnya, tak mengerti. " yaudah tanyak aja kok serius banget kayaknya"
" Hmm kak, kemaren bang Adnan bilang sama aku kalau dia dengar omongan mama sama kakak waktu kak qilla dihukum. Apa bener kalau kita itu bukan saudara kandung? Makanya mama selalu bedain kakak sama kita" tanyanya hati-hati. Ia takut jika itu akan menyinggung hati Aqilla.
Aqilla sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Alvaro. Senyum yang tersungging sedari tadi lenyap begitu saja. Apa dia harus berkata jujur sekarang, lalu bagaimana reaksi Alvaro nantinya. Apakah dia juga akan menjauhinya. Aqilla belum siap kehilangan lagi, tapi bohong pun tak ada gunanya.
"Apa kalau itu benar kamu akan jauhi kakak juga? Kakak cuma punya kamu yang sayang sama kakak dek. Apa aku akan kehilangan kamu juga setelah kamu tau kebenarannya?" tanya Aqilla memberondong Alvaro.
"Kak, kita itu berasal dari rahim yang sama. Walaupun kita beda ayah, kita tetaplah saudara. Aku hanya ingin tau alasan di balik perlakuan mama ke kak qilla. Aku tegaskan sekali lagi kalau aku bukan bang Adnan yang memandang orang sebelah mata. Aku tetap jadi adik kak qilla dan kak qilla tetap kakakku. Jadi jangan pernah berpikir aku ninggalin kakak yaa" jawab Alvaro yang membuat Aqilla tersenyum kembali.
"Iyaa, makasih ya dek kamu memang yang paling the best buat kakak."
" Jadi bener yang di bilang bang Adnan kalau kita itu beda ayah. aku juga awalnya kaget dan gak percaya sama ucapan mama. Tapi setelah mendengar cerita lengkapnya, mau gak mau aku harus terima kalau aku bukanlah anak yang di inginkan untuk lahir. Kalau bukan karena papa Teguh, pasti aku udah hidup di jalanan sekarang. Atau lebih parahnya gak akan sampai lahir ke dunia. Dan trauma yang di alami mama pasti berat banget, jadi aku terima jika aku di jadikan tumbal masa lalu mama" jelas Aqilla dengan mata berkaca-kaca.
Aqilla mulai menceritakan dengan rinci ke jadian yang di alami Miranti di masa lalu. Sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh Miranti padanya beberapa waktu lalu. Air matanya tak terbendung lagi. Dengan isakan tertahan dia menjelaskan semuanya kepada Alvaro.
Begitupun dengan Alvaro yang setia mendengarkan cerita panjang dari sang kakak. Sesekali di usapnya punggung rapuh itu untuk memberikan semangat. Alvaro tidak menyangka jika Miranti malah melampiaskan kekesalannya dan traumanya di masa lalu kepada Aqilla yang sama sekali tidak bersalah.
Ia juga merutuki sosok lelaki yang tega berbuat keji kepada mamanya hingga Aqilla lah yang kini menjadi korban.
"Kakak yang sabar yaa, kita cari sama-sama siapa si brengsek itu. Maaf aku gak bermaksud apapun, mau gimana juga dia tetap ayah kandung kakak. Tapi aku juga gak mau dia bebas berkeliaran sementara kakak yang harus menanggung semuanya. Kakak yang jadi pelampiasan amarah mama ke dia. Kita juga berjuang sama-sama yaa biar mama bisa balik kayak dulu lagi" ujar Alvaro memberikan semangat pada Aqilla.
Aqilla mendekati Alvaro, memeluk erat tubuh remaja itu yang kini sudah menjadi pelindung nya. Padahal dia sangat berharap bahwa Adnan yang akan selalu ada buatnya sebagai Abang yang lebih dewasa. Tapi nyatanya malah Alvaro lah yang sudah dewasa sebelum waktunya.
" udah jangan nangis, kakak jelek loh kalau nangis gitu. Mendingan kak qilla ceritain aja tentang cowok itu. siapa sih namanya? Atau seganteng apa dia sampai kakak kepincut pasti gantengan aku dong. kasih liat fotonya dong aku mau liat..." goda Alvaro mengalihkan perhatian Aqilla.
" ishh apa sih kamu kepo. Udah sana mendingan kamu balik ke kamar. Udah malem, besok sekolah. Anak kecil gak boleh tidur kemalaman. Hush..hussh.." usir Aqilla. Ia mendorong tubuh bongsor sang adik ke arah pintu kamar nya.
Kedua remaja tersebut, tertawa menikmati momen kedekatan mereka berdua yang tidak pernah terjadi jika ada Miranti di rumah. Saat Alvaro sudah keluar dari kamar nya, Aqilla pun merebahkan dirinya di atas kasur. Memandangi langit-langit kamar, jika ini hanyalah mimpi maka ia akan memilih untuk tidak terbangun.
Meskipun di bumbui dengan air mata saat menceritakan masa lalu Miranti yang kelam. Tapi di balik itu semua ia merasa bersyukur sudah bahagia hari ini. Dan berharap kebahagiaan akan menantinya esok hari.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.