Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Saat pulang keadaan Apartemen sudah sangat gelap, Aby harus menyalakan sendiri saklar lampu. Padahal baru pukul 8 malam, biasanya selarut apapun Ia pulang Senja pasti akan setia menunggu dan bertanya.
Mas sudah pulang?
Ah, perhatian sekecil itu saja sudah sangat Aby rindukan padahal baru kali ini Senja Absen tak melakukannya.
Aby tak langsung masuk kekamar ia merebahkan tubuhnya terlebih dahulu di sofa ruang tengah sambil terus menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat. Mungkin Kaila dan Senja sudah tidur, pikir Aby, ia yakin Senja sangat kecewa karena tak jadi jalan jalan, Tiba tiba Aby merutuki kebodohannya, seharusnya ia tak usah pergi menjenguk Laras. Rasa bersalah itu benar benar tak bisa pergi.
Aby mendesah pasrah menuju dapur, ia yakin Senja sudah menyiapkan makan malam disana, dan betul tebakannya masakan sederhana namun menggugah selera tersaji dibawah tudung saji, Aby menyantapnya dalam diam sambil menghayalkan wajah Senja yang duduk dihadapannya seperti biasa, seperti itu saja Aby sudah bisa tersenyum bahagia.
Selepas makan Malam Aby masuk kedalam kamarnya, namun tak menemukan keberadaan Senja dan Kaila disana. Ia fikir mungkin mereka dikamar Sebelah.
Aby langsung membersihkan tubuhnya dan segera memakai piyama tidurnya, ia akan menjemput Senja dikamar Kaila, apapun yang terjadi ia tak akan tidur terpisah lagi dengan istrinya, ia sudah terlanjur nyaman tidur sambil memeluk tubuh mungil senja meski masih hanya sebatas pelukan.
"Senja..." Alis aby saling bertautan saat melihat kamar Kailapun juga dalam keadaan kosong, tempat tidur bergambar kodok hijau keroppi itupun masih nampak sangat rapi.
"Kemana mereka?" Aby bertanya pada dirinya sendiri.
Ia lalu kembali kekamar dan mencoba menghubungi Senja namun sayang Provider menjawab jika nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.
Aby mulai panik, tidak biasanya Senja keluar tanpa memberitahu dirinya.
"Apa ia ke mall bersama Kaila?" Tebak Aby, kali ini Ia mencoba menghubungi Pak Ahmad kali saja Senja meminta supirnya itu untuk mengantarkannya.
Namun setelah berbincang sebentar Dengan Pak Ahmad Pria paruh baya itu justru tidak tahu menahu kemana Senja pergi, ia hanya berkata Istrinya jam 6 petang pamit keluar untuk menemui Senja dan Kaila, namun tepatnya dimana Pak Ahmad juga tak tahu karena Bi Asih terlihat terburu buru.
"Senja dimana kau sebenarnya" Aby meremat rambutnya penuh rasa frustasi, ia ingin menghubungi Bi Asih tapi katanya Art nya itu tidak membawa ponsel.
.
.
.
"Kak....." Panggil Senja Lembut namun yang dipanggil tak kunjung membuka mata, ia masih terlelap namun seperti masih tersenyum, yah Nata terlihat begitu damai dalam tidurnya sambil terus menggenggam tangan Senja seakan enggan melepasnya.
Perawat baru saja melepas oksigen Nata, saat pria itu sadar Dokter berencana melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, Nata tertidur lelap setelah diberi suntikan pereda nyeri.
Flashback....
'Kenapa tak memgangkat panggilanku?'
'Kenapa tak pernah menjawab pesanku?'
'Apa kakak berbuat sesuatu yang salah?'
'Adik cantik, aku ada dibawah. Menunggumu di Rest area swalayan'
Senja hanya membaca pesan yang dikirimkan Nata tanpa membalasnya, ia semakin yakin ada yang tidak seharusnya ia lakukan jika ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Aby.
'Maaf kak, Aku rasa kita memang harus saling menghindar, aku merasa banyak melakukan kesalahan tiap bertemu kak Nata' Senja akhirnya mengetik balasannya yang tak banyak basa basi.
'Apa maksudnya?kasalahan apa?'
'Entahlah kak, aku takut hubungan kita berdampak pada rumah tanggaku, aku takut menjadi lebih nyaman dengan kak Nata dari pada suamiku sendiri.'Senja berkata dengan jujur, entah mengapa setiap melihat tatapan Nata ia merasa Hatinya sedikit bergejolak. Tentu saja ia gadis 18 tahun yang belum mengenal Cinta tapi langsung menikah.
Nata yang duduk diatas sadel motornya tersenyum sambil membaca balasan pesan Senja ,jawaban polos gadis itu sudah membuat hatinya tenang, itu betarti Senja mulai memiliki perasaan padanya hanya saja ia mencoba membentengi diri. Good girl !pikir Nata.
Nata sudah bersiap untuk pulang saat rasa nyeri diperutnya kembali mendera dan sialnya ia lupa membawa obat.
Dikawasan Elite itu ternyata masih banyak orang orang yang memiliki rasa empati yang cukup tinggi, Nata segera dibawa kerumah sakit terdekat dan Senja adalah orang pertama yang dihubungi pihak rumah sakit melihat dari panggilan keluar yang terakhir kali dihubungi Nata.
Flashback off.
Senja masih duduk di samping Ranjang Nata dengan pikirang yang bercabang antara Nata dan Kaila yang tengah di jaga oleh Bi Asih, Yah Senja segera Menelpon Bi Asih saat hendak ke Rumah Sakit karena disana tidak mengijinkan anak usia dibawah 12 tahun masuk. Untungnya Rumah sakit menyediakan satu ruangan yang ramah anak sehingga Kaila agak tenang dibawah penjagaan Bi Asih.
Klek...pintu kamar Nata dibuka cukup Keras, Senja menoleh dan tersenyum pada Bobby yang bergegas masuk dan menghampiri sahabatnya itu. Sejak sore ia memang sudah mencari keberadaan Nata untuk mengajaknya bersiap ke Club tempat kerjanya.
Orang yang memberitahu Bobby adalah Senja, untungnya ponsel pria itu tak dikunci sehingga ia bisa dengan mudah menemukan nomor ponsel Bobby, dari bunda Maryam Senja tahu jika bobby adalah orang yang paling dekat dengan Nata.
"Kak Nata sedang tidur Kak, kak bobby tak perlu khawatir , kata dokter saat ia sadar Mereka akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh"
"Dasar brengsek, bisa bisanya ia merepotkan istri orang" gerutu Bobby sambil menatap tangan Senja dalam genggaman Nata.
Merasa ditatap Aneh Senja menarik paksa tangannya. Seharusnya ia melakukannya sejak Awal tapi Nata akan menggeliat ketika ia mencobanya sehingga membuat Senja menjadi tak tega, kini mungkin obat yang diberikan Dokter sudah bekerja maksimal sehingga Nata tak merasakan jika Sudah tak Ada tangan Senja di genggamannya.
"Maafkan teman bodohku ini Senja" ucap Bobby penuh penyesalan.
"Sebenarnya Kak Nata sakit apa kak?" Tanya Senja penasaran, saat melihat pria itu kesakitan di Ambulance dan dipanti Tempo Hari Hati Senja tak tenang, ia merasa Sakit Nata bukan hanya sekedar magh seperti yang ia utarakan.
"Sepertinya maghnya semakin akut, padahal ia sudah tidak merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol sejak......." Bobby menjeda kalimatnya, ia ingat pria yang terbaring dihadapannya itu sangat susah sikasih tahu untuk berhenti bahkan setelah dokter memvonis ia terkena asam lambung akut.
'Tapi sejak bertemu denganmu sepertinya Nata jadi merubah kebiasaan hidupnya, pria bodoh ini jadi memiliki semangat untuk menata hidupnya menjadi lebib baik lagi' Bobby melanjutkan perkataannya didalam Hati sambil menatap Senja.
"Jadi benar kak Nata Asam lambung?"
"Sepertinya begitu Senja"
Setelah menyerahkan Nata pada Bobby Senja akhirnya pamit pulang dengan taxi online, ia terlebih dahulu mengantar Bi Asih pulang kerumahnya dan gegas menuju Apartemen, tak ada rasa takut jika harus dimarahi Aby karena sejujurnya Senja pun tengah marah pada suaminya itu.