Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. LAYANI AKU LAGI!
Layani aku lagi!
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Malam itu, tepat pukul sepuluh, Alya akhirnya bisa beristirahat setelah menyelesaikan semua tugasnya.
Tubuhnya terasa lelah, dan setiap sendi seolah memohon untuk segera berbaring. Dengan langkah gontai, Alya berjalan menuju kamarnya yang terpisah dari kamar para asisten rumah tangga lainnya.
Namun, begitu Alya membuka pintu kamarnya, jantung Alya seolah berhenti berdetak.
Teg!
Di sana, Arman duduk di tepi tempat tidurnya. Tuan rumah itu menunduk dengan kedua tangan yang tergenggam. Lututnya terbuka, dan wajahnya menatap lurus ke arah Alya.
Sorot matanya tajam, hingga membuat Alya tidak bisa lagi melangkah. Tubuh Alya langsung menegang, seolah tersangkut di ambang pintu.
"T-tuan Arman...," suara Alya bergetar ketakutan. Malam sebelumnya saja masih segar dalam ingatan, dan sekarang, Arman ada di kamarnya, lagi.
Tapi, Arman tidak langsung berbicara. Ia tetap diam dan hanya menatap Alya tanpa berkedip. Wajah Arman tampak serius, tidak seperti sebelumnya saat ia mabuk.
"Kenapa Anda di sini, Tuan?," tanya Alya memberanikan diri meskipun suaranya terdengar sangat kecil.
Arman akhirnya berdiri lalu berkata. "Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu," ucapnya.
Alya tertegun. Kata-kata itu menusuk telinganya dan membuat bulu kuduknya meremang. Lalu, Arman mendekatinya dengan langkah lambat namun terasa berat.
"Apa maksud Tuan?," tanya Alya sambil mundur satu langkah dengan tubuh gemetar. Ia takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi lagi padanya.
Setelah beberapa langkah, Arman berhenti tepat di depannya, lalu menatap langsung ke mata Alya. "Aku tahu apa yang terjadi semalam. Dan aku... aku tidak bisa melupakannya."
Teg!
Alya menggigit bibirnya dan berusaha menahan diri agar tidak menangis lagi. "Tuan... tolong... jangan sakiti saya lagi," pintanya dengan suara hampir tidak terdengar.
Ia tidak tahu apa yang diinginkan Arman kali ini, tetapi seluruh instingnya memberitahu bahwa ia harus berhati-hati.
Namun Arman tidak langsung menjawab. Ia lalu mengulurkan tangannya dan menyentuh lengan Alya perlahan.
Sentuhan itu dingin, namun juga menakutkan. Lalu Alya berusaha menarik lengannya, namun Arman menggenggamnya lebih erat.
"Jangan pergi. Aku membutuhkanmu...," ucap Arman.
"Tuan, tolong lepaskan saya...," Alya memohon seraya meronta ingin melepaskan diri.
Namun seketika ia tersadar saat sebuah petikan jari terdengar di depan wajahnya. Alya menyadari jika baru saja ia hanya berhalusinasi.
Karena saat ini Arman tidak menyentuhnya sama sekali dan hanya menatapnya heran.
"Kenapa hanya diam saja? Aku bertanya padamu, kenapa tidak menjawab?," tanya Arman.
"Ma- maaf, Tuan, saya tidak mendengar, Anda bertanya apa?," tanya Alya merasa bersalah.
Secepat kilat, Arman meraih tangan Alya dengan kasar dan menggenggamnya erat. "Aku tau, ini adalah cara agar kamu bisa menjebakku bukan? Kamu mengambil kesempatan saat aku mabuk! Semalam, kau sengaja memancingku untuk masuk ke kamarmu ini kan?," tanya Arman serius dan menakutkan.
"Ti-tidak Tuan... Saya, Anda... Anda salah paham... Semalam Anda-."
"Ya, semalam aku mabuk dan kau mengambil kesempatan itu," balas Arman dingin seraya lebih mengeratkan genggamannya.
Alya meringis karena merasa kesakitan. Ia pun menangis namun segera menghapusnya.
Lalu, Arman mendekatkan wajahnya dan berbisik ke telinga Alya. "Apa kau senang melayaniku semalam?," tanyanya dengan nada yang menakutkan.
Batin Alya semakin menciut, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lalu, Arman menarik Alya menuju kasurnya dan membanting Alya hingga terbentang di atas kasur.
"Kalau begitu, layani aku lagi!."