Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 3.
"Malam ini pesankan aku hotel untuk empat atau tujuh hari, mungkin" celetuk Hena.
Mereka sudah berada didalam mobil dengan Jini yang mengemudikannya. BMW X5 itu biasanya tidak hanya diisi oleh mereka berdua. Akan ada dua atau tiga orang yang selalu siap untuk membantu memenuhi segala kebutuhan bintang idolnya. Namun sekarang tidak lagi. Karena terhentinya pendapatan yang Hena terima, maka berhenti pula kenikmatan pelayanan yang biasa ia rasakan. Hena mengalami kesulitan untuk menggajih karyawannya.
"Untuk apa?. Disaat seperti ini malah milih buang-buang uang gak jelas" rutuk Jini.
"Tabunganku banyak" jawab Hena santai.
"Banyak-banyak. Kalau dipakai terus menerus tanpa pemasukan sama aja bohong. Akan habis juga akhirnya" Jini sekilas menatap Hena, sebelum kembali memusatkan pandangan ke arah depan.
"Terserah mu. Aku hanya ingin menghindar dari wanita tadi. Jika kamu tidak mau memesannya, aku bisa menginap di apartemen mu saja. Gratiskan?" kini Hena menatap pada Jini dengan wajah berbinar.
"Yah, dan setelah satu jam kamu akan mulai banyak mengeluhkan hal-hal yang seharusnya tidak dikeluhkan" dengus Jini kesal.
"Aku janji. Aku akan jadi anak baik kali ini" Hena memasang wajah manisnya, matanya mengerjap beberapa kali dan itu membuat Jini benar-benar muak.
"Jini kenapa ruangan ini pengap? Jini kenapa lemari pakaian ini disini, kau bisa memindahkannya? Jini kenapa air hangatnya mati dan banyak hal lainnya. So. No! Big Not for you to stay my apartment" tegas Jini
Hena mendengus mendengar penolakan Jini.
"Kalau begitu pesankan saja aku hotel" kata Hena kekeh dengan keinginannya.
"Untuk apa juga kamu menghindari Nyonya tadi. Coba lihat ponsel mu. Yakin masih mau menghindar?" Jini tersenyum manis saat mengatakannya, meski dengan tatapan masih fokus kedepan untuk memperhatikan jalan.
Hena dengan cepat membuka ponselnya . Mata dark hazel itu kembali membola.
*Nyonya Anita Raksa terlihat sarapan bersama kekasih putranya*
*Istri dari Joni Raksa mengunjungi apartemen calon menantunya*
*Tidak terbantahkan lagi. Ibu dari Agam Raksa. Nyonya Anita Raksa terlihat dekat dengan aktris sekaligus model cantik, Hena Sanjaya*
*Ternyata benar Agam Raksa menjalin hubungan asmara dengan Hena Sanjaya*
Kembali, pagi ini situs berita online dipenuhi dengan dirinya. Bahkan foto-fotonya yang dipeluk dan dirangkul oleh wanita yang berlebel Nyonya Anita Raksa itu terlihat membeludak di semua media online.
Kenapa secepat ini. Batin Hena rasanya hendak berteriak histeris. Belum ada seribu meter ia meninggalkan basement apartemen, tapi berita bahkan sudah tumbuh menjamur dan seakan siap dipanen. Sungguh, sebenarnya Hena sangat tahu bagaimana kejamnya jejak digital, akan sangat sulit untuk dia kendalikan apalagi dilawan.
"Huft" Hena menghela napas dalam. Entah kenapa akhir akhir ini masalah silih berganti menghampirinya.
"Turun!"
Perkataan Jini menarik kesadaran Hena. Hena melihat ke sekeliling.
Restoran jepang.
Jini menghentikan mobil di restoran jepang.
"Kenapa kita kesini?" tanya Hena heran, bukannya tadi mereka berniat mendatangi agensi untuk membicarakan beberapa hal penting terkait kontrak yang setengah jalan dan skandal yang sudah mulai tenggelam.
"Hari ini kita akan mulai sibuk berjualan. Sungguh aku benar-benar rindu gaya yang seakan menolak para pengusaha itu hingga harga sesuai dengan yang kita inginkan. Hahaha...." Jini tertawa lepas, dia merasa jiwanya kembali hidup dan bersemangat.
"Apa maksud mu, Mini?" tanya Hena.
"Kau mulai lagi" kesal Jini karena Hena kembali menyematkan Mini untuk panggilan dirinya. "Kita tidak perlu ke-Agensi. Biar nanti agensi yang bobrok sok jual mahal itu yang mohon-mohon sama kamu" Jini membuka pintu mobil dengan Hena yang lekas menyusulnya.
"Lihat saja, pokoknya kamu akan kembali booming bahkan lebih dari sebelumnya. Hena Sanjaya kekasih Agam Raksa membintangi film ini, lalu itu, brand ambassador prodak ini, produk itu. Bahkan mungkin banyak pengusaha akan berusaha mengakrabkan diri dengan mu untuk bertemu si Agam Agam itu. Hahaha...sungguh aku benar-benar menantikan hal itu" Jini terus berseloroh seiring langkahnya yang membawanya masuk ke dalam restoran jepang.
"Tunggu" Hena menahan Jini yang sudah ingin menggapai pintu masuk restoran.
"Aku tidak pernah mengatakan akan menjadi kekasih si Agam Agam itu, Mini" tekan Hena.
"Yah. Kamu memang tidak ingin, tapi semesta dan berita-berita itu menjebak kalian. Terutama kamu" kini Jini terlihat berdiri menghadap Hena dengan tangan terlipat di dada.
"Jika berita ini tidak mengarah pada kebenaran kalau kamu dan pengusaha itu menjalin hubungan asmara"
"DUARR"
"Karier mu akan benar-benar hancur" kata Jini dengan tangan yang menggambarkan ledakan besar.
"Apa hubungannya dengan karier ku?" tanya Hena polos.
"Oh Tuhan. Kamu benar tidak memikirkannya, Hena?" Jini menatap berang pada Hena yang menggelengkan kepala.
"Kamu dan pengusaha itu kedapatan keluar dari Hotel, HENA. Dari dalam HOTEL. Dan di lift kalian hanya berdua. Mau menyangkal apa kamu? Mau bilang lagi ada urusan kerja? Siapa yang percaya? Kalian hanya berdua tidak ada asisten, manager, atau bahkan sekertaris pengusaha itu. Ini bisa makin menguatkan kalau berita kamu dan Sam si Ikan Asin itu benar" panjang lebar Jini menjelaskan.
"Kalau kamu dibilang menjalin ONS (one night stan**d) dengan si Agam Agam itu. Nah....itu baru orang akan cepat percaya, gak peduli benar atau tidak image kamu diluar udah buruk" cecar Jini lagi.
Hena diam. Matanya beberapa kali terlihat mengerjap. Semua yang dikatakan Jini benar adanya.
"Sedikit buruk lah, gak buruk-buruk amat. Hanya SEDIKIT" Jini cepat meralat perkataannya, dia merasa kata-katanya barusan sungguh keterlaluan setelah melihat raut wajah Hena.
"Sudah. Ayo masuk, kita urus pekerjaan yang datang saja dulu. Masalah berita yang beredar kita urus nanti" Jini menarik lengan Hena untuk masuk kedalam restoran.
Didalam restoran. Jini membawa Hena keruangan yang memiliki sekat-sekat seperti gazebo tapi tidak terpisah satu dengan yang lain. Disana terlihat dua Pria berstelan formal sudah menunggu mereka.
"Dengan Pak Baskara?" tanya Jini sebelum dirinya mendarat untuk duduk.
Yang dipanggil dengan Pak Baskara tersebut malah mematung menatap sosok sempurna didepannya dengan tak berkedip.
"Pak, Nona Jini menyapa anda" pria disebelah Pak Baskara berbisik pelan.
"Ah... Maaf. Saya hilang fokus karena melihat anda langsung, Nona Hena" kata Pak Baskara.
"Duduklah. Benar nama saya adalah Baskara. Manager pemasaran ATNA Fashion" pria bernama Baskara itu resmi memperkenalkan dirinya beserta jabatan yang ia duduki disalah satu perusahaan fashion terkenal di negri ini.
"Kita bisa bahas langsung ke topik pekerjaan. Saya rasa pasti banyak permintaan dari lain pihak, jadi kami harus memastikan lebih dulu agar bisa mengatur jadwal secepat mungkin. Tentu saat nama anda sedang hangat diperbincangkan itu sangat menarik pasar minat nantinya" jelas Baskara dengan bicara panjang lebar.
"Anda sangat paham masalah seperti ini, Pak Baskara" kata Jini terkekeh kecil.
"Apa yang brand ATNA inginkan?. Sebisa mungkin kami akan memberikan yang terbaik" tanya Jini.
Baskara nampak mengembangkan senyum "Kami ingin bekerja sama dengan anda, Nona Hena. Akan ada produk baru yang ATNA Fashion luncurkan dua pekan lagi dan kami ingin Nona Hena menjadi bintang iklan sekaligus BA (Brand Ambasador) produk kami" jelas Baskara.
"Selama?" tanya Jini cepat.
Baskara terkekeh mendengar pertanyaan singkat dan padat yang di ajukan manegar aktris yang ingin dia ajak bekerja sama.
"Sebagai BA mungkin selama satu bulan menjelang Hari Raya" tambah Baskara lagi.
"Sebuah produk sangat membutuhkan BA. Memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Bukankah produk harus tetap eksis meski bukan pada acara atau bulan penyelenggaraannya. Bukankah busana ATNA sekarang juga merambah pasar menengah kebawah" kata Jini.
Jini berusaha mendapatkan kontrak kerja dengan waktu yang relatif lama. Bukan hanya keuntungan finansial saja yang didapatkan tapi eksistensi artisnya juga akan berlangsung lama.
"Benar Nona Jini. Disini kami hanya meminimalisir jika ada kesalahan dari salah satu pihak, maka kita tidak akan mengalami kerugian yang besar" kata Baskara.
Sepertinya berita skandal yang melibatkan Hena beberapa minggu yang lalu masih mempengaruhi kredibilitasnya sebagai aktris.
"Bukan maksud saya menyinggung masalah yang pernah menimpa Nona Hena, sungguh saya tidak berani melakukan itu pada calon menantu Raksa Group. Sebaliknya kami malah senang jika bisa bersama membangun fashion negri ini bersama Raksa Group" kata Baskara.
Jini jengah mendengarnya. Benarkan, jika akan ada banyak yang mendekati Hena dengan niat tertentu.
"Sebaiknya kita masuk kesepakatan kerja, Pak Baskara" kata Jini cepat. Sebaiknya pembicaraan jangan pernah mengarah pada hubungan Hena dengan pengusaha itu, jika tidak ingin terlibat terlalu jauh dan menimbulkan masalah besar kedepannya.
Pria muda disamping Pak Baskara yang dari tadi diam kini terlihat meletakkan beberapa berkas di hadapan mereka.
"Ini Nona Jini. Anda bisa membacanya terlebih dahulu" Baskara terlihat menyerahkan berkas tersebut kehadapan Jini.
Jini menerimanya. Mulai membaca dan mengamati isinya. Matanya menyipit tepat berhenti di daftar yang memuat angka-angka yang menurutnya nominalnya kabur satu.
"Apa ini tidak salah, Pak Baskara?" tanya Jini seraya memperlihatkan angka yang anggotanya ada yang menghilang.
"Itu sudah yang terbaik yang dapat kami berikan, Nona Jini. Mengingat sebelumnya Nona Hena telah ter..."
"Stop. Saya mengerti" Jini lekas memotong perkataan Baskara dan kembali fokus membaca kontrak kerja.
Hena yang duduk disebelah Jini hanya diam. Pikirannya penuh dengan banyak hal dan itu membuatnya mengantuk.
"Baiklah. Kami setuju dengan kontrak kerja ini. Kita tandatangan langsung" kata Jini
Hena beserta Pak Baskara terlihat bergantian menandatangani kontrak kerja yang masing-masing terdiri dari dua rangkap.
Setelah menandatangani kontrak, Jini dan Hena segera beranjak dari restoran setelah menghabiskan makanan mereka.
Sepanjang jalan Hena hanya diam dengan mata mengarah keluar jendela, menatap gedung tinggi perkantoran. Jini sekilas mengikuti arah pandang Hena.
"Kamu mengantuk?" tanya Jini.
"Mm... Antar aku kembali ke apartemen" kata Hena.
Jini hanya mengangguk dan segera melaju kembali menuju apartemen Hena.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣