NovelToon NovelToon
Once We Get Divorce

Once We Get Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Berbaikan / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:321k
Nilai: 4.5
Nama Author: desih nurani

Caca dan Kiano memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun menikah, yaitu di hari kelulusan sekolah. Karena sejak pertama, pernikahan mereka terjadi karena perjodohan orang tua, tidak ada cinta di antara mereka. Bahkan satu tahun bersama tak mengubah segalanya.

Lalu bagaimana ceritanya jika Caca dinyatakan hamil setelah mereka bercerai? Bagaimana nasib Caca selanjutnya? Mampukah ia menjalani kehamilannya tanpa seorang suami? Dan bagaimana reaksi Kiano saat tahu mantan istrinya tengah mengandung anaknya? Akankah ia bertanggung jawab atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

"Sorry ya soal sikap Papa tadi." Ucap Caca saat mengantar Kiano sampai depan pintu.

Kiano mengangguk. "Gak papa."

Caca menghela napas. "Jangan dimasukin ke hati apa pun perkataan Papa tadi, No. Papa cuma lagi kesel."

Kiano mengangguk lagi. "Sebaiknya kamu masuk, Ca. Istirahat, ini udah malem."

Caca mengangguk. "Good night."

"Good night." Balas Kiano. Caca pun tersenyum sebelum menutup pintu. Kiano menatap daun pintu itu penuh arti, sebelum beranjak ke apartemennya yang berada tepat di depan apartemen Caca.

Caca duduk dihadapan Papanya lalu menatapnya lekat. "Papa ngomong apa aja sama Kiano?" Tanyanya penuh penuntutan.

Ferry meliriknya sekilas. "Bukan urusan kamu, itu urusan Papa sama Kiano."

Caca merengut sebal. "Papa ngomong apa tadi?" Tuntutnya lagi.

Ferry yang sedari tadi pura-pura fokus menonton pun menoleh sekilas ke arah putrinya itu. "Kamu gak perlu tahu, Ca. Itu urusan laki-laki."

"Pa." Caca menatap Papanya kesal.

"Ca." Mama meperingatinya. Caca menghela napas kasar seraya menatap Papanya penuh arti.

Ferry melirik putrinya itu sekilas. "Papa lakuin itu buat kebaikan kamu, Ca."

"Caca tahu. Tapi Papa ngomong apa tadi sama Kiano?" Caca masih penasaran soal pembicaraan Papanya dengan Kiano saat dirinya di kamar tadi.

"Gak ngomong apa-apa, Ca." Sahut Ferry dengan santai.

"Ish, Papa ngeselin." Setelah mengatakan itu Caca pun bangkit lalu bergegas ke kamarnya.

Tias menatap suaminya sambil menggelengkan kepala. "Pa, kamu tahu anak lagi hamil malah dibuat kesel."

"Gak papa, biar anaknya mirip Papa." Celetuk Ferry tanpa beban.

Mama pun cuma bisa menggelengkan kepala lalu ikut bangkit. "Mama ngantuk, Pa. Mama duluan ke kamar ya? Caca minta ditemenin malam ini."

"Hm." Sahut Papa mengangguk tanpa melihat lawan bicaranya karena fokus menonton. Tias pun cuma bisa menghela napas lalu beranjak ke kamar Caca lagi.

***

Di tempat lain, lebih tepatnya di kamar Kiano. Pemuda itu berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Mengingat semua perkataan Ferry beberapa saat lalu.

Sepeninggalan Caca dan Mamanya, Ferry menatap Kiano penuh permusuhan.

"Jauhi Caca. Buat apa kamu balik ke sini setelah buang Caca tanpa perasaan hem? Kamu mau mainin anak saya lagi?" Cecarnya penuh penekanan.

Kiano menggeleng. "Aku minta maaf soal sikap kurang ajar selama ini sama Caca, Pa. Tapi aku beneran nyesel sekarang. Aku pantas disalahin. Tapi jangan larang aku dan Caca bersatu lagi, Pa."

Ferry mendengus sebal. "Perasaan apa itu, Kiano? Rasa kasihan atau merasa bersalah sama Caca hem? Itu bukan perasaan seorang laki-laki untuk perempuan. Kamu harus bisa membedakan hal itu. Jangan pernah berpikir untuk mempermainkan Caca lagi."

Kiano terdiam beberapa saat lalu ditatapnya Ferry lamat-lamat. "Tapi gimana kalau aku beneran cinta sama Caca, Pa?"

Ferry menatap Kiano dengan senyuman remeh. "Semudah itu kamu bilang cinta setelah campakin anak saya? Cinta itu gak mungkin datang secara tiba-tiba, Kiano."

Kiano menghela napas berat. "Aku juga gak ngerti sama perasaan sendiri, Pa. Entah sejak kapan aku punya perasaan ini sama Caca? Yang jelas aku gak suka kalau Caca dideketin cowok lain. Aku juga pengen deket Caca terus gimana pun caranya."

Ferry tertawa sumbang. "Jangan salah mengartikan cinta, Kiano. Cinta itu tak sesederhana yang kamu pikirkan. Perasaan kamu untuk Caca itu cuma karena rasa bersalah, rasa takut kamu juga karena kamu gak rela nantinya ada yang gantiin posisi kamu sebagai Ayah dari anak yang Caca kandung."

Kiano langsung terdiam. Apa yang dikatakan Ferry berusan seolah menohok hatinya. Benarkan ia hanya punya perasaan seperti itu pada Caca? Akan tetapi kenapa hatinya seolah tak terima?

Ferry menghela napas panjang, lalu ditatapnya Kiano lekat. "Papa teramat kecewa sama kamu, Kiano."

Kiano kembali mengalihkan perhatiannya pada Ferry. "Pa...."

"Jauhin Caca kalau memang kamu cuma punya perasaan bersalah, karena itu akan menyakiti hati anak Papa. Tapi... perjuangkan dia dengan kesungguhan kalau memang kamu mencintai Caca."

Kiano terkejut mendengarnya. "Pa?"

"Mungkin Papa kecewa dengan sikap kamu sebelumnya, tapi Papa lihat ada kebahagiaan di mata Caca setelah kamu kembali. Perjuangkan anak Papa sepenuh hati, jangan pernah sakiti dia lagi. Buktikan keseriusan kamu. Papa sendiri yang akan bunuh kamu kalau anak Papa tersakiti lagi." Kecamnya penuh penekanan. Tidak lama Caca pun keluar dengan wajah panik. Seketika obrolan mereka pun terhenti di sana.

Kiano mengusap wajahnya dengan kasar lalu bangkit dari posisinya. Ia duduk dengan tatapan lurus ke depan. Bayangan Caca dekat dengan laki-laki lain mendadak terlintas dibenaknya. "Papa bener, aku harus perjuangin Caca apa pun caranya. Aku gak akan biarin orang lain mendahului."

Buru-buru Kiano menyambar ponselnya lalu segera menghubungi sang Daddy. Tidak lama panggilan pun tersambung.

"Kenapa kamu hubungin Daddy selarut ini, Kiano?" Terdengar nada kesal di seberang sana.

"Dad, aku terima tawaran Daddy kemarin."

Di sana Regar terkejut mendengar ucapan putranya barusan. "Kamu yakin?"

"Iya, Dad."

Seulas senyuman terbit dibibir Regar. "Baiklah, datang ke kantor besok."

"Baik, Dad."

"Apa yang buat kamu berubah pikiran hem? Kamu baru sadar jika hidup diluar itu susah?"

"Aku mau perjuangin Caca, Dad." Sahut Kiano penuh keyakinan.

Regar semakin mengembangkan senyumannya. "Kamu yakin dia mau terima kamu lagi? Lupa apa yang udah kamu lakukan hem?"

"Aku tahu, Dad. Aku yang salah. Tapi aku tetap akan perjuankan Caca apa pun caranya."

"Bagus kalau kamu sadar Caca itu berharga. Daddy dukung keputusan kamu."

Kiano tersenyum senang. "Makasih, Dad."

"Hem. Tapi kamu harus ingat, Kiano. Jangan pernah sakiti Caca lagi. Daddy gak akan maafin kamu lagi kali ini. Daddy juga gak akan segan coret nama kamu dari kartu keluarga kalau cuma mainin perasaan Caca." Kecam Regar tak main-main.

"Aku janji, Dad. Aku gak akan sia-siain Caca lagi."

"Bagus. Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat. Besok jangan lupa datang ke kantor, temui Daddy."

"Ya, Dad."

Dan panggilan itu pun berakhir. Kiano menghela napas lega lalu kembali menaruh ponselnya sembarang dan memutuskan untuk tidur karena malam semakin larut.

Di kamarnya, Caca terlihat sulit tidur karena perutnya mulas, padahal ia sudah mencoba buang air besar tetapi tak ada yang keluar. Caca duduk ditepian ranjang seraya mengusap perutnya.

Tias yang merasakan pergerakan pun terbangun dari tidurnya.

"Ca? Kamu kenapa?" Tias mendekati anaknya itu.

"Perut Caca mulas, Ma." Caca mendesis kecil karena rasa mulas itu semakin menjadi. Mendengar itu Tias pun turun dari ranjang lalu berjongkok di depannya. Ikut mengelus perut Caca lembut.

"Apa perlu kita ke rumah sakit?"

Caca menggeleng. "Tolong ambilin hp Caca ma di dalam laci nakas." Pintanya. Buru-buru Tias pun mengambilnya dan memberikan ponsel itu pada Caca. Lalu Caca pun segera mengirim pesan pada dokter Sarah.

Caca menaruh ponselnya lalu menumpu kedua tangannya di atas ranjang dengan wajah mendongak ke atas karena rasa mulas itu kembali terasa. Sedangkan Tias terus mengelus perut Caca dan menatap putrinya itu cemas.

Beberapa menit kemudian dokter Sarah pun menelepon Caca. Dengan cepat Caca menerimanya.

"Halo, Dok."

"Masih mulas, Ca?"

"Masih, dok. Makin mules." Jawab Caca apa adanya.

"Tadi gak makan macam-macam kan?"

"Enggak, dok. Tadi sore cuma makan ikan salmon."

"Harusnya sih gak masalah. Mulesnya beraturan atau hilang muncul?"

"Dari tadi gak hilang, dok." Jawab Caca seraya menggigit bibirnya.

"Oh, coba kamu berbaring. Gantung kaki agak tinggi." Perintah dokter Sarah.

Caca pun mengiyakan lalu meminta bantuan Tias untuk membantunya. Tias menaruh beberapa bantal di bawah kaki Caca sehingga posisi kaki Caca lebih tinggi.

"Gimana, Ca?" Tanya dokter Sarah setelah beberapa saat.

"Agak mendingan, dok." Jawab Caca dengan mata sayu karena sangat mengantuk.

"Syukurlah, ya udah kamu istirahat dengan posisi itu aja. Kalau memang mulasnya udah hilang kamu bisa ubah posisi." Nasihat dokter Sarah.

Caca mengangguk. "Iya, dok. Maaf ya dok ganggu dokter malam-malam gini."

"Gak papa, Ca. Saya paham kok. Ya udah, saya tutup dulu ya? Nanti kalau ada apa-apa langsung telepon aja jangan sungkan. Kalau chat kadang saya gak dengar."

"Baik, dok." Jawab Caca dengan sopan. Lalu panggilan pun berakhir. Tias mengambil ponsel Caca lalu menaruhnya di nakas. Setelah itu ia duduk ditepi ranjang, mengusap kepala Caca lembut.

"Sebaiknya kamu tidur, Ca. Besok kita check up ke dokter ya?"

Caca mengangguk lalu mulai terpejam karena memang sangat mengantuk. Sedangkan Mama Tias terus menjaganya karena takut Caca sakit lagi.

1
Elok Pratiwi
males baca jika sudah disakiti dihina tp akhir nya balek lagi pada orang yg telah menyakiti nya
desih nurani: Mohon maaf buk, kalau memang tidak suka ya silakan jangan dibaca. Semua author juga tidak memaksa kok para readers yang tidak suka untuk stay. Tidak perlu memberikan nilai buruk untuk karya orang lain. Saya lihat Ibunya banyak menjatuhkan karya orang lain ya
total 1 replies
Esni barus
/Angry//Drool//Drool//Drool//Drool/
Yanthi Chahya Yustikarini
d lanjut ga ini naggung thor
desih nurani: Lanjut kok, sabar ya say 🥰
total 1 replies
Yanthi Chahya Yustikarini
bagus cuman naggung
Asri Yati
lanjut thor up yg banyak
desih nurani: Debanyak apa nih?
total 1 replies
Happy Kids
trs abis itu anya hamil. ah tambah ruwet hidupmi
Arman Despi
Alhamdulillah akhirnya lanjut juga😊sehat terus thor.aAq menanti kelanjutan cerita ini sampai akhir kisah Kiano n Caca🙏🏻🙏🏻🙏🏻
desih nurani: Makasih ya selalu support. Maaf selalu bikin kalian nunggu lama
total 1 replies
Sripuan
Luar biasa
Fera Susanti
kemana aja Thor??..dah mau satu tahun nech..lanjut kn cerita nya..
desih nurani: Maaf ya say, sibuk kerja jadi kadang gak sempat lagi mau nulis 🥺
total 1 replies
Fera Susanti
ini kok ga up lagi ya?..
Arman Despi
thorrr up lagi dong
Isabell Serinah
moga opa abirama restu kiano. lanjut lagi plseeee 👍
Isabell Serinah
moga opa abirama restu kiano. lanjut lagi plseeee 👍
Ica Warnita
Luar biasa
Lili Lintangraya
alhamdulillh lanjut lgi.tetp semngt &sehat walafiat sllu🤲
Pujiastuti
akhirnya kak author lanjut lagi upnya cerita kiano dan caca nya

tetap semangat ya kak upnya 💪💪💪
Uthie
Wahhh... senang sekali cerita ini bisa berlanjut kembali 👍😀😀🤗🤗

semoga terus berlanjut dan lancar hingga ending nya nanti 👍👍🤗🤗🤗
Tuti Hayuningtyas: lanjuuuut terus thooooooooor
total 1 replies
Arman Despi
makaih sdh up thorr🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻
Regi Na
yakan itu emg slh lu anj
Regi Na
anjing lah dasar matre
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!