Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
" Mundur!" Brian Beldiq meminta Bumi untuk mundur, dia akan menangani iblis yang sudah berani menyusup masuk kedalam lingkungan akademi.
"Terimakasih guru,"Bumi mengikuti perintah sembari matanya masih terus mengawasi Donovan. Sekilas dia menangkap senyum aneh di wajah iblis itu.
Bumi berpikir, kenapa Donovan tidak menunjukan rasa takut sedikitpun? mungkinkah dia sudah menduga akan ketahuan dan di tangkap hari ini? Tapi kenapa?
"kau tidak apa-apa?" Tanya Raina mendekat, tersenyum manis hingga matanya menyipit.
"Yeah."
Bumi berdiri di samping Raina, menatap lurus ke depan, memperhatikan Brian dan Donovan yang saling melotot sambil bersiap untuk saling serang.
Tiba-tiba udara dalam laboratorium berubah suram, lebih gelap dan lebih dingin daripada biasanya. Murid-murid mengeratkan jaket mereka, melindungi diri sendiri dari udara yang berubah drastis.
Di dalam sana Donovan mendorong tangannya ke depan, mulutnya terbuka lebar lalu raungan tragis keluar. Raungan itu menggetarkan tanah dan udara kian aneh.
Brian tidak tinggal diam, dia mulai memutar tangannya, langsung mengeluarkan sihir tingkat tinggi.
Guru-guru lain juga bergerak maju, mengelilingi Donovan. Mereka tidak akan membiarkan iblis itu kabur.
"Mundur! jangan terlalu dekat, kalian bisa terluka."Seorang murid tahun ketiga meminta mundur para murid yang semakin mendekat ke arena pertarungan.
Tidak ada yang membantah, mereka tahu pertarungan tingkat tinggi bisa menyebabkan cedera parah bagi penyihir pemula seperti mereka.
Bumi diam-diam menjauhi kerumunan. Dia tidak bisa melupakan senyum aneh Donovan, seakan sedang merencanakan sesuatu.
Setelah berada cukup jauh dari laboratorium, Bumi berhenti. Netra hazel nya mengedar, membasahi bibirnya yang kering akibat suhu yang turun drastis.
Matanya berkedut singkat kala menyadari dia berhenti tidak begitu jauh dari perpustakaan. Kata Analika, perpustakaan itu terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian yang menyimpan buku umum dan tidak terlalu penting. Bagian kedua menyimpan buku sihir dari semua klan. Bagian ketiga sering juga disebut sebagai perpustakaan rahasia.
Ngomong-ngomong soal perpustakaan rahasia Bumi jadi ingat dengan Anina yang meminta nya untuk mengambil sepasang pedang biru yang di simpan disana.
Bumi memperhatikan sekelilingnya, setelah memastikan tidak ada yang melihat, dia melangkah lebar ke dalam perpustakaan.
"Kenapa tidak ada penjaga disini?"Gumam Bumi, biasanya perpustakaan di jaga ketat karena menyimpan banyak buku berharga. Namun, saat ini tidak ada satupun penjaga.
Pintu perpustakaan sedikit terbuka, hal ini semakin menambah keanehan. Otak Bumi berpikir cepat. Jangan-jangan Donovan sengaja memancing semua orang ke laboratorium yang letaknya paling jauh dari perpustakaan, lalu seseorang akan menyusup ke dalam perpustakaan dan mengambil sesuatu.
Apa yang mereka ambil?
Pedang biru atau ada benda lain yang lebih berharga?
Dengan kesimpulan itu Bumi buru-buru masuk. Semoga saja belum terlambat.
"Bumi?"
Satu suara menyentak dari belakang ketika Bumi hendak membuka pintu. Bumi menoleh dan mendapati Zavion berdiri bingung.
" Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Bumi sedikit curiga.
" Aku tadi hendak pergi ke laboratorium, katanya ada iblis menyusup. Tapi, aku tak sengaja melihat seseorang berlari kemari, aku yakin sekali itu bukan kau. Apa kau bertemu seseorang?" Kata Zavion menjelaskan sembari bertanya.
"Aku tidak melihat siapapun. Saat ini kita harus masuk dan memeriksanya." Bumi membuka lebar pintu, masuk tanpa keraguan sedikitpun. Tidak ada satupun penjaga ataupun petugas perpustakaan yang terlihat.
"Apa maksudmu?" Zavion mengikuti dari belakang.
"Menurutku Donovan sengaja membuat keributan di laboratorium untuk memancing semua orang pergi ke sana. Lalu, seseorang masuk ke sini dan mengambil sesuatu yang berharga." kata Bumi terus berjalan, menyusuri rak-rak tinggi yang seolah-olah menenggelamkan mereka. Dari peta yang diberikan Anina, Bumi bisa mengingat arah menuju perpustakaan rahasia.
" Untuk apa?"
Bumi mengedikkan bahu, hanya pemikiran sepintas yang menurutnya paling masuk akal. Donovan tidak mungkin mau membuat keributan yang berakhir dengan dia yang tertangkap jika tidak merencanakan sesuatu yang lebih besar.
Setelah itu terjadi keheningan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka sudah tiba di bagian yang menyimpan buku sihir.
Perpustakaan akademi langit hitam memang sangat luas, mungkin jika Bumi tidak pernah melihat peta ajaib yang diberikan Anina secara rahasia mungkin Bumi bisa tersesat.
" kau mendengar sesuatu?" Tanya Zavion tiba-tiba berhenti.
Bumi juga berhenti, menajamkan pendengarannya. Benar! ada suara geraman halus dari arah depan. Suara nya bukan suara binatang buas, tetapi,
"Enggh...!"
Suara geraman tadi hilang, berganti dengan suara erangan.
Bumi dan Zavion saling tatap, berbicara melalui mata. Pelan-pelan keduanya melangkah, Mata mereka tidak lepas dari pintu besar di depan sana.
Suara itu berasal dari balik pintu itu. Mungkinkah yang menyusup adalah se-sosok monster?
***