Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 : Isekai
Sion. Jangan melawan ya, dengan begitu maka, kau akan aman.
Hal yang mereka katakan. Itu semua, sebuah kebohongan. Jika aku tak melawan maka aku akan aman? Hahahaha! Bodoh! Bodoh sekali!
Sekarang lihatlah! Aku di hajar habis-habisan oleh anak-anak orang kaya ini. Siapa yang mau menolongku?!
"Kenapa kau diam saja? Menangis lah govlok!"
Anak orang kaya itu, menendang wajahku menggunakan kakinya. Dan yang lain, menahanku dengan tangan mereka. Membuatku tak bisa bergerak.
"Lihat teman-teman. Anak miskin, dan tak berguna ini. Mari kita lihat, sampai kapan dia akan bertahan... Hahahaha!"
Aku mendengar jelas, semua tawa mereka. Senang? Mereka sangat senang melakukan ini padaku. Namun, jika aku yang melakukan ini pada mereka, bagaimana?
Oh jelas! Mereka pasti akan menggunakan kekuasaan orang tuanya, yang berduitlah yang menang. Itulah kenyataannya.
Tapi, jika sudah begini. Aku sudah tak perduli lagi.
Aku menggunakan sisa tenagaku, untuk memukul orang disampingku. Membuatnya merasakan sakit diwajahnya.
"Kau! Beraninya kau melakukan itu pada temanku!"
Lalu begitu juga dengan yang satunya, mereka berdua mengeluarkan darah dari hidungnya.
"Kau akan menerima akibatnya!"
Anak orang kaya itu, yang di panggil William. Memulai menyerang dengan tinjunya, yang mana berhasil kutangkap.
"William Yorda, kan? Aku sudah tak perduli, bahkan jika mati disini. Setidaknya aku akan membuatmu merasakan apa yang kurasakan."
"Apa-apaan kau ini! Kau pikir kau bisa meng—"
Sebelum kalimatnya selesai, tinjuku sudah kudaratkan di wajahnya. Ia tersandar ke dinding, memegangi wajahnya.
"Wajahku! Kau! Awas saja!"
William mencoba untuk lari. Namun, ia terjatuh karena kakinya di tarik temannya.
"Bos William! Jangan tinggalkan kami!"
"Bodoh! Siapa perduli dengan kalian, yang terpenting adalah nyawaku!"
Bodoh, sungguh bodoh. Dengan begitu sudah tak ada jalan keluar untukmu.
Kedua temannya itu memeganginya dengan erat, membuat William makin mengamuk mencoba melepaskan kakinya.
"Sialan! Lepaskan aku!"
"Jika kami terluka, maka kau harus merasakannya juga! Ini salahmu!"
Aku menendang wajah William saat ia masih tak bisa bergerak, karena kakinya di pegangi.
"Teruskan Sion! Kau memukul kami dengan keras, tapi dia bahkan belum mengeluarkan darah!"
"Diam bodoh, setelah aku selesai dengannya. Maka, selanjutnya giliran kalian."
Mereka berdua terdiam, sedangkan aku masih memukuli wajah si William. Orang ini harus di beri pelajaran.
Pukulan demi pukulan di daratkan, membuat memar diwajahnya. Pukulan terakhir dengan semua tenagaku. Yang mana berhasil membuatnya memuntahkan darah segarnya.
"Uhuk!"
William menatapku tajam, amarah terlihat di wajahnya. "Sion! Lihat saja, aku tak akan mengampunimu!"
Mendengar itu membuatku ingin tertawa. "Kau? Ingin melawanku? Hahahaha! Sayang sekali, kau telah kehilangan kesempatan itu."
Aku menginjak kaki William yang sedang di pegangi oleh teman-temannya.
Krakk!
"Aghhhhhhkkk! Sakit! Sakit!"
Kedua temannya itu melepaskan pegangannya, dan mundur dengan sedikit takut. Terdengar jelas suara retaknya tulangnya, dan saat ini William tak bisa melarikan diri lagi.
"Ada apa, William? Kau takut?"
"Kau! Lihat saja kau past—"
Bugh!
Tendangan kudaratkan di wajahnya. Membuatnya terdiam, menahan rasa sakitnya.
Ahhh aku bosan.
Aku menarik kaki William.
"Hei! Tunggu! Apa yang kau lakukan!"
Satu... Dua... Tigaa!
Tepat setelah hitungan ke tiga, aku melemparkan tubuh William ke jendela. Karena saat ini, kami berada di gedung yang sangat tinggi.
"SIALAN!"
Setelah beberapa saat menikmati pemandangan berdarah itu, aku sendiri melompat kebawah.
Hahaha! Ini akhirnya! Aku bebas, aku tidak menyesalinya.
Setelah itu, semuanya menjadi gelap. Aku tak mengingat apapun.
...---...
Aku merasakan angin berhembus pelan, dingin menerpa kulitku. Dan aku juga merasakan ada rumput yang bergoyang disekitarku, terasa geli saat mereka menyentuh kulitku.
Perlahan aku membuka mataku, melihat langit yang tertutup pepohonan lebat. Aku bangun dari posisiku.
"Di mana ini," ucapku, sambil melihat sekeliling.
Penuh dengan pohon. Suasana terasa damai, hanya angin berhembus dan suara dedaunan.
Tak bertahan lama ketenangan itu, tiba-tiba terdengar suara keras, yang membuatku menengok. Burung-burung berterbangan, tanda akan ada yang datang, sesuatu yang besar, kuat, dan berbahaya.
Melihat monster itu, hal pertama yang kupikirkan adalah.
Dinosaurus?
Bukan, itu hanya terlihat mirip. Yang ini lebih seperti monster yang memiliki tubuh mirip T-rex. Aku bangkit dari tempatku, mencoba melarikan diri.
Dengan sekuat tenaga berlari menjauhi monster itu.
Huhh... Huh... Huh...
Setelah beberapa saat, aku menemukan tempat persembunyian. Sebuah gua yang lumayan muat untuk kumasuki. Tenda ini tertutup pepohonan, seakan ada pemiliknya, yang sengaja menutupi tenda ini.
Apapun itu, yang terpenting selamatkan diri terlebih dahulu.
Aku dengan cepat memasuki gua itu, di dalamnya gelap. Namun, ada yang bersinar. Itu... Sebuah batu? Atau berlian?
"Tidak-tidak, mana mungkin ada berlian disini. Tapi monster itu tadi, sebenarnya apa?"
Memikirkannya saja membuatku agak merinding, dan tepat saat itu ada sesuatu yang menyentuhku dari belakang.
"Aghhhhhhhh!" teriakku, kaget.
Setelah melihat kebelakang, oalahh itu cuma Slime. Eh... Slime?
Monster... Batu berkilau, dan Slime. Jangan-jangan ini Dunia lain.
"Tebakanku mungkin saja benar, hei Slime kecil. Tempat apa ini... Dan benda apa itu?"
"..."
Tiada jawaban, dengan bodohnya aku mengajak Slime bicara. Apa sih, yang kupikirkan.
Slime ini bersembunyi disini juga, sepertinya dia juga takut dengan monster tadi.
"Slime kecil yang malang, kau pasti ketakutan ya," ucapku sambil mengelus-elus Slime itu.
Aku menghabiskan waktu lama, bersama Slime itu. Tidak terasa kami jadi semakin dekat. Waktu yang kami habiskan sepertinya tidak sampai sehari, karena monster itu sudah pergi, dan kami akhirnya bisa keluar.
Langit berwarna jingga, terlihat di celah-celah pepohonan. Menandakan sudah sore.
"Akhirnya... Badanku pegel-pegel."
Aku meregangkan tubuhku, karena terlalu lama duduk membuat tubuhku jadi sedikit kaku. Dan tepat saat itu juga terdengar suara dari perutku.
Sudah jelas, itu tanda kalau aku lapar.
Aku memegangi perutku, memikirkan apa yang bisa kumakan. "Aduhh, tidak ada makanan disini."
Slime itu kemudian menuju ke semak-semak, dan mengambil beberapa daun untuk diberikan padaku.
"Eumm. Terima kasih, tapi aku tidak makan daun."
Aku mendekati Slime itu, sedikit heran. Kira-kira Slime ini kupanggil apa ya.
"Hei. Slime kecil, kau itu betina atau jantan?"
Eh pertanyaan apa itu tadi, memangnya Slime punya gender?
"Aku betina."
Mendengar suara itu, aku terdiam beberapa saat.
"Eh... Slime bisa bicara!"
"Diam-diam, harusnya yang terkejut disini adalah aku. Aku sendiri bingung kenapa aku bisa bicara."
Ini aneh sekali. Dunia macam apa ini sebenarnya.
"Kalau begitu... Kupanggil Lise saja, bagaimana? Kurasa itu cocok denganmu."
"Tidak buruk, aku menyukainya."
Setelah selesai berbicara ia melompat, tubuhnya dipenuhi cahaya, yang kemudian berubah menjadi berbentuk manusia.
"Bagaimana? Apakah penampilanku cantik?"
Aku terdiam, tak bisa mengatakan apapun.