setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
" pak Amran ? baru seminggu yang lalu kita saling berpelukan di atas ranjang. Dengan suara lembut kamu memanggilku berulang kali. Dan kini kamu memanggilku Pak Amran setelah tidak bertemu beberapa hari saja?" Amran sangat tidak terima. Bagaimana Zahira memperlakukannya seperti tidak ada artinya.
Mengetahui jika Dia sudah menyulut kemarahan Amran, Zahira yakin suaminya tidak akan melepaskan nya dengan mudah setelah ini.
" Amran, bukankah selama ini kamu tidak pernah mencintai ku !. kamu juga akan mendapatkan manfaat jika kita bercerai. Kamu bisa memilih wanita manapun untuk menjadi nyonya Renaldi..!"
Amran menghampiri Zahira dengan tatapan lurus. Lelaki itu mengambil dagu Zahira lalu menyahut dengan suara dingin " kamu pikir kamu bisa menyuruhku sesuka hatimu? kenapa kau tiba-tiba meminta cerai dengan begitu keras kepala ?! Apa kamu lupa jika kamu tidak akan mendapatkan apapun setelah bercerai dengan ku, Zahira? "
Zahira tidak bisa menyembunyikan jika saat ini dia ketakutan setengah mati. Tangannya saling bertautan erat.
" ya, aku sangat tau!. Maka dari itu Amran, apa sulitnya menceraikan ku. Aku tidak akan meminta apapun setelah bercerai!"
Zahira menepis tangan Amran yang memegang dagunya kuat. wanita itu memberanikan diri untuk melawan keegoisan suaminya.
Amran kini berdiri menjulang di hadapan Zahira yang duduk di kursi. Lelaki itu dengan tatapan tajam membalas dengan kasar. " lima tahun yang lalu kau mengemis cinta dariku, dan kini lima tahun kemudian kamu meminta cerai. Semudah itu kah?!. Zahira, aku bukan lelaki baik. Aku tidak akan begitu saja membiarkan mu keluar masuk di kehidupan keluarga Renaldi dengan begitu mudah!"
suasana menjadi panas, niat Zahira menyanggupi permintaan Amran adalah untuk membicarakan perceraian mereka secara baik-baik. Tapi kini semua itu tidak akan terjadi.
Amran sangat emosional, bahkan mengatakan semua yang dia pendam selama ini. Zahira baru menyadari jika Amran memang tidak menyukai keluarga Malik.
Zahira merasa sangat terpojok, jadi dia berusaha untuk berdiri dan menyamakan diri dengan Amran.
" kenapa? Kamu tidak terima?!" Amran kembali bersuara.
Zahira membalas tatapan Amran dengan tak kalah beraninya. Dia menyembunyikan semua ketakutan nya dan berencana langsung pergi jika Amran terlihat akan melakukan hal yang nekat.
Zahira mengambil tasnya dan membalas dengan gaya tegas " Kamu sangat egois Amran!. Kamu tidak mencintai ku, tidak menghargai pernikahan kita. Tapi kenapa sulit sekali bagimu menceraikan ku?... kalau begitu aku akan melakukan cara lain agar kamu menceraikan ku dengan suka rela!"
Zahira melangkahkan kakinya, namun belum juga membalik badan. Amran sudah lebih dulu menahan lengannya dengan erat.
" cara apa? Kau mau menjual diri?!"
Suara keras Amran membuat nafas Zahira mendadak semakin cepat. Wanita itu tidak pernah bertengkar dengan Amran separah ini. Baginya moment ini adalah moment paling menakutkan baginya. Berhadapan dengan kemarahan Amran yang menggebu-gebu.
Melihat Zahira tidak menampik tuduhannya. Amarah Amran semakin meletup-letup.
" kamu pikir dengan status mu sebagai nyonya Renaldi ada lelaki yang mau mendekati mu? Tidak mungkin! Siapa yang berani berurusan dengan Keluarga Renaldi?! hah! Lagi pula mana ada lelaki yang bisa memuaskan mu selain aku!.. "
Plak..
Keterlaluan,! Zahira sangat tidak terima dengan penghinaan yang Amran lontarkan padanya. Meski dia tau jika Amran bermain hati dengan wanita lain, tapi dia sama sekali tidak berfikir untuk membalas nya dengan perbuatan yang sama.
Dengan tatapan tidak percaya Amran berucap datar " kamu berani memukul ku?!"
Pertama kalinya Zahira menampar pipi Amran dengan keras, bagitu pun dengan Amran. Pertama kalinya di tampar oleh wanita.
Dan itu dari istri nya yang penurut!.
Amran segera menarik lengan Zahira. Mereka menuju ke sebuah pintu. Jika tak salah ingat, Zahira tau ruangan di balik pintu itu. Itu adalah ruangan bersantai. Ada sofa dan... Ranjang!.
Jantung Zahira berdetak kencang. Wajahnya mendadak pucat dan tubuhnya terasa dingin. Wanita itu seakan tau apa yang akan Amran lakukan padanya.
Maka dari itu, sebelum apa yang dia pikirkan terjadi. Zahira dengan keras memberontak melepaskan diri.
Jangan salahkah Amran, dia lelaki normal yang sudah beberapa hari tidak mendapatkan kepuasan. Kini berfikir jika Zahira akan menjual diri dan membiarkan tubuh indah itu di jamah orang lain. Amran tidak Sudi!.
" Amran, lepaskan aku!" Zahira terus memukul tangan Amran yang mencengkram kuat lengannya.
Langkah dan tubuh Zahira terseok-seok karena tarikan serta langkah Amran yang lebar. Lelaki itu sama sekali tidak bergeming dengan permohonan Zahira.
Rahangnya mengerat kuat serta tatapan yang tak kalah menyeramkan.
Brak.
Pintu di buka dengan keras.
" tidak ! Amran lepaskan aku.."
semakin Zahira memohon semakin membuat Amran bergairah. Suara memohon seperti inilah yang Amran rindukan dari Zahira saat mereka berada di ranjang.
Kini kepala Zahira di penuhi ketakutan hingga tidak menyadari jika dia sudah berada di samping ranjang. Amran mendorong tubuh kecil itu ke tengah kasur lalu melepas jas dan dasinya dengan cepat.
Di saat Zahira tengah terguncang karena benturan Amran sudah berada di atas tubuh istri nya. Menahan kedua tangan Zahira di sisi-sisi tubuhnya.