(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
ISTRI 13 TAHUN
25
"Sudahlah pergi kau dari sini, dari pada kau semakin malu nantinya." usir Mulyo. Lagian dirinya juga muak dengan gadis tidak tahu malu seperti Asih.
"Tapi aku mencintai Pak Jaja, lagian apa salahnya aku membuktikan cintaku padanya." Asih seakan kehilangan urat malunya sehingga masih saja membahas soal cinta.
"Yakin kau mencintai Mas Jaja? apa itu tidak sebuah obsesi yang kau rasakan karena ingin hidup enak. Jangan kau pikir kejadian waktu itu membuat gue lupa ya, bahkan masih sangat jelas gue ingat lo ngejar-ngejar guru laki-laki di sekolah dulu bahkan persis yang kau lakukan sekarang. Sudahlah percuma saja kau datang ke sini memohon-mohon tidak jelas begini. Lagian Mas Jaja tidak akan mau menikah dengan wanita seperti kau,"
"Ayo kita masuk Bu, Yah kalau terus meladeni dia nanti malah kita yang makin emosi. Aku saja yang melihat dia disini saja sudah sangat muak." Mulyo menarik tangan Hendro begitupun dengan Rosiati sedangkan Pajajar hanya mengikuti langkah mereka di belakang.
"Jadi kamu kenal dengan gadis tadi Mulyo? ayah hampir saja jantungan karena pengakuan gadis itu tadi." ungkap Hendro jujur.
"Iya Ayah, dia itu bisa di sebut gadis tidak baik kalau menurut pandanganku. Dulu saja saat masih satu sekolah denganku dia juga melakukan hal yang sama seperti tadi bahkan lebih dari itu Yah. Waktu itu berita yang aku dengar dan lihat dia datang juga ke rumah guru laki-laki di sekolah, bahkan sampai mengaku hamil anak guruku itu. Untung saja waktu itu dia tidak jadi di keluarkan dari sekolah karena akhirnya dia jujur dan dia mengatakan sangat mencintai guru itu padahal dia hanya terobsesi hidup enak dengan mengait laki-laki yang memiliki pekerjaan tetap. Ya contohnya seperti Mas Jaja ini. Kira-kira begitulah ceritanya Bu, Yah,"
"Astagfirullah ibu tidak menyangka anak seusia itu sudah berbuat sejauh itu. Mungkin jika tadi dia juga mengatakan hamil anak Jaja bisa-bisa saat ini ibu sudah beda alam dengan kalian."
"Kamu ini ngomongnya kok malah ngelantur gini Dek. Lagian kamu apa rela ninggalin Mas sendirian?"
"Bukan ngelantur Mas, lagian tidak menutup kemungkinan untuk itu bukan? mana ada seorang ibu mendengar berita anaknya menghamili gadis lain akan bahagia dan berjoget-joget ria,"
"Iya Mas tahu, tapi jangan sampai ngomong beda alam juga lah Dek. Mas ini masih butuh kamu untuk menemani Mas sampai hari tua nanti dan melihat kehadiran cucu-cucu kita nantinya,"
"Iya Ayah benar, lagian aku juga butuh Ibu di hidup ku. Aku juga tidak akan mungkin melakukan hal hina itu sebelum halal kali Bu. Aku juga takut sama azab Allah, Bu,"
"Heheh, iya Ibu minta maaf lagian ibu juga tidak sengaja ngomong gitu tadi Jaja. Hanya refleks saja jika andaikan gadis tadi mengatakan seperti itu kepada ibu dan Ayah tadinya."
"Itu sama saja kali Bu," sanggah Mulyo.
*****
Di rumah Rijali saat ini sudah sibuk mempersiapkan pernikahan untuk sang putri. Tidak ada gunjingan baik itu dari keluarga maupun tetangga karena, memang di kampung itu banyak anak-anak seusia Suniah sudah memiliki suami bahkan sudah ada yang punya anak. Jadi bagi mereka itu sudah hal biasa jika ada pernikahan anak di bawah umur.
"Niah, kamu mau apa?" tanya Emak saat Suniah sudah bersiap memotong tumpulnya kelapa. Tangannya sudah gatal rasanya karena melihat kelapa-kelapa yang sudah meronta untuk di belah.
"Ini aku mau bantuin belah kelapanya Mak, lagian aku suntuk juga kalau hanya duduk-duduk saja." ungkap Suniah jujur.
"Sudahlah kamu masuk saja sana, lagian besok kamu akan menikah dan hari ini kamu bisa istirahat sepenuhnya. Biar besok badan kamu tidak capek karena setelah acara di rumah kita besoknya lagi acaranya di rumah suami kamu yang pastinya akan lebih melelahkan daripada disini." ujar Emak sambil mendorong Suniah masuk rumah.
Dengan pasrah Suniah mengikuti kata Emak meskipun hati Suniah merasa berat. Bayangkan saja sejak beberapa hari lalu dirinya di larang membantu pekerjaan dan hanya boleh bersantai santai saja dengan alasan yang masih sama dari mulut emak.
TBC