Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk dalam permainan.
"Enggak ceweknya! enggak cowoknya! sama aja! Sama-sama nyebelin, angkuh dan juga sombong!! " rutuk Bianca sambil membereskan bunga mawar merah yang akan siap di kirim.
"Udah cepet susun semuanya! biar nanti gue bantu elo!"
"Gak salah denger gue! elo gak denger tadi apa kata si Aluna! yang ada kalau ketahuan semua ini di anter sama elo, si Aluna bakalan membatalkan semua pesanannya! "
Jojo terdiam sejenak lalu menatap ke arah Bianca yang kini sedang terus mendumal.
"Maksud gue__mm.. gue akan bantu elo lewat do'a." Bianca kembali melayangkan tatapan sengit saat mendengar kekehan Jojo. "Sialan lo! gue pikir serius tadi, dasar Jojo nyebelin! "jawabnya sambil terkekeh pula.
"Bagaimana? sudah beres semuanya, nak?" pak Bimo menghampiri dengan wajah yang nampak serius.
"Udah nih, pak! tinggal aku antar sekarang." pak Bimo nampak menatap ke arah Jojo dan mulai berkata kembali,
"Mereka pesan seribu tangkai bunga mawar putih lagi, dan harus di kirim bersama bunga mawar merahnya. "
"Apa!! " seru Bianca seketika. "Tapi bagaimana mungkin pak, waktu kita tidak banyak, sedangkan acaranya akan di mulai jam tujuh malam ini!" kata Bianca yang mulai terlihat panik.
Lalu terdengar bunyi ponsel milik pak Bimo berdering.
"Iya halo.. "
"Pesanannya cepat kirim sekarang juga! saya tidak mau acara saya sampai gagal! jika itu sampai terjadi, maaf.. toko bunga Bapak akan saya sebarkan di media sosial dengan layanannya yang tak becus! "
Tut.
Aluna langsung mematikan panggilannya begitu saja, pak Bimo nampak menatap Bianca dan Jojo bergantian lalu duduk lemas di kursi setelah mendengar semua ancaman itu.
Jojo dan Bianca mulai bertukar pandang, seolah menyadari sesuatu yang tak beres.
"Gue ada ide!!" seru Bianca tiba-tiba membuat Jojo dan pak Bimo menatap serempak ke arahnya.
Sementara itu di tempat Aluna, seluruh rumah sudah di hias dengan begitu cantik juga sempurna. Acara ulang tahunnya yang ke 17 harus sangat mewah dan megah. Tentu saja ini juga berkaitan dengan akan datangnya para petinggi Ayahnya ke sana, juga rekan bisnis penting yang sekaligus Ayah dari tunangannya Om Sebastian.
Waktu terus berjalan, bahkan kini sudah menunjukkan jam setengah tujuh malam. Aluna sudah siap dengan penampilan nya yang memukau,di dampingi oleh kedua sahabatnya Lyra dan Ami.
"Gila! elo bener-bener kayak princess di negeri dongeng! " Aluna hanya tersenyum saat mendapat pujian langsung dari mulut Ami.
"Oh iya. si cupu kenapa belum kelihatan juga?" kata Lyra sambil celingukan menatap sekitar.
"Itu dia datang.. " timpal Ami yang melihat Bianca masuk lewat pintu belakang sambil membawa setumpuk bunga mawar di depannya.
Aluna langsung bangkit dari duduk cantiknya, menatap ke arah si cupu yang kini sedang memberikan bunga mawar itu ke si kepala pelayan.
"Apa ini sudah semuanya! " Bianca mengangguk pelan saat menatap wajah sangar orang yang menanyainya.
Dia pun mulai menghitung tiap tangkai bunga itu sambil sesekali melirik ke arah Bianca. "Lalu, mana bunga mawar putihnya! apa kamu lupa!? " ketusnya lagi dengan raut wajah yang tak berubah,angkuh dan sombong.
"Ada di luar. Saya tidak mungkin membawanya sekaligus kesini bukan? apa anda ingin jika sampai bunga itu rusak?! " si pelayan pun terdiam, menatap lekat ke arah Bianca.
"Ya sudah! cepat ambil lagi bunganya! apa perlu saya yang mengambilnya!! " bentaknya sambil melotot.
Bianca hanya mengangguk sambil berlalu ke belakang, kedua tangannya mulai mengepal kuat, mencoba menahan amarahnya yang kian memuncak.
"Oke, tenang Bianca. Jangan sampai emosi menguasai elo! inget sama pak Bimo dan juga keluarganya,jika pesenan ini sampai gagal gara-gara kemarahan elo. Maka tamatlah riwayat mereka.."gumam Bianca di sepanjang jalan menuju halaman belakang.
Nampak Jojo dan Remon sudah tiba di sana dengan setumpuk bunga mawar putih di depan mereka. Bianca langsung berlari cepat sambil celingukan menatap ke kiri dan ke kanan.
"Makasih ya kalian, udah datang tepat waktu." bisik Bianca pelan membuat keduanya mengangguk.
"Hei anak cupu! cepat bawa bunga mawar putih nya ke dalam!!" terdengar teriakan dari arah pintu keluar membuat Bianca langsung berbalik dan mengangguk, sementara Remon dan Jojo langsung bersembunyi di balik semak-semak.
"Ya udah cepetan! malah bengong lagi!!" bentaknya lagi sambil berbalik menuju ke dalam.
"Udah cepat kalian pergi dari sini! jangan sampai si Aluna lihat kalian berdua!" usir Bianca yang langsung berlari masuk sambil membawa setumpuk bunga mawar di tangannya.
"Cupuu..!! " teriak si kepala pelayan lagi tak sabar.
"I-iya..! aku datang!! "
Ada rasa amarah saat melihat keadaan Bianca yang di perlakukan seperti itu. Jojo menatap lekat saat si pelayan mulai memarahi Bianca dari kejauhan, dengan kata-kata kasar dan juga pedas.
"Elo gak akan balik, Jo? " tanya Remon yang sedari tadi memperhatikan.
"Elo pulang duluan aja, Re! perasaan gue gak enak sebelum si cupu keluar dari tempatnya Aluna! " Remon hanya mengangguk lalu menepuk pundak Jojo pelan.
"Kalau gitu, gue duluan! kalau ada apa-apa langsung hubungi gue! " Jojo hanya mengangguk dan menatap kepergian Remon sejenak, lalu beralih kembali pada Bianca yang sudah menghilang.
\*\*\*\*\*
Terlihat para tamu mulai berdatangan,satu persatu bahkan perlahan mulai banyak. Bianca masih menunggu dengan cemas, saat kepala pelayan disana belum datang memberikan uang pesanannya.
"Ini gimana konsepnya? lama bener mau ngasih uang juga!" Bianca mulai resah terlihat dari gerak geriknya yang terus mondar-mandir di tempat.
Aluna nampak tersenyum puas, lalu datang menghampiri ke arahnya.
"Sorry cupu, elo nunggu lama ya? "
Bianca langsung menoleh dan menatap ke arah Aluna yang sudah tampil cantik dengan busana mewahnya.
"Mana bayarannya?!" kata Bianca sambil mengulurkan tangan.
Aluna hanya terkekeh begitu juga Ami dan Lyra yang berada di sampingnya.
"Sabar dulu dong cupu. Bagaimana kalau elo ikut kita ke dalam. "
"Gak! gue gak mau! cepat berikan uangnya sekarang! gue harus pergi dan gak banyak waktu untuk ngeladenin kalian bertiga! " sarkasnya.
"Mm.. gimana ya cupu.. gue sekarang gak bawa uangnya. Gue lupa, kalau uangnya gue taruh di meja belajar gue." Bianca semakin mengepalkan kedua tangannya, perasaannya mulai tak enak bahkan merasa cemas sekarang. Apalagi saat menatap Aluna dan kedua dayangnya yang tersenyum licik ke arahnya.
"Elo sengaja kan lakuin ini sama gue?! " Aluna hanya tersenyum miring, lalu mulai mendekat ke arah Bianca. Dia berdiri tepat di hadapan gadis cupu itu sambil bersilang tangan di dadanya. "Pestanya belum di mulai cupu, gak asik dong, kalau maskot acara gue pulang lebih awal. "
Degh!
Bianca langsung menajamkan tatapannya, menatap balik ke arah Aluna yang tersenyum penuh kepuasan ke arahnya.
"Aluna sayang, cepat masuk ke dalam nak'. Para tamu sudah hadir semua di dalam dan sedang menunggu kamu." panggil mamah Aluna ke arahnya sambil perlahan mendekat.
"Apa dia teman kamu? kenapa gak kamu suruh masuk? "
"Dianya gak mau mah, katanya malu karena gak pakai gaun saat datang kesini." cicitnya manja membuat Bianca terbelalak tak percaya.
"Bukan! saya.. "
"Ya sudah, ayo ikut tante masuk ke dalam. Jangan malu.. " potong mamah Aluna sambil memboyong tubuh Bianca masuk ke dalam.
"Tapi, tante, saya.. hanya.. "
"Tuh kan mah! dia nolak terus! padahal Aluna nunggu banget kedatangannya sedari tadi! " potong Aluna kali ini dengan memasang wajah yang begitu sedih. Bianca langsung menggelengkan kepalanya cepat merespon setiap tatapan yang mamah Aluna berikan kepadanya.
"Jadi kamu menolak undangan anak saya?! "
"Tidak tante, bukan begitu.. "
"Kalau gitu, ya udah cepat kamu ikut tante masuk kedalam, kita akan cari gaun di lemari Aluna yang pas buat kamu. "
Aluna dan kedua temannya semakin menikmati permainannya, mereka langsung memboyong tubuh Bianca dari kedua sisi.
"Tuh kan! Apa gue bilang tadi, kalau Tante Fretty itu baik banget! " kata Lyra sambil terus menyeret tubuh Bianca yang berusaha memberontak.
"Kamu memang bermulut manis, Lyra." balas Fretty, mamahnya Aluna.
"Sayang! " panggil Seseorang membuat semuanya menoleh. Laki-laki paruh baya itu mulai berjalan dan mendekat dengan langkah yang begitu tegas.
"Apa yang kalian lakukan di sini? cepat para tamu sudah menunggu kalian sedari tadi!" lanjutnya lagi berkata dingin dengan penuh pertanyaan. Lalu sorot matanya beralih pada sosok Bianca yang begitu membuat matanya perih saat melihat penampilannya.
"Siapa gadis jelek ini? Aluna kau tau betul bukan jika Ayah tidak suka sesuatu yang merusak pemandangan mata di rumah ini! jadi jangan sampai kau membuat kekacauan karena mengundang seseorang yang tak pantas ke tempat ini! " Aluna hanya mengangguk tak berani menatap wajah sang Ayah yang dingin saat berada dalam kemarahan, begitu juga dengan Fretty dan juga kedua sahabatnya Lyra dan Ami.
"Ya sudah cepat! tinggalkan dia bersama kedua sahabat kamu!" tegasnya lagi begitu dingin.
"Sungguh menjijikan!" desis Alonso pelan bahakan sangat pelan namun sangat terdengar jelas di telinga Bianca.
" Mau anak nya! mau Ayahnya! sama aja! sama-sama punya mulut kotor dan gak bisa menghargai orang lain!!" batin Bianca.
Aluna langsung melangkah pergi mengikuti jejak Ayahnya dari belakang,begitu juga dengan sang mamah. Aluna hanya menganggukkan kepalanya pada Ami dan Lyra untuk membuat Bianca tak bisa pergi dari tempatnya. Keduanya pun mengerti dan menyeret tubuh Bianca masuk kedalam kamar,mereka menutup rapat pintu itu lalu menatap ke arah Bianca yang sudah mengepalkan tangan.
"Elo baiknya jangan macam-macam, cupu! Elo mau, toko bunga bos lo di sapu bersih rata dengan tanah oleh Ayahnya, Aluna?! " Bianca terhenyak saat mendengar hal itu.
"Maksud lo? "
"Asal lo tau ya, Ayah Aluna itu orang yang sangat berpengaruh di negeri ini, apapun yang dia tak suka akan di sapu habis sampai bersih, begitu juga elo dan juga toko kecil milik bos lo! " Jelas Lyra.
"Jadi sekarang, lebih baik lo ikuti semua permainan ini,jika enggak! tamat riwayat hidup lo!" timpal Ami.
Bianca ingin sekali memberontak dan membuat kekacauan di pestanya Aluna sekarang juga. Toh Ayahnya memiliki kuasa di atas Ayah Aluna, tapi jika itu terjadi, kehidupan lain yang akan jadi korbannya. Pak Bimo dan keluarga kecilnya. Bahkan tak hanya itu, kemarahan Ayahnya terhadap dirinya tak akan kunjung mereda.
"Siall!!"
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗