Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Yudha tak mempedulikan seruan dari Mamah, tujuannya saat ini adalah menjauhkan Kinayu dari hinaan dan perlakuan semena-mena kedua wanita yang merupakan ibu dan istri pertamanya.
Sampai di kamar, Yudha segera mengunci pintu dan menarik tubuh Kinayu berdiri di hadapannya tepat di samping ranjang. Menatap wajah tak bersalah dan hanya diam menerima dengan segala sakit serta iringan air mata, Yudha tak tega.
Sejak Kinayu pulang Yudha sudah merasa ada yang terjadi padanya hingga wajahnya sembab. Tapi hinaan sang mamah membuat hatinya tak terima. Di tambah lagi akting Silvi yang begitu sempurna semakin membuat Kinayu buruk di mata mamah.
Yudha menarik Kinayu ke dalam pelukan, tangisnya pecah hingga menimbulkan Isak kepiluan. Pria itu memejamkan mata mendengarnya, dia yang awalnya tak suka hingga begitu kasar tapi tak terima saat orang lain menghina miliknya.
"Menangislah, tapi setelah ini kamu harus kuat! Jangan menjadi lemah dan mudah di tindas, lawan jika hatimu menolak. Bukan diam dan hanya menerima suka rela. Kamu sekarang istriku, istri kedua dari Yudha Prasetya, akan datang banyak hinaan dan cacian ke depannya. Jadi aku berharap kamu mampu berdiri di kakimu sendiri untuk membela diri."
"Termasuk dari bapak?" tanyanya lirih setelah melepaskan pelukan Yudha.
Yudha tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang menggelitik dirinya. Kemudian ia menganggukkan kepala membenarkan.
"Ya termasuk dari ku, tapi kamu harus ingat! siapa aku sekarang di hidupmu!" tegas Yudha.
Kinayu menarik nafas dalam kemudian memberanikan diri menatap Yudha. "Maaf jika aku merepotkan." Kinayu sadar karena membelanya Yudha melawan pada ibu yang melahirkan beliau.
"Dan terima kasih bapak sudah membela saya."
Yudha tersenyum miring kemudian mencubit pipi Kinayu hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Semua tidak gratis! beristirahatlah dan kerjakan tugas dari ku tepat waktu. Lalu pakai gaun malam yang telah aku siapkan karena nanti malam aku akan mengunjungi mu!"
Kinayu tercengang mendengar ucapan Yudha, biasakah ia menolak. Rasanya tubuh tak mampu mendapatkan serangan Yudha yang membabi buta dan begitu kasar. Hingga Kinayu bergidik ngeri membayangkan nya.
"Bolehkan aku menolak dan di ganti dengan yang lain?"
Yudha tersenyum miring, keberanian pertama yang Kinayu tunjukkan langsung padanya. Yudha menundukkan kepalanya, lalu mensejajarkan wajah keduanya.
"Apa kamu lupa ucapan mamah tadi? jika kamu tidak segera memberikan cucu padanya. Maka pulangkan uang yang telah aku berikan pada orang tuamu!" bisik Yudha dengan penuh penekanan membuat Kinayu mau tak mau akhirnya menerima. Wanita itu menganggukkan kepala dan Yudha tampak puas melihat Kinayu yang begitu nurut padanya.
"Aku akan keluar dan meminta Bibi mengantarkanmu makan. Jangan mencari penyakit dan berusaha diet! karena aku lebih suka tubuhmu yang berisi!"
Yudha keluar meninggalkan Kinayu yang masih berdiri dengan mulut menganga. Kinayu menggelengkan kepala menatap kepergian Yudha kemudian tubuhnya luruh di atas ranjang.
"Dasar dosen mesum!"
Yudha masuk ke dalam kamar utama setelah meminta Bibi mengantarkan makanan untuk Kinayu. Dia melihat Silvi yang sudah rapi dengan pakaian sexy dan high heels untuk mendukung kaki jenjangnya.
"Mamah sudah pulang?" tanyanya datar dan duduk di ranjang melihat setiap pergerakan dari Silvi.
"Bagaimana tidak pulang jika beliau di usir oleh anaknya sendiri!" jawab Silvi enteng kemudian berdiri di depan Yudha.
"Kamu terlalu kasar pada mamah hanya untuk membela wanita itu!"
"Wanita itu juga istriku, jadi pantas jika aku bela." Yudha berdiri di hadapan Silvi, menatap tajam wanita yang masih berstatus istrinya tapi dia begitu muak akan sikap dan sifatnya.
"Istri yang kau beli? lalu apa bedanya dia dengan pelaacur mas? sama-sama di beli dengan sejumlah uang. Hanya bedanya ia kamu beli lebih mahal langsung pada orang tuanya." Silvi tersenyum miring, apa lagi tampak jelas wajah Yudha yang begitu kesal dengan tangan terkepal.
"Ada yang salah dengan ucapanku? koreksi jika memang ada yang salah, karena kewajibanmu memperbaiki setiap kesalahan istri! Dan tugasku saat ini, membuka matamu agar kamu tau mana permata dan yang mana batu koral!"
Saat ini Yudha yang tersenyum miring pada Silvi, bahkan ia ingin sekali menertawakan ucapan Silvi. "Tunjukkan lah! aku akan sangat berterima kasih jika kamu mau membantuku untuk membuka mataku yang telah lama tertutup olehmu!"
Silvi tercengang mendengar penuturan dari Yudha, dia pun tak terima begitu saja.
"Dan jangan lupakan penawaranku tempo hari!"
"Aku tidak bisa mas! dan sejak awal aku sudah bilang jika aku tidak bisa. Dokter pun telah memvonisnya."
"Oke, kalo begitu terima saja keadaan seperti ini dengan segala sikapku yang tak sehangat dulu lagi! karna semua sudah berubah dan hubungan kita hanya sekadar status saja!" tegas Yudha kemudian melangkah keluar kamar menuju ruang kerja.
"Sial! kamu pikir aku akan terima mas. Kamu tidak akan pernah bisa lepas dari ku!"
Silvi segera pergi, hari ini ia ada pemotretan dan malamnya sudah ada janji bertemu dengan Gilang.
...🍃🍃🍃...
Malam ini Kinayu masih sibuk bergelut di depan laptop dan beberapa buku yang ia beli tadi siang. Dia berusaha fokus dan melupakan semua yang terjadi pada hari ini.
Yudha masuk dan menatap Kinayu yang masih sibuk. Ia tak ingin mengganggu, membiarkan Kinayu menyelesaikan dan memilih untuk duduk di sofa.
Ponsel Kinayu berdering berulang kali, ia pun tak ada niat untuk menerima. Memilih mengabaikan tanpa tau siapa gerangan penelpon yang sejak tadi mengganggu.
"Halo."
Kinayu tercengang melihat Yudha yang sudah ada dihadapannya menerima panggilan yang sejak tadi mengusik pria itu.
"Pak...." lirihnya. Jari telunjuk Yudha membungkam mulut Kinayu dengan tatapan tajam.
"Siapa anda?"
"Justru saya yang harus bertanya, siapa anda?" tanyanya datar dengan terus menatap tajam Kinayu yang kini cemas dengan siapa Yudha berbicara.
"Saya menelepon Kinayu dan ingin berbicara padanya, bukan anda! Tolong berikan ponselnya karena anda tidak sopan!"
"Siapa anda seenaknya berbicara seperti itu pada saya? Anda tidak ada hak. Saya suaminya, hak saya memperbolehkan atau tidak dia berhubungan dengan pria lain."
"Saya yang akan menebus Kinayu dan merampas kembali Kinayu dari anda!"
"Berani kamu merebut milik saya!" sentak Yudha dengan tangan terkepal, ia mulai terpancing emosi tapi masih berusaha untuk tetap menahan.
"Anda yang sejak awal merebut milik saya jika anda lupa! saya kekasih Kinayu, saya akan mengambil apa yang sejak awal menjadi milik saya!"
"Lakukan jika kamu bisa!"
prang
Kinayu terkejut melihat ponselnya sudah tak berwujud. Dia tak menyangka jika Yudha akan membuang ponselnya begitu saja. Kinayu segera berlari menghampiri ponselnya yang hancur di sudut ruangan. Tapi dengan segera Yudha meraih tubuh Kinayu dan menariknya ke dalam dekapan.
"Nanti aku belikan yang baru!"
"Bapak jahat! aku tidak minta di belikan ponsel baru, aku ingin ponsel ku kembali!" Kinayu sangat kesal hingga memukul dada Yudha. Ponsel itu di beli dari hasil tabungannya sendiri. Saat itu usaha bapak masih jaya, tapi karena Kinayu di didik dari keluarga yang sederhana, ia lebih memilih menabung untuk membeli apa yang ia inginkan dari pada meminta di belikan bapak. Karena dengan begitu timbulah rasa menghargai apa yang ia miliki.
"Aku membelinya dengan menyisakan uang jajanku dan sekarang bapak seenaknya saja membuangnya!" Pipi Kinayu basah, kekesalan yang hanya bisa terlampiaskan dengan air mata.
"Cukup Kinayu! aku minta maaf."
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa