Gadis kutu buku tiba-tiba mendapatkan sistem play store yang menyatakan jika update bumi akan segera terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orderan dari Gadis Nyentrik
Sekar yang ditendang keluar dari kamar hotel oleh dirinya sendiri tidak tahu harus melakukan apa untuk bersenang-senang.
Saat berada di dalam lift menuju lantai bawah, ia terus memikirkan kegiatan yang akan ia lakukan selama dunia kiamat.
"Apakah aku bisa bertemu dengan teman-temanku lagi?"
Sekar memikirkan teman-temannya yang juga merupakan para survivor.
Di tengah bencana, kemanusiaan tidak sepenuhnya hilang. Masih banyak orang baik yang patut dijadikan teman seperjuangan. Sekar merasa saat itu ia tidak akan bertahan selama itu jika bukan karena bantuan orang-orang baik tersebut.
"Tapi aku telah mengacaukan banyak hal hingga membuat masa depan berubah. Aku tidak tahu apakah mereka bahkan akan selamat di hari pertama bencana atau tidak."
Meskipun kali ini ia tidak membutuhkan bantuan orang lain, Sekar tetap akan merasa bersalah jika tindakannya justru menyulitkan mereka yang telah menolongnya di masa lalu.
Karena itu, ia memposting pengumuman tentang hal-hal aneh yang menandakan awal terjadinya bencana serta cara bertahan hidup pasca kiamat. Agar terlihat meyakinkan, Sekar menulis jika semua yang akan terjadi adalah ulah para elit global.
Postingan itu disebarkan lewat akun The Bot, akun yang sebelumnya ia gunakan untuk menyebarkan fakta tentang para siswa pembully dan bisnis gelap orang tua mereka.
Kolom komentar postingan itu segera dibanjiri makian dan hujatan dari para buzzer.
"Kebohongan apa lagi yang dia sebarkan?"
"Informasi konyol macam apa ini?"
"Postingan ini membuktikan bahwa pemilik akun The Bot sudah gila dan semua hal yang dia posting adalah kebohongan!"
Meskipun banyak komentar negatif dari para netizen bayaran, di antara ribuan komentar yang masuk, ada juga yang menanggapinya dengan serius.
"Aku seorang perawat yang bekerja di rumah sakit pinggir kota. Kemarin, aku hampir diserang oleh orang dengan ciri-ciri seperti yang ada di postingan."
"Aku melihat beberapa kucing komplek mulai bertingkah aneh. Mereka menjadi lebih ganas seperti terkena rabies."
"Aku seorang ibu yang menemani anakku di rumah sakit. Beberapa jam yang lalu, banyak pasien yang kejang-kejang di ruang inap mereka. Beberapa dari mereka mulai menyerang secara membabi buta, membuatku sangat khawatir dengan anakku."
Sekar tersenyum melihat beberapa komentar di postingannya.
Merasa sudah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan, ia pun berniat menutup ponselnya. Namun, ia terhenti saat melihat sebuah komentar dengan nama pengguna yang ia kenal.
"Gilbran..." Sekar mengingat salah satu temannya di masa lalu.
Awalnya, ia ragu karena mungkin saja itu adalah orang lain dengan nama yang sama. Namun, setelah melihat akun tersebut, Sekar yakin bahwa itu memang temannya.
Gilbran menawarkan jasa sebagai tour guide dengan bayaran yang cukup murah. Dalam postingannya, ia mengaku mengetahui seluruh tempat menyenangkan di Jakarta.
"Terlihat seperti apa yang sedang aku butuhkan."
Tanpa ragu, Sekar segera menghubungi temannya yang belum menjadi temannya itu.
***
Seorang pemuda mengendarai motornya melesat di jalan raya dengan seorang gadis membonceng di belakangnya. Pemuda itu sedang mengantar kekasihnya pulang setelah mereka menyelesaikan kuliah.
Pemuda itu tersenyum saat kekasihnya melambaikan salam perpisahan sebelum masuk ke rumahnya. Namun, senyumnya berubah menjadi getir ketika melihat seorang wanita yang merupakan ibu dari kekasihnya.
Wanita itu menatapnya dengan tatapan tidak senang. Pemuda itu menyapa, tetapi wanita itu menjawab dengan jutek. Terlihat jelas dari sikapnya bahwa dia tidak menyukai hubungan putrinya dengan pemuda itu.
Dengan sopan, pemuda itu pun berpamitan, lalu melanjutkan perjalanannya. Setelah agak jauh dari rumah pacarnya, ia mengganti jaketnya dengan jaket berwarna hijau. Dia bekerja sebagai tukang ojek sekaligus pengantar makanan.
"Semoga hari ini banyak orderan," gumamnya penuh harapan.
Meskipun begitu, dia sendiri tidak yakin apakah ada harapan untuk mengubah hidupnya. Sebagai anak tertua dari keluarga yang tidak mampu, dia harus menjadi tulang punggung sejak ayahnya tiada.
Hidupnya penuh kesulitan, tetapi dia merasa beruntung memiliki kekasih yang pengertian. Bagaikan pelita dalam kegelapan, kekasihnya adalah sumber kekuatan yang membuatnya bertahan dan terus berjuang.
"Aku akan terus berjuang agar aku layak bersanding dengannya," gumamnya lagi, memikirkan masa depan bersama sang kekasih. Namun, energi positif itu perlahan menghilang saat dia menghadapi kenyataan betapa sulitnya bertahan hidup.
Berkali-kali dia harus berhadapan dengan pelanggan yang menjengkelkan, terjebak macet hingga menyebabkan keterlambatan, dan menerima pemotongan gaji yang tidak seberapa.
Kelelahan yang ia alami hanya membuahkan hasil yang sangat minim. Saking lelahnya, ia tiduran di trotoar, tetapi tidak bisa memejamkan mata karena tagihan kontrakan bulan ini terus membayanginya.
Ding!
"Huh..." Pemuda itu bangkit saat mendapatkan notifikasi. Awalnya, ia mengira itu adalah orderan seperti biasa, tetapi setelah membuka pesan, ternyata itu adalah tawaran untuk menjadi tour guide—pekerjaan sampingannya yang selama ini tidak pernah mendapatkan pelanggan.
Matanya terbelalak saat melihat tawaran dari orang yang ingin menyewa jasanya. "Apa ini lelucon?" Ia berulang kali mengusap matanya, memastikan bahwa yang ia lihat bukanlah kesalahan.
Orang yang akan menyewanya menawarkan lima juta rupiah per jam hanya untuk menemaninya berkeliling kota. Itu adalah bayaran yang sangat besar hingga membuatnya curiga.
Ia berniat menolak, tetapi segera berhenti ketika teringat bahwa tagihan listriknya belum dibayar.
"Tidak akan ada perubahan jika tidak ada keberanian untuk berubah," pikirnya.
Tanpa ragu lagi, ia menyetujui permintaan itu dan segera menuju tempat pertemuan.
"Ho... Hotel Grand!" Dia sangat terkejut dengan lokasi pertemuan yang ditentukan oleh pelanggannya.
***
Pemuda itu akhirnya tiba di depan Grand Hotel. Kendaraannya yang hanya berupa motor tua peninggalan ayahnya, menarik perhatian semua orang di sana. Tatapan sinis dan penuh hinaan langsung tertuju padanya, seolah-olah kehadirannya mencemari tempat mewah itu.
Dia sadar diri bahwa seharusnya dirinya tidak berada di tempat ini. Dalam hati, dia merasa telah dikerjai oleh orang iseng yang mengaku sebagai pelanggan.
Tiba-tiba, seorang valet menghampirinya dengan ekspresi meremehkan.
"Hei, ada urusan apa kau kemari?" ucapnya dengan nada kasar.
Pemuda itu panik. Dia tidak ingin berurusan dengan seseorang yang mendapatkan gaji lebih besar darinya hanya dengan pekerjaan mudah.
"Em... Maaf, aku mendapatkan orderan dari seseorang," balasnya tergagap.
Melihat pemuda itu yang ketakutan, valet tersebut menyeringai licik.
"Orderan apa? Kau nggak bawa apa-apa. Jangan bilang ada orang yang mau nyewa ojek. Kau pikir ada pengunjung tempat ini yang mau menaiki rongsokan itu?"
Perkataan merendahkan itu disambut tawa oleh orang-orang di sekitar. Pemuda itu hanya bisa diam, menahan malu yang begitu besar. Dia melihat beberapa orang mulai merekam kejadian ini, membuatnya semakin gusar. Jika video ini tersebar dan sampai ke telinga kekasihnya, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.
Namun, penghinaan itu belum cukup. Valet itu bahkan meminta sekuriti untuk menangkapnya dengan alasan mencurigakan. Pemuda itu semakin panik. Jika sampai ditangkap, hidupnya bisa hancur.
Tapi tiba-tiba...
"Apa ini!"
Suara keras seorang perempuan terdengar dari belakang mereka, membuat semua orang terdiam.
Seorang gadis berpenampilan nyentrik dengan hidung ditindik berjalan ke arah mereka dengan ekspresi marah.
"Apa hotel ini benar-benar melakukan praktik penipuan murahan seperti ini?" bentaknya kepada para sekuriti. "Sebelumnya kalian ingin menipuku dengan tuduhan palsu, dan sekarang kalian ingin melakukan hal yang sama pada pemuda ini?"
Para sekuriti langsung panik. Mereka mengingat kesalahpahaman sebelumnya yang nyaris mencoreng reputasi hotel. Jika keributan serupa terjadi di hari yang sama, pekerjaan mereka bisa terancam.
Seperti sebelumnya, Roshana datang untuk menengahi. Wanita dengan setelan jas mahal itu berulang kali meminta maaf atas kesalahan pegawainya. Melihat itu membuat banyak orang-orang bertanya-tanya tentang identitas dari gadis nyentrik itu yang membuat manajer hotel Grand begitu ketakutan.
Mendengar pembicaraan gadis berpenampilan nyentrik itu dengan manajer hotel, pemuda itu merasa lega karena dirinya tidak akan ditangkap. Namun, kekhawatiran lain mulai muncul di benaknya saat menyadari bahwa gadis itu adalah orang yang menyewa jasanya.
"Aku merasa akan diajak ke pesta Halloween... atau bahkan menghadiri ritual sesat," pikirnya.
Dia ingin membatalkan pekerjaan ini, tetapi kemudian teringat bahwa ada tagihan air yang harus dibayar. Dengan berat hati, dia tetap melanjutkan.