Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Finally!
Sedangkan di kamar bayi itu, Shelina dan Shera masih tampak berbincang-bincang. "Apa maksud ucapan Papa tadi kak?" Tanya Shera yang masih berpikir.
"Sepertinya ada perdebatan yang terjadi antara ayah dan anak itu. Sebaiknya kita pergi saja malam ini. Semuanya sudah siap kan?" Tanya Shelina yang diangguki oleh adiknya.
"Iya, hanya saja untuk pergi pada malam hari, apakah tidak masalah untuk Leo?"
"Tidak apa usia bayi 3 Minggu sudah bisa menaiki pesawat, tapi kalau kau masih ragu. Kita tetap berangkat besok, tapi sebaiknya kita harus pergi dari sini." Shera mengangguk setuju, lagipula bisa saja terjadi masalah lain nantinya atau dia kembali berhadapan dengan Abra.
"Kita berangkat."
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, setelah makan malam Shera dan Shelina serta bayinya langsung berangkat. Tapi ketika melangkah keluar, tampak seseorang datang dengan bunyi khas nya.
"Lihat, siapa ini? Sudah lama kita tidak bertemu Shera. Kau masih ingat dengan ku?" Seorang wanita bertubuh langsing dengan sepatu 10 centi itu tersenyum mengejek pada Shera.
Shera masih tidak membalas, tapi Shelina yang justru memasang tubuh untuk adiknya. "Wah, lihat. Kau berani datang kemari tanpa diundang. Apa kau tidak punya rasa malu?" Wajahnya langsung berubah jadi masam.
"Aby!" Panggil nya dengan manja dan bergelayut di lengan Abra.
Abra bukannya menjawab panggilan sayang kekasihnya, tapi terfokus pada kedua saudari itu dan juga Leo yang berada di gendongan Shera.
"Kalian...."
"Ayo Shera, kita pergi. Aku bisa berbuat buruk jika tetap bertatapan dengan mereka." Ucap Shelina.
"Ah ya, aku lupa. Terimakasih ya, telah melepaskan Aby ku. Akhirnya kau sadar akan posisi mu juga, bahwa tidak pantas dengan Aby ku."
" Dan ya, aku ucapkan akan status baru mu. Selamat menjadi janda." Tampak wajah dan senyum puas dari Naira akan keadaan Shera.
Naira menatap sosok mungil yang tertidur pulas di gendongan Shera. "Dan ya, untuk putramu......" Naira tidak melanjutkan kata-katanya, perasaan nya tak karuan. Dan perubahan wajah itu langsung terlihat jelas.
"Kenapa? Kau tidak bisa berkata-kata melihat rupa putraku? Sekarang giliran aku yang bicara. Apa yang aku buang, tidak akan pernah aku pungut. Justru kau mendapatkan bekas dariku, kau membanggakan Abra yang mencintaimu bukan? Lihat! Hasil tanpa cintanya padaku. Aku memiliki putra yang terbaik, memiliki wajah yang kau puja-puji itu. Bagaimana jika hasil dengan penuh cinta?" Shelina puas mendengar balasan adiknya dan membuat wajah Naira kesal seketika.
"Kau!" Tangan itu langsung tertahan sebelum kekhawatiran Shelina semakin menjadi.
"Jangan mencoba mengangkat tanganmu pada ku, apalagi pada putraku."
"Kau! Aby, tanganku...." Sungguh cengkraman Shera membuat Naira kesakitan.
"Shera lepas!" Ucap Abra yang akhirnya bertindak.
"Katakan pada kekasih mu ini, untuk tidak mengangkat tangan nya padaku. Aku bisa mematahkan nya. Jangan kira aku akan diam saja. Dan ya, selamat mengambil bekas ku, aku ucapkan atas pernikahan kalian sekarang dan aku menunggu anak hasil cinta sejati kalian itu!"
"Kita pergi kak." Shelina tersenyum puas melihat balasan adiknya dan bertepatan dengan langkah mereka, terlihat sebuah baling-baling dengan suara khusus yang semakin mendekati mereka.
Joseph keluar dari sebuah pesawat yang bertuliskan Huruf J di bagian samping nya, menuju Shera dan Shelina. "Naiklah, kalian akan pergi dengan ini." Semua orang tidak menyangka dengan itu.
"Tapi kami sudah memesan...."
"Ini milik cucu ku Leo. Pergi lah, Papa tunggu kabar mu Shera. Dan perkembangan cucuku. Sampai jumpa lagi sayang, kakek menyayangimu." Shelina menggenggam tangan adiknya dan mereka perlahan melangkah, tapi Shera kembali dan memeluk Joseph.
"Berjanjilah akan selalu sehat, aku akan kembali memperlihatkan Leo yang tumbuh dengan baik.".
"Tentu saja." Tangga pesawat itu perlahan terangkat dengan pintu yang ikut menutup. Halaman luas itu akhirnya kembali kosong setelah kepergian burung besi itu.
"Semoga kau bahagia Shera, dan juga cucuku, kakek menyayangimu."
Sedangkan Naira, jangan ditanya. Tangannya terkepal dengan hati yang terbakar melihat perlakuan istimewa dari Joseph kepadanya. 'Lihat saja, ketika aku jadi menantu di sini. Aku akan mendapatkan lebih darimu Shera! Awas saja! Dimana pun kau berada, kau akan melihat kebahagiaan ku dan situlah penderitaan mu.'
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya