Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pernikahan
Mata Safa berkaca-kaca, dia tidak menyangka mendapatkan lelaki yang baik hati dan keluarga yang baik pula. Dia sangat berterima kasih karena bundanya memilihkan lelaki yang sangat baik dijadikan imam untuknya.
"Bisakah kami tinggal disini setelah menikah??, aku ingin tetap mengenang bunda dan ayahku dirumah ini!! ". Ucapnya menunduk takut. Dia takut karena keinginanya akan memberatkan sang calon suaminya.
" Apapun keinginanmu Safa, aku tidak keberatan, hanya saja untuk dalam waktu dekat-dekat ini sebaiknya kamu berada di kediaman keluarga kami karena kakakmu akan berkeliaran di sekitarmu". Ammar membuka suaranya kepada calon istrinya itu.
Safa mengangkat kepalanya kemudian memandang Ammar yang memandangnya dengan ketulusan kemudian mengalihkan pandangannya ketika mereka bertatapan..
"Benar yang dikatakan adik saya Safa, kamu memiliki banyak saudara lelaki dirumah kami untuk menjagamu, di tambah dengan sepupu kami berjumlah 3 orang jadi kamu akan aman disana". Umar berkata tapi tetap memandang istrinya dengan sendu.
" Tapi kan??". Ucapnya dengan ragu
"Tak perlu khawatir nak, itu hanya sementara sampai semuanya kondusif, kalian hanya akan berdua disini ketika tinggal, tapi yang kami khawatirkan jika kakakmu datang membawa banyak orang untuk melakukan kekerasan kepada kalian nantinya. Sebaik dan setangguh apapun Ammar jika dia kalah jumlah, dia pasti kewalahan". Shofiyah berkata untuk menenangkan sang menantu.
"Iya ummi, aku akan kerumah ummi untuk sementara waktu sampai keadaan membaik". Pasrahnya karena perkataan mereka benar adanya.
" Ya sudah, kalian tunggu saja nanti akan ada orang yang akan datang kesini menghias rumah ini untuk pernikahan dan tugas kalian hubungi siapapun yang akan diundang untuk datang besok". Shofiyah menambahkan lagi.
"Kalau begitu kami pulang dulu karena kami akan mempersiapkan semua yang akan kami bawah besok dan tenang saja uang yang diberikan Ammar kepada Safwan tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan ini".
" Bagaimana dengan uang panaik dan yang lainnya?? Tanya Gibran karena dia pasti akan menjelaskan hal itu kepada keluarganya nanti.
"Kami akan memberikannya sama seperti Shifa agar adil. Bagaimana menurut kalian, kalian setuju?? Bagaimana menurutmu nak Safa??
" Bukankah itu terlalu banyak setelah kalian memberikan uang 1 milyar itu?? ". Tanyanya dengan tergagap.
Tentu saja dia merasa tidak enak karena apa yang diberikan keluarga Shofiyah kepada kakak sepupunya itu sangat banyak.
" Tidak nak, itu bentuk penghargaan kami kepada kalian sebagai menantu kami karena kami memang sangat menyambut kehadiran kalian dikeluarga kami Sedangkan uang yang diberikan Ammar adalah uang pribadinya sangat berbeda dengan uang pernikahan yang memang itu adalah uang keluarga yang telah kami persiapkan untuk semua calon menantu kami". Ucap Shofiyah tersenyum dibalik cadarnya.
"Baiklah ummi jika menurut ummi seperti itu, aku sangat berterima kasih karena kalian begitu menyayangiku". Ucap Safa meneteskan air mata bahagianya.
" Sama-sama nak, kamu akan menjadi bagian dari kami, jadi sepatutnya kami menyambutmu dengan baik dan istimewa seperti sepupumu sebelumnya".
"Ya sudah kalau begitu kami pulang dulu, oh iya kami akan menugaskan beberapa anggota kepolisan untuk berjaga disini untuk melindungi kalian". Shofiyah berkata sambil berdiri kemudian memeluk calon menantu nya itu dan kemudian berjalan memeluk sang besan dan terakhir menantu tertuanya itu.
"Kalau kamu sempat, pulanglah kerumah nak, bagaimanapun kamu adalah seorang istri yang memiliki tanggung jawab". Ucap Khumairah memeluk sang menantu dengan sayang kemudian mengecup keningnya dan tersenyum sampai matanya menyipit.
Dia tidak ikut campur dengan permasalahan rumah tangga sang anak, hanya saja dia sebagai orangtua selalu ingin yang terbaik kepada kedua anaknya.
"Ummi pulang dulu, jangan membatasi dirimu dengan kami, karena kami juga keluargamu nak". Ucapnya mengelus kepala sang menantu kemudian pergi dari hadapan mereka mengajak anak-anak untuk pulang dan mempersiapkan acara besok.
Mata Shifa berkaca-kaca mendengar penuturan sang mertua yang ternyata begitu menyayanginya, bahkan tak pernah menghakiminya ketika dia berbuat kesalahan fatal pada suaminya.
"Kami pulang dulu semuanya". Ucap Umar menyalimi kedua mertuanya kemudian pergi meninggalkan istrinya yang kini menatapnya. Tanpa berkata apapun dan menghiraukan sang istri karena hatinya masih sakit dan belum bisa memaafkannya.
" Tidakkah kamu mau berpamitan padaku kak?? Tanya begitu Umar melangkah menjauh darinya.
"Apakah aku boleh berpamitan denganmu?? Tanyanya dengan sendu.
Jujur saja dia sudah mencintai perempuan yang dia nikahi hampir setahun itu, tapi istrinya selalu bersikap dingin padanya dan belum bisa menerima kehadirannya bahkan untuk hubungan badan pun mereka tidak pernah melakukannya karena istrinya selalu menolak.
"Maaf". Ucapnya menunduk menyadari jika selama ini dirinya sangat jahat kepada suaminya yang sangat baik kepadanya.
" Kami akan pulang, jika kamu mau, rumah selalu terbuka untukmu karena itu juga rumahmu". Ucapnya tersenyum kemudian meninggalkan sang istri.
Dia ingin menyentuhnya tapi takut ditepis kasar seperti biasanya, dia tidak mau jika semua orang tahu jika istrinya tidak pernah bersikap baik kepadanya.
"Aku pulang dulu, jangan terlalu dipikirkan masalah kakakmu, aku akan berusaha sebaik mungkin melindungimu". Ucap Ammar menunduk menjaga pandangannya karena mereka belum halal.
" Hati-hati, dan terima kasih kalian menerima aku dengan sangat baik". Safa juga tidak memandang Ammar karena dia tahu jika calon suaminya itu selalu menjaga pandangannya kepada orang lain terutama perempuan.
Ammar menunduk kemudian mengikuti seluruh keluarganya yang keluar dari rumah itu. Dan mulai mempersiapkan pernikahan mereka.
"Kalian pulanglah nak, minta tolong pada umma kalian untuk membantu ummi membelikan tempat untuk seserahan besok, dan mintalah umma kalian menginap dirumah malam ini begitu juga dengan kalian". Shofiyah berucap kepada kedua keponakannya itu.
Shofiyah kembali masuk kerumah dan meminta Safa untuk ikut karena mereka akan membeli perhiasan, dirinya ingin semua itu sesuai selera Safa seperti yang dilakukannya pada Shifa waktu itu.
"Ammar pulanglah!! dan kalian berdua temani kami pergi berbelanja". Shofiyah mengajak Umar dan Ukasyah untuk pergi menemani mereka untuk berjaga-jaga.
" Iye yang mulia Ratu". Ucap kedua berbarengan menunduk.
Safa tertawa kecil melihat interaksi ibu dan anak serta keponakannya itu, dia betul-betul iri karena keluarganya tidak sehangat itu dalam berinteraksi.
Setelah mendapatkan semuanya Shofiyah pulang kerumah dan mengantar Safa terlebih dahulu kemudian pulang ke rumahnya untuk menyiapkan acara besok.
Dia juga sudah melihat banyaknya suruhannya mulai mendekorasi rumah ini seperti pernikahan mewah sesuai pesanannya. Dirumahnya juga tengah dirias karena ada acara lekka atau gunduh mantu jika bahasa jawa.
"Istirahatlah nak, karena mungkin kalian besok akan capek karena langsung dua acara, ummi sudah mengirim undangan kalian, kamu bisa mengirimnya kepada semua orang yang kamu kenal".
" Terima kasih ummi, maafkan aku merepotkan kalian". Safa menunduk
"Kamu bagian dari keluarga dan adik kami sekarang, jadi jangan sungkan". Ukasyah berkata dengan santun dan menjaga pandangannya.
" Terima kasih kakak, tolong jaga aku seperti adik kalian". Ucapnya dengan sendu.
"Tenang saja, kamu memiliki 7 orang saudara laki-laki dan 2 adik perempuan sekarang. Ditambah dengan Ammar. Kamu memiliki banyak pelindung". Umar tersenyum kepada adik iparnya sekaligus adik sepupu istrinya itu.
" Terima kasih". Ucapnya menunduk dan tersenyum
"Kami pamit ya nak, kamu jaga kondisi dan pastikan besok pagi kamu sarapan karena kalian pasti akan telat makan siang".
" Iya ummi". Ucapnya memeluk calon mertuanya itu dengan tetesan air mata bahagia.
Dia berharap pernikahan dan kehidupannya kelak akan baik dan bahagia