Kyara harus menerima ujian pahit dalam hidupnya ketika dihadapkan dengan kenyataan harus menerima tawaran menjadi istri dari Bos tempat ia bekerja demi permintaan pria tua yang sangat ia sayangi. Membuat Kyara harus berada di posisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bagaimana nasib pernikahan yang Kyara jalani tanpa ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah bahkan tidak dianggap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan kembali
"Gagal sekali dua kali tidak masalah, Kya. Kau hanya memerlukan mental sekuat baja menghadapi sikap galak presdir nantinya!" Celetuk Nisa menyemangati Kyara yang kini sudah memegang nampan berisi kopi hitam.
Kyara hanya tersenyum menanggapinya. Nisa tidak tahu saja jika di luar perusahaan pun ia harus menahan nafas ketika bersama Gerry. Kyara sejenak menggantungkan tangannya di udara sebelum mengetuk pintu. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan ketika harus bertemu kembali dengan suaminya setelah satu minggu tidak saling bertemu tatap.
Perintah dari dalam menyuruhnya untuk masuk membuat Kyara segera membuka knop pintu. Jantung Kyara berdetak tidak karuan ketika matanya beradu pandang dengan Gerry. Sekilas Kyara dapat melihat ekspresi terkejut suaminya itu ketika melihat dirinya. Mungkin saja suaminya itu belum tahu jika ia sekarang dipindah tugaskan ke lantai khusus presdir.
"Ara?!" Pekik William yang melihat kehadiran wanita pujaannya.
Kening Kyara nampak bekerut. Menatap pria bule yang kini menatapnya dengan mata berbinar.
"Benar. Kau benar Ara yang aku jumpai satu minggu yang lalu!" Ucap William meyakinkan. "Apa kau tidak mengingat wajah tampanku lagi, Ara?"
"Ara? Tetapi nama saya bukan Ara, Tuan. Nama saya Kyara." Koreksi Kyara.
"Terserahlah siapa namamu." Sungut William. "Apa kau sudah mengingatku, Ara? Tanyanya lagi.
Kyara nampak berpikir sejenak. Memori seminggu yang lalu kembali bermunculan di benaknya. "Agh, Iya. Tuan kan—" Ucapan Kyara terputus karena deheman keras dari Gerry.
"Apa tangan kau tidak pegal memegang nampan dari tadi?!" Sinis Gerry.
Pandangan Kyara beralih ke arah Gerry. "Ma-maafkan saya, Pak." Kyara berjalan ke arah meja Gerry dan meletakkan cangkir kopi beserta wadahnya di sana.
"Hish, kau ini! Kau menakutinya, Gerry!" Ketus William tidak terima.
"Diamlah! Atau aku lempar kau dari jendela itu!" Balas Gerry menatap tajam William.
Kyara yang melihat situasi nampak tegang berniat untuk pamit keluar dari dalam ruangan. "Saya pamit keluar dulu, Pak." Pamitnya.
"Siapa yang menyuruhmu keluar? Saya bahkan belum mencicipi kopi buatanmu ini!" Ucap Gerry dingin. Mengambil kopi di atas mejanya yang masih bergumpalan asap di atasnya.
Kyara nampak gugup dengan kepala tertunduk menunggu komentar dari Gerry. Tangannya bahkan sudah berkeringat dingin. Sungguh bersama dengan Gerry membuat tubuhnya menjadi kaku.
"Apa kau tidak bisa membuat kopi dengan benar?! Rasanya sungguh buruk!" Bentak Gerry menatap tajam Kyara. Ucapannya berlawanan dengan apa yang ada di dalam hatinya. Jujur saja kopi buatan Kyara sangat pas di lidahnya, bahkan lebih nikmat dibandingkan kopi buatan Boby.
William yang mendengar Gerry kembali menyudutkan Kyara akhirnya beranjak dari sofa yang didudukinya. Ia tidak tega melihat wajah ketakutan dari calon wanitanya itu. "Tidak mungkin rasanya tidak enak. Pasti kopi buatan Ara sangat enak dan pas di lidah. Kau ini bercanda saja! Sini, aku akan mencobanya!" Ucap William menyambar kopi yang masih tersisa setengah di dalam wadahnya.
"Rasanya pas dan cocok di lidah. Bukankah selera kita hampir sama, Gerry? Kau sengaja mengerjainya ya?!" Ucap William dengan tatapan mengintimidasi Gery.
"Mengerjainya? Sungguh tidak penting!" Sengit Gerry. "Keluarlah dari ruanganku dan buatkan kopi yang baru untuknya!" Perintah Gerry pada Kyara.
Kyara menganggukkan kepala sebagai jawaban. Badannya berbalik kemudian berjalan dengan cepat keluar dari dalam ruangan. Sebelum benar-benar menutup pintu Kyara sedikit mendengar ucapan William kepadanya.
"Buatkan aku kopi yang spesial dibumbuhi rasa cinta, Ara!" Pekik William tertahan. William tidak sadar, jika tingkah dan ucapannya berhasil membuat seseorang mengepalkan tangannya kuat dengan wajah yang sudah merah padam.
*
*
*
Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
bab ini kata Calvin wajah Cilla mirip dengan Bianca
Eeeeee...ini masalah Citra juga lamban dalam mengatasi kecurigaan Rania. Bahkan sudah ada peristiwa berani pegang atau mau betulin dasi juga masih lamban mengatasi Citra. Tapi bukan William kalau tidak heboh dulu wkwkwk
Ato bumil...hajar tuh pelakor tanpa ampun