Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Kejam dari Aliran Hitam
"Ah, guru... ini tidak seperti dugaanmu." ucap Boqin Changing setelah melihat muka marah gurunya.
Keadaan lokasi pertempuran memang sangat mengenaskan. Selain mayat tanpa kepala, tampak pula gumpalan daging manusia berceceran di lantai. Darah menggenang di mana-mana, dan serpihan meja kayu patah berserakan. Orang-orang pasti mengira bahwa pemenang pertarungan ini adalah pendekar aliran hitam.
Kengerian tergambar jelas di wajah orang-orang yang datang ke lokasi. Beberapa di antara mereka sampai muntah dan pingsan karena tidak sanggup menahan pandangan pada mayat yang mengenaskan itu. Sebagian lain buru-buru membalikkan badan dan masuk ke kamar mereka, menjauh sejauh mungkin. Menjauh adalah pilihan yang tepat bagi mereka saat ini.
Para kru kapal dan nahkoda sama sekali tidak berani bertindak gegabah. Mereka tahu, kesalahan sedikit saja bisa berakibat pada hilangnya nyawa mereka.
Boqin Changing kemudian menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada gurunya. Ia berkata bahwa dirinya memutuskan untuk membantu seseorang yang saat ini sedang memulihkan diri karena melihat orang itu dikeroyok dua lawan sekaligus.
Ia menambahkan bahwa dirinya mengenali jurus yang dikeluarkan musuh. Alasannya, ia pernah bertarung melawan seseorang yang menggunakan jurus serupa di sebuah hutan dekat desanya. Orang itu mengaku berasal dari Sekte Ular Pencabik Nyawa, salah satu sekte aliran hitam.
Boqin Changing berharap gurunya percaya pada alasan yang direkayasa itu. Ia tentu tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa orang yang ditolongnya adalah kenalannya di kehidupan pertamanya. Berkat orang itulah, kelak ia bisa bergabung dengan Paviliun Teratai Naga.
"Sekte Ular Pencabik Nyawa? Sekte aliran hitam?" tanya Guru Tian dengan nada dingin.
"Benar, guru. Jurus mereka sama persis dengan orang yang pernah mencoba mencelakaiku di hutan." jawab Boqin Changing.
"Lalu mengapa kau membantu pendekar yang satunya lagi?"
"Ahh... itu karena kulihat kedua lawannya menyebut soal balas dendam. Kupikir orang itu berasal dari aliran putih." kilah Boqin Changing, terus berusaha menyusun cerita bohongnya.
"Jasad tanpa kepala itu, ulahmu, Chang'er?"
"Benar, Guru."
"Lalu gumpalan daging yang meledak ini... ulahnya?" tanya Guru Tian sambil menunjuk ke arah Yuo Liang.
"Iya, guru."
Boqin Changing mengumpat dalam hati. Karena tindakannya membantu Paman Yuo Liang, ia kini dihujani banyak pertanyaan. Guru Tian datang terlalu cepat, sebelum ia sempat menyiapkan alasan yang lebih masuk akal.
"Aih, cara membunuh kalian kejam sekali, Chang'er. Bahkan lebih kejam dari sebagian besar pendekar aliran hitam." ucap Guru Tian dengan nada setengah mengejek.
"Hehehe..." Boqin Changing hanya bisa tersenyum canggung.
"Mundurlah, Chang'er. Biar guru yang menjaga orang ini. Setelah selesai bermeditasi, kita akan menanyakan asal-usulnya."
"Baik, guru." jawab Boqin Changing sambil melangkah mundur.
Guru Tian lalu bergerak ke arah kru kapal yang diam-diam masih mengamati. Saat ia berjalan, jantung mereka seolah berhenti berdetak.
Perawakan Guru Tian memang mencerminkan pendekar kelas atas. Ditambah aura seorang pendekar raja yang memancar kuat, wibawanya membuat semua orang gentar, baik pendekar maupun rakyat biasa.
Sesampainya di depan kru kapal dan penumpang yang masih bertahan di lokasi, Wang Tian memperkenalkan dirinya. Begitu mereka tahu ia berasal dari sekte aliran putih, rasa lega langsung tergambar di wajah mereka.
Wang Tian menjelaskan bahwa ia sendiri belum mengetahui kejadian sebenarnya. Ia meminta sebagian besar orang untuk kembali ke kamar masing-masing, sementara ia akan menanyakan langsung kepada orang yang terlibat setelah selesai memulihkan diri.
Kepada beberapa kru kapal, Wang Tian memberi perintah untuk tetap tinggal dan membersihkan kekacauan. Mendapat perintah dari pendekar aliran putih, mereka pun segera menuruti, mengambil peralatan, dan mulai bekerja. Bagi mereka, hanya Wang Tian satu-satunya harapan andai orang yang sedang bermeditasi ternyata berasal dari aliran hitam.
Orang-orang pun bubar, kembali ke kamar mereka masing-masing. Dalam hati, mereka hanya berharap perjalanan ini bisa berlanjut tanpa gangguan.
Boqin Changing tersenyum kecut melihat betapa patuhnya semua orang pada gurunya. Namun, ketika pandangan mereka beralih padanya, sebagian justru tampak ketakutan. Mereka masih teringat bagaimana ia memenggal kepala lawannya.
"Aku murid Guru Tian. Tenang saja." ucap Boqin Changing canggung.
...*****...
Setelah menyelesaikan tugas mereka, kru kapal pamit dari lokasi. Keadaan kapal kini jauh lebih baik. Mayat dan bekas darah sudah dibersihkan, meja dan kayu yang hancur dibuang. Kini, hanya tersisa pasangan guru-murid itu bersama Yuo Liang.
Dua jam berlalu, akhirnya Yuo Liang membuka mata. Saat pandangannya terbuka, ia hanya melihat Boqin Changing dan seorang pria paruh baya berdiri di depannya. Sekilas, pria itu tampak sebaya dengannya, sehingga Yuo Liang sempat mengira ia ayah Boqin Changing.
Yuo Liang mengamati keduanya. Mereka sepertinya belum sadar bahwa dirinya sudah selesai bermeditasi. Pandangannya kemudian terarah pada pria di samping Boqin Changing. Dari auranya, jelas orang itu berada di ranah yang sama dengannya, seorang pendekar raja.
"Chang'er?" panggil Yuo Liang.
"Ah, senior sudah selesai?" sahut Boqin Changing sambil mendekat.
Guru Tian sontak panik. Padahal ia sudah berulang kali mewanti-wanti muridnya agar tetap di belakangnya, tapi Boqin Changing tampaknya tidak mendengarnya.
"Senior, perkenalkan ini guruku, Guru Tian. Kami berasal dari Sekte Dua Pedang Petir."
"Sekte Dua Pedang Petir?" gumam Yuo Liang, mencoba mengingat-ingat.
Sekte itu begitu kecil hingga beberapa orang harus berpikir keras apakah pernah mendengar namanya.
"Ah, kalian dari Kota Shui, ya? Aku pernah mendengar nama sekte kalian saat berkunjung ke sana."
"Saudara Tian, Chang'er, perkenalkan. Namaku Yuo Liang. Aku anggota Paviliun Teratai Naga Kekaisaran Qin. Senang berkenalan dengan kalian."
Mendengar nama Paviliun Teratai Naga, Guru Tian terkejut. Paviliun itu adalah salah satu dari tiga kekuatan terbesar di Kekaisaran Qin. Jika Sekte Bukit Matahari adalah kelompok aliran putih terkuat dan Organisasi Tengkorak Hitam adalah kelompok aliran hitam terkuat, maka Paviliun Teratai Naga adalah kelompok aliran netral terkuat.
"Saudara Liang, aku Wang Tian, dan ini muridku, Boqin Changing. Kami berasal dari Sekte Dua Pedang Petir," balas Guru Tian sopan.
"Hohoho, aku berutang budi pada muridmu, Saudara Tian. Mari kita duduk. Kalian pasti ingin mendengar penjelasanku tentang kejadian ini, bukan?" ucap Yuo Liang sambil tersenyum.
Guru Tian dan Boqin Changing hanya bisa tersenyum masam. Sepertinya maksud mereka sudah terbaca jelas oleh pria paruh baya itu.