Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.
Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernah Hamil
Embusan angin menyambut kedatangan Pandu sore itu, seolah menyapa dan menenangkannya dari kecemasan. Namun, Pandu malah tak peduli. Bahkan, sampai daun kersen gugur di hadapannya, Pandu tetap masa bodoh. Seolah tak melihat itu semua.
Dengan posisi yang masih duduk di atas motor, Pandu diam menatap pintu rumahnya yang menutup rapat. Begitu banyak beban yang malang melintang di otaknya, yang semuanya berkaitan dengan Lintang.
Apakah istrinya baik-baik saja?
Satu pertanyaan yang paling mendominasi dalam benaknya. Dia tak tahu persis bagaimana masa lalu istrinya dulu. Lika-liku apa yang telah menghancurkan mentalnya. Harapan terbesar Pandu hanya satu, semoga istrinya mau jujur dan terbuka, agar dirinya paham dan bisa membawa Lintang pada kondisi yang lebih baik.
"Mudah-mudahan dia nggak tersinggung saat aku bertanya dan menyinggung masa lalunya," batin Pandu sambil menghela napas berat.
Lantas, dia turun dari motornya dan berjalan menuju pintu. Kemudian, ia masuk ke rumah dan langsung menuju kamar.
Sesaat, Pandu kembali terpaku. Ia menatap wajah Lintang yang terlelap dalam tidurnya. Tanpa mengenakan selimut, Lintang meringkuk di ranjang.
Pandu kemudian mendekat dan duduk tepat di hadapan Lintang. Ia pandangi setiap inci wajah cantik itu. Makin diamati, makin terlihat bahwa istrinya sedikit lebih kurus dari sebelumnya.
"Sayang." Pandu menggumam pelan, seraya mengusap kening yang tampak berkerut. Sepertinya Lintang tak bisa melepas bebannya meski dalam keadaan tertidur.
"Aku janji akan membuatmu bahagia," sambung Pandu.
Lalu, ia cium puncak kepala Lintang cukup lama, seolah ingin menunjukkan betapa dalamnya cinta yang ia punya, terlepas dari apa pun keadaan Lintang.
Tak ingin mengusik istirahatnya sang istri, Pandu lekas bangkit dan membersihkan diri.
Niatnya, setelah mandi Pandu akan ke dapur dan menyeduh kopi. Namun, rupanya Lintang sudah terbangun dan lebih dulu membuatkan kopi untuknya.
"Kamu udah pulang dari tadi. Kenapa nggak membangunkanku, Mas?"
"Kamu pasti capek, Sayang, jadi aku nggak mau ganggu." Pandu tersenyum. "Tapi, kenapa tiba-tiba kamu udah bangun? Keganggu suaraku, ya?" lanjutnya.
Lintang tersenyum sambil menggeleng. "Aku emang udah tidur dari tadi."
Berbicara tentang tidur, Pandu jadi teringat lagi dengan obat yang disimpan Lintang, pun dengan penjelasan mbak-mbak penjaga apotek.
"Mas ... ada apa?" tanya Lintang sambil menatap Pandu dengan lekat. Sudah beberapa detik berlalu, suaminya itu hanya diam.
"Sayang." Pandu memanggil Lintang dengan ragu-ragu. Bibirnya bergerak-gerak, seperti iya dan tidak untuk. bicara.
"Ada masalah, Mas?"
Pandu menarik napas panjang. Kemudian menunduk dan mengusap wajahnya dengan satu tangan.
"Mas ...."
"Sayang, kalau aku tanya sesuatu, kamu marah nggak?"
Perasaan Lintang mulai tak enak. Apa yang akan ditanyakan Pandu, sepertinya bukan sesuatu yanh baik untuknya. Namun, serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga. Mungkin, begitu pun dengan rahasia masa lalunya. Sekuat apa pun dia menyimpannya, mungkin suatu saat Pandu akan tahu. Entah dari dirinya sendiri atau orang lain.
"Aku bertanya bukan untuk menilaimu, Sayang. Tapi ... untuk kebaikanmu," ucap Pandu dengan hati-hati.
Lintang tak bicara lagi. Ia sekadar mengangguk sambil berusaha tersenyum.
"Sebelumnya maaf kalau aku lancang, semalam ... aku mengambil obatmu. Dan ... hari ini aku tahu kalau itu adalah obat tidur. Sayang, kenapa kamu minum itu? Apa ada sesuatu yang membuatmu harus meminumnya?"
Lintang tak langsung menjawab. Ia justru menunduk dan menggigit bibir. Tangis tak tertahan lagi. Air mata itu berjatuhan, membasahi pipi dan pangkuannya. Sekelebat bayangan menjijikkan itu kembali menghantui, membuat Lintang merasa bahwa dirinya adalah sehina-hinanya manusia yang ada di dunia.
"Sayang, jangan menangis! Aku hanya ingin tahu apa alasanmu, bukan untuk menyalahkanmu. Karena sepanjang yang aku tahu, obat tidur itu nggak baik untuk kesehatan fisik dan juga batal, apalagi jika minumnya sering. Sayang, aku cuma nggak mau kamu kenapa-napa," ujar Pandu. Dengan lembut ia usap air mata Lintang. Ia yakinkan wanita itu bahwa maksudnya bukan untuk. menyalahkan atau menghakimi.
"Aku hanya ingin tidur, Mas. Aku capek dengan ini semua. Aku ingin melupakan semua itu, sebentar saja."
"Apa yang membuatmu capek? Apa selama ada sikapku yang membuatmu terluka?"
Lintang menggeleng. "Bukan kamu, Mas. Jauh sebelum menikah denganmu, aku sudah bergantung dengan obat tidur. Aku ... aku ...."
Dengan sigap Pandu memeluk Lintang, memberikan perlindungan dan ketenangan untuk istrinya itu.
Dalam beberapa saat, Pandu membiarkan Lintang menumpahkan tangisnya. Mungkin, Lintang memang membutuhkan itu.
Lantas setelah cukup lama Lintang menangis, Pandu mencoba bicara lagi.
"Apa yang pernah melukaimu di masa lalu? Katakan, Sayang. Siapa tahu dengan berbagi, beban yang kamu tanggung sendiri itu sedikit berkurang."
Lintang masih diam. Meski tangisnya mulai reda, tetapi bibirnya masih mengatup rapat.
"Aku suamimu, Sayang, sandaranmu. Berbagi denganku, rahasiamu akan aman. Aku bertanya bukan untuk mencari-cari kesalahan dan kekuranganmu, tapi untuk kebaikanmu. Sayang ... maaf, kurasa kamu nggak baik-baik saja sekarang," sambung Pandu.
"Mas ...." Suara Lintang sangat pelan. Pandu sampai menajamkan pendengaran agar tidak melewatkan satu kata pun yang keluar dari mulut Lintang.
"Aku pernah diper-kosa ... pernah hamil ... pernah dipaksa abor-si."
Bersambung....
semoga aja ada orang yang merekam dan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengusut tuntas kebenaran nya itu dan orang2 yang terlibat ditangkap serta dihukum
Konspirasi apa lg tuh antara Alby dan Utari , Rayana sekarang kamu tahu siapa suami dan bapak mu