Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Hal Baru
Ada rasa trauma, takut, sekaligus khawatir setiap kali Bianca menyadari bahwa Daniel begitu bersungguh-sungguh mengatakan semua tujuannya.
Tidak bisa dipungkiri, rasa takut tersakiti dan dihianati masih sangat melekat di hati Bianca. Wanita itu belum sepenuhnya bisa menerima Daniel, karena ia mencemaskan hatinya.
"Ada apa lagi?" tanya Daniel. Ia menatap mata Bianca penuh kesungguhan.
"Apa kau akan baik-baik saja jika kita terus bersama?" tanya Bianca.
"Aku merasa lebih baik jika kita selalu bersama."
Bianca merasa bingung. Ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuat Daniel mengerti apa yang ia rasakan serta ketakutannya akan sebuah hubungan.
Setelah mengobrol singkat, Daniel pergi ke kamarnya dan meninggalkan Bianca sendirian di depan televisi. Daniel mandi dan berganti pakaian. Hari pertama kuliah tidaklah sibuk, hanya diisi dengan acara perkenalan singkat antar mahasiswa. Meski begitu, Daniel tidak bisa fokus karena harus meninggalkan Bianca seorang diri.
***
Malam hari, Daniel memesan pizza melalui aplikasi pesan antar. Ia membeli pizza rasa tuna kesukaan Bianca.
"Bagaimana rasanya? Enak?" tanya Daniel.
"Hmm, lebih enak dari pizza biasanya," jawab Bianca.
"Aku memesannya di tempat lain. Aku sedang berusaha memperbarui hidup kita," ucap Daniel sambil tersenyum.
Mendengar hal itu, Bianca merasa tersentuh. Bagaimana bisa Daniel punya pikiran sejauh itu demi menjaga perasaannya.
Dulu, setiap kali Bianca datang berkunjung ke rumahnya, Darren selalu memesan pizza tuna untuk Bianca. Daniel tahu persis apa saja yang disukai oleh Bianca. Namun, demi menghilangkan semua jejak masa lalu tanpa merubah kebiasaan Bianca, Daniel rela memesan pizza rasa tuna dari restoran lain yang jaraknya lebih jauh.
Bianca dan Daniel menikmati satu box pizza sambil duduk di halaman depan rumah mereka. Keduanya duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan malam yang indah.
Meskipun Bianca masih bersikap canggung dan asing, wanita itu tidak bisa menyangkal bahwa ia merasa nyaman jika berada dekat dengan Daniel. Karena bocah laki-laki itulah kini ia merasa lebih baik.
Daniel telah merawatnya selama ini. Menjaganya siang dan malam, memastikan ia tetap bisa berpikir dengan jernih setelah apa yang sudah ia lalui beberapa waktu terakhir.
"Bagaimana keadaan perutmu, Kak? Apa sudah membaik?" tanya Daniel.
"Hmm." Bianca hanya mengangguk.
"Kapan jadwal kita datang ke dokter?" tanya Daniel lagi.
"Lusa. Jika kau sibuk, aku bisa pergi sendiri."
"Tidak, kita akan pergi bersama," kata Daniel. Tiba-tiba ia ia meraih sebelah tangan Bianca dan menggenggamnya erat. "Sudah kukatakan, kita akan melewati semuanya bersama-sama," ucapnya sambil tersenyum.
Setelah melewati masa pemulihan setelah keguguran, Bianca diharuskan menjalani perawatan dokter untuk memastikan kembali kesehatan rahimnya. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya keguguran berulang serta melakukan evaluasi penyebab terjadinya keguguran sebelumnya.
Setelah satu box pizza telah habis, Daniel menggandeng Bianca masuk ke dalam rumah. Udara malam yang semakin dingin membuat Daniel mengkhawatirkan kondisi kesehatan istrinya.
"Kau ingin menonton televisi?" tanya Daniel sambil mengunci pintu rumah.
"Tidak, aku ingin tidur," tolak Bianca.
"Hmm, baiklah." Daniel mengangguk. Ia mengikuti langkah kaki Bianca menuju kamar tamu.
Setelah masuk ke dalam kamar, Bianca langsung menuju kamar mandi untuk membasuh kaki, tangan, serta wajahnya.
Sudah sekian lama Bianca mengabaikan perawatan tubuhnya. Kini ia memulai semuanya dari awal, berharap ia bisa menjadi Bianca yang lebih baik.
Setelah membersihkan wajah dan memoleskan krim malam di wajahnya, Bianca terkejut mendapati Daniel sedang berbaring terlentang sambil bermain ponsel di atas tempat tidur.
Wanita itu berdiri mematung sambil menatap Daniel. Setelah sadar, ia kembali keluar dari kamar untuk melihat pintu dan memastikan jika bukan dirinya yang salah masuk kamar.
"Ada apa?" tanya Daniel. Ia melihat Bianca kebingungan.
"Bukankah ini kamarku?" tanya Bianca. "Apa kau salah kamar?"
"Ah, tidak. Malam ini aku ingin tidur di sini," jawab Daniel.
"Kenapa?" Bianca bertanya polos. Ia tidak paham dengan maksud perkataan Daniel.
"Kau bertanya kenapa? Apa ada larangan bahwa kita tidak boleh tidur sekamar?" Daniel bertanya balik.
"Tapi, kan ... Tapi," ucap Bianca terbata-bata.
***