Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA BELAS
Benar saja, Rara langsung jadi pusat perhatian orang orang. Apalagi perawat juga petugas rumah sakit dan orang orang yang berkunjung disana. Ada yang berbisik, ada yang matanya melotot hampir keluar melihat pakaian yang terlewat berani datang ke rumah sakit, dan ada juga yang terang terangan menggunjingnya namun Rara tak masalah malah asyik mengibaskan rambut ikalnya kayak iklan sampo di televisi.
"Pengen ketawa lihatnya kayak gak punya baju bener," ucap perawat berbaju biru sambil berbisik dengan temannya.
"Iya lagi, masa ke rumah sakit gayanya kayak mau ke tempat karaoke," jawab perawat yang lain sambil menahan tawa.
"Biasa yang cantik mah banyak gaya, bukan nya keliatan cantik malah jadi norak." Ketika mendengar obrolan mereka langsung saja Rara pelototi mereka satu persatu, hingga akhirnya membubarkan diri kembali lanjut bekerja ke tempat semula.
"Ya biasa lah, namanya juga cantik jadi pusat perhatian orang orang dimana pun kapan pun," ucap Rara dalam hati dengan gayanya, berjalan centil berlenggak lenggok mengikuti ibunya yang berjalan lebih dulu.
"Ibu! bu tungguin kenapa sih Bu cepat banget jalan kayak mau dibagi sembako." Segera ia melangkah cepat setelah dekat lalu ia raih tangan ibunya.
"Kamu lama, nanti bapak keburu bangun nyari ibu gak ada,"
"Iya deh, yang cinta mati, " ucap Rara sambil memutar bola matanya malas, lalu mereka melanjutkan berjalan untuk menuju ruangan bapak.
Ibu dan Rara akhirnya sampai di lantai 4 ruangan bapak dirawat, karena posisi dekat pintu masuk jadi ketika ada yang membukanya maka akan langsung terlihat semua yang ada didalam. Begitupun saat ibu yang membuka langsung terlihat ranjang yang ditempati bapak kosong membuat ibu jadi panik seketika karena khawatir dengan keadaan bapak.
"Ra! bapa mana Ra?" ucap ibu sambil menepuk nepuk tangan anaknya sambil gemetar dengan wajah pucat pasi.
"Dimana sih Bu? bapa dirawatnya apa jangan jangan salah ruangan lagi," tanya Rara sambil celingukan ke dalam ruangan yang disekat tirai tipis.
"Gak mungkin lah Ra, ibu gak pikun pikun banget."
"Terus mana Bu, kalau ibu gak salah pasti ada bapa disini tapi ini gak ada?" tuntut Rara kepada ibu.
Saat dalam kebingungan tiba tiba petugas kebersihan datang menghampiri mereka untuk bertanya.
"Bu ada apa ya? kelihatannya kayak lagi bingung," tanya petugas kebersihan menghentikan pembicaraan mereka.
"Ini mas, saya tadi mau ke ruangan suami saya. Tapi pas dibuka ranjangnya beliau kosong, sudah gak ada di ruangannya suami saya," ujar ibu yang masih gelisah.
Setelah paham maksud si ibu petugas tersebut, langsung menjawab dengan anggukan kepala, "coba ibu tanya sama penjaga ruangan di depan, soalnya yang ngatur perpindahan pasien mereka."
"Oh begitu ya mas, kalau gitu terimakasih informasinya," akhirnya ibu bisa bernafas lega mendengarnya ada titik terang dengan keberadaan bapak.
"Iya sama sama Bu.Kalau begitu saya permisi dulu mau kembali bekerja, mari Bu."
"Iya mas, mari,"ucap ibu sambil tersenyum.
Ketika melihat petugas kebersihan bekerja kembali, barulah ibu melangkah kembali ke depan diikuti Rara dibelakangnya. Saat sampai, terlihat penjaga yang sedang mencatat sesuatu dibuku.
"Permisi, pak," lalu penjaga yang sedang menulis segera menoleh kepada orang yang memanggilnya.
"Iya Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya penjaga ruangan yang langsung berdiri dari duduknya.
"Begini, kalau pasien yang bernama bapak Herman dipindahkan ke mana ya?"
"Bapak Herman ya Bu, tunggu saya periksa dulu," petugas itu langsung melihat catatan di bukunya membuat ibu tak sadar mengikuti pergerakan tangannya.
"Oh, bapak Herman yang di ruangan anggrek nomer 12 kelas dua itu ya, Bu?"
"Iya, iya pak yang itu," ibu langsung sumringah mendengar nama bapak disebut.
"Bapak Herman, sudah dipindahkan ke ruangan VVIP lantai lima Bu ruangan cendrawasih," ucapan penjaga membuat ibu dan Rara langsung terkejut seketika.
"Hah! apa pak dipindahkan ruangan VVIP."
Rara sungguh tak percaya mendengar bapak bisa dipindahkan kesana, ia takut salah mendengarnya makannya ia butuh mengkonfirmasi kembali.
"Yang bener pak, pindah kesana bapak saya?"
"Benar Bu, beliau dipindahkan ke sana karena di catatan tertulis begitu. Coba hubungi keluarga pasien yang jaga semalam karena mereka yang mengurus ke pindahan pasien.Takutnya ada yang salah tulis dibuku catatan."
"Kalau begitu saya permisi dulu, pak," pamit ibu kepada petugas.
"Iya mari, Bu." Lalu petugas kembali melanjutkan pekerjaannya setelah mereka pergi.
Segera Rara menarik ibunya untuk membicarakan tentang semua ini.
"Bu! kata ibu si Sekar udah abis uangnya, kenapa dia bisa pindahin bapak ke ruangan sana kan pasti mahal," tanyanya sambil berbisik.
"Gak tau juga, apa dari si Bara ya?" jawabnya sambil menggaruk kening heran.
"Gak mungkin lah, Bu. Duit dari mana dia kan kere ada ada aja ibu ini," sangkal Rara meski dalam hati ketakutan bila ternyata bara banyak uang.
"Kalau gitu ibu telpon dulu adikmu buat tanyain kebenaran," langsung saja ibu mengambil hp nya didalam tas untuk menghubungi anaknya. Sekali menekan nomor langsung tersambung.
"Halo ,Bu," suara itu yang pertama kali terdengar ibu saat telpon terhubung.
"Halo Sekar, Bapak gak ada di ruangannya kamu pindahin kemana," tanya ibu terus terang.
"Ke ruangan VVIP di lantai 5 Bu ruangan cendrawasih," jawab Sekar atas pernyataan ibunya.
"Kata kamu uangmu habis buat operasi bapak, kok sekarang bisa mindahin ruangan bapak?" cecar ibu penuh selidik.
"Nanti bicaranya di ruangan Bu, gak enak kalau ditelpon."
"Ya udah kita sekarang ke sana."
"Sama siapa? Bu," tanya Sekar yang tak dapat jawaban, karena telpon langsung dimatikan ibu segera ia simpan hp yang layarnya mati diatas nakas samping tempat tidur bapak.
"Menurut bapak ibu bawa siapa ya? gak mungkin kak Rara kan," lalu ia segera mengambil tangan keriput bapak untuk digenggam untuk dicium.
"Kapan bapak sadar, Sekar kangen sama bapak. Udah seminggu loh disini cepat sadar ya, pak," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Beberapa saat kemudian pintu dibuka dari luar, terlihat Rara yang berkacak pinggang melihat sekeliling ruangan.
"Enak banget bisa tinggal di ruangan ini mana gede lagi kayak di hotel," segera ia menghampiri adiknya yang berada didepannya, "punya duit dari mana kamu bisa sewa ruangan ini"
"Kak! Kak Rara bisa gak jangan ngajak ribut disini? bapak lagi sakit nanti ke ganggu."
"Alah! jangan coba ngalihin pembicaraan ya!gue tanya punya duit darimana loe?" cecar Rara kepada adiknya.
"Memang masalah untuk Kakak, bapak pindah kesini?"
"ya masalah lah pake nanya lagi," ucapnya sambil memutar bola matanya sinis melihat adiknya.
"tapi kan aku pake uangku, kak."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..