Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merindukan
Sepulang dari kantor sore hari, Elis membawa ketiga putrinya untik mengunjungi sebuah mini market tak jauh dari tempat mereka tinggal. Sudah ada beberapa kebutuhan pokok yang di belikan orang suruhan Arjuna.
Pengasuh yang Arjuna bayarpun untuk mengawasi ketiga putrinya kini sudah pulang setelah memastikan istri dari Tuannya berada di rumah.
Ketiganya mengambil beberapa camilan yang mereka inginkan juga beberapa cup eskrim untuk mereka nikmati. Sedangkan susu, Arjuna sudah membelikan mereka beberapa karton di rumah.
Arjuna juga mengatakan jika ia akan membawa ketiga putrinya pindah rumah ke tempat yang lebih layak. Namun Elis menolaknya, Arjuna mau tak mau menuruti keinginan ibu dari anak-anaknya karna tak ingin hubungan mereka kembali merenggang.
Entahlah bagi Elis mereka tetap sudah bercerai. Bahkan Elis rasanya sudah tak memiliki perasasn apapun terhadap Arjuna.
Rose, Jasmine, dan Valery masih belum tidur meskipun malam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, ketiganya masih menunggu Papanya yang sudah berjanji pada mereka akan mengajak jalan-jalan.
Sebenarnya Arjuna sudah menghubungi Elis namun ponsel Elis kembali mati, entah karna paktor apa. Arjuna juga mengirimkan beberapa pesan kepada Elis dan mengatakan jika dirinya tidak jadi mengajak jalan-jalan ke 3 putrinya, ia ada urusan yang mendesak tapi Arjuna akan mengganti acara jalan-jalan mereka esok hari yang kebetulan hari libur.
"Kemana perginya Papa? Ma." ujar Vale. Ia bahkan sudah memguap beberapa kali, gadis kecil itu terlihat sangat mengantuk.
"Mama juga tidak tau Sayang, mungkin ada urusan penting."
"Ma coba telepon Papa." ujar Rose memberi saran.
"Ponsel Mama mati Kak, padahal udah Mama charger tapi masih mati." Elis menjelaskan pada putrinya.
"Kak, Mine udah ngantuk. Mungkin Mama benar, Papa memang memiliki urusan." Jasmine mulai beranjak dari tempatnya duduk.
"Ayo. Kita tudur saja." Valery pun menyerah, mereka pada Akhirnya pindah ke ruangan kecil yang mereka sebut kamar.
Disusul oleh Elis yang kini sudah membawa kipas angin mereka satu-satunya.
"Ma, aku ingin susu." Valery berujar penuh semangat. Meskipun ia sudah mengantuk.
"Aku juga."
"Aku juga." Rose dan Mine pun turut menginginkan susu. Mereka memang jarang meminum susu sejak keperjian mereka dari rumah Papanya, masih bisa menemukan makan setiap haripun mereka sudah bersyukur. Hanya di beberapa hari Mamanya setelah gajian mereka akan meminum susu.
Setelah meminum susu ketiganya kini terlelap.
Elis masih membenahi rumah ia masih belum tertidur hingga, seseorang mengetuk pintu.
Sebelum membuka pintu Elis memastikan siapa yang datang, ia menyingkap tirai yang menutup jendelanya, setelah memastikan siapa orang yang datang Akhirnya Elis membuka kunci.
Terlihat wajah kuyu Arjuna yang penuh kelelahan menatap kearah Elis dengan tatapan yang sulit di artikan. Terlihat banyak luka serta beban dalam tatapan itu membuat Arjuna seperti seseorang yang hidup segan matipun tak mau.
"Ada apa?" Elis bertanya, ia menghadang Arjuna di arah pintu, seakan melarang Arjuna untuk memasuki rumahnya.
Bukannya menjawab Arjuna justru malah memeluk tubuh Elis dengan sangat erat. "Kumohon, biarkan aku tenang sedikit saja. Aku tengah sakit Elis." ucap Arjuna parau.
Sekilas Elis mencium aroma bir dari tubuh Arjuna, ia yakin jika Arjuna habis menenggap minuman setan itu. Selama hidupnya dua kali Elis mengetahui Arjuna minum, yang pertama sebelum pernikahannya dengan Aida, dan yang kedua adalah malam ini. Entahlah apa yang jadi pemicu Arjuna melakukan hal itu, yang jelas Elis selalu marah saat mengetahui Arjuna minum.
"Kau minum?" Elis mengurai pelukan. Rasanya ia nyaman dengan pelukan Arjuna, mungkin seiring berjalannya waktu kenyamanan pelukan seseorang dapat berubah. Dan Elis tidak dapat menemukan kenyamanannya lagi. Yang ada ia semakin risih saat di peluk oleh Arjuna.
"Hanya sedikit." Arjuna menjawab di iringi palingan wajah dari tatapan Elis. Ia malu terlihat sebagai pria lemah di mata ibu dari anak-anaknya.
"Pulang lah Juna ini sudah malam. Anak-anak bahkan sudah tidur. Mereka lelah terlalu lama menunggumu. Kau lagi-lagi mengingkari janjimu." Elis melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda, ia tengah mengupas telur rebus untuk membuat telur balado esok hari.
"Ini rumahku anak-anakku. Itu artinya ini rumahku juga Elis."
"Konsepnya tidak seperti itu Arjuna! Rumahmu adalah rumah anak-anak juga, tapi rumah anak-anak bukan rumahmu. Ini rumah mereka sendiri. Kau tau mengapa aku menolak rumah yang kau berikan?"
Dengan polosnya Arjuna menggeleng, ia terlalu penasaran akan jawaban yang akan di lontarkan Elis padanya.
"Aku tak ingin kau besar kepala, dan tak ingin membebaskanmu berbuat sesukamu. Ada batasa-batasan yang harus kita jaga Arjuna. Meskipun kau kekeh menganggap aku adalah istrimu. Nyatanya di hati ini tak ada lagi namamu. Cintaku sudah benar-benar habis untukmu. Mengertilah!" Elis sudah tidak lagi merasakan getaran getaran cinta untuk pria dihadapannya, sungguh ia tidak berbohong.
"Elissss ..."
"Tak masalah jika kau tak ingin menceraikanku sekarang. Lagi pula aku belum ingin menikah lagi. Tapi jika suatu hari nanti aku kembali menemukan seseorang yang mampu membawa aku dalam cinta tolong lepaskan aku. Bukankah aku berhak bahagia? Meskipun bukan denganmu."
Tadinya Arjuna ingin membicarakan dan bercerita perihal dirinya yang anak pungut, namun timenya tidak tepat sehingga Atjuna memilih memendamnya sendiri.
"Kita masih bisa memperbaiki semuanya, aku berjanji akan menjadikanmu prioritas di hidupku Elis, aku tak akan menuruti mamaku lagi. Setelah ini hanya akan ada aku dan kau yang akan menjadi pemeran utama di pernikahan kita." Arjuna sudah menggenggam jemari Elis. Hanya sebentar karna Elis kembali menariknya.
"Aku tidak bisa Arjuna. Harus berapa kali aku katakan jika cintaku sudah habis untukmu." Elis berdiri. "Aku membiarkanmu untuk membesarkan anak-anak bersama. Tapi tolong hargai keputusanku! Aku tak ingin bersamamu lagi."
"Elis kasihani aku. Tolong berikan aku satu kesempatan lagi, aku ingin memperbaiki semuanya aku berjanji padamu tidak akan ada lagi air mata yang akan ku berikan. Kau akan memiliki diri ini seutuhnya. Elis, biarkan aku menyembuhkan lukamu. Sudah cukup selama 4 tahun kau menghukumku." Arjuna tak memperdulikan lagi harkat dan martabatnya. Bahkan harga dirinya sudah saat ia memutuskan untuk memohon kepada wanita yang menurutnya masih istrinya.
"Aku tidak bisa Arjuna. Yang ada jika aku terus bersamamu aku akan terus melukai diriku sendiri. Aku masih tak bisa melupakan setiap pengkhianatan yang kau lakukan padaku."
"Aku tidak pernah berkhianat Elisss!"
"Omong kosong. Kau bahkan hampir memiliki bayi darinya."
"Sudah ku katakan dia mencuri benihku di rumah sakiitt!" Arjuna sedikit meninggikan suaranya.
"Dan menurutmu aku percaya? Tidak sama sekali Arjuna." Elis pergi ke kamar anak-anaknya dan menguncinya dari dalam.
Bagi Elis seorang pria pasti mengatakan banyak kebohongan hanya agar mendapatkan kesempatan.
Meski berulang-ulang kali Arjuna mengatakan kebenarannya, Elis tetap menolak ia masih dengan asumsinya sendiri.
"Seberat ini cobaan hidupku Tuhan. Berapa banyak hal yang ingin kau ambil dariku? Orang tua, kebahagian, istri dan apa lagi yang tidak kau kehendaki untuk ku miliki." Arjuna mendongak, meletakan kepalanya di atas sandaran kursi lapuk.
"Aku masih percaya kau masih mencintaiku Elis. Aku akan membuat kau mengakuinya. Lihat saja!" Arjuna menatap ke arah pintu kamar anak serta istrinya, kemudian ia merebahkan tubuhnya di kursi panjang yang tersedia di sana.
"Lakukan apapun maumu! Akupun akan melakukan hal yang sama." Arjuna meraih baju Elis yang tertinggal di atas kursi kemudian memeluknya, serta menghirup dalam dalam aroma Elis yang tertinggal. "Aku merindukanmu."
Empat tahun tak menyentuh wanita membuatnya amat kali tersiksa. Ia juga bukan orang taat, kadang jemari tangannya memuaskan dirinya sendiri demi sebuah pelepasan.
"Aku merindukan seluruh yang ada padamu Elis, termasuk tubuh juga sentuhanmu."
Sungguh sangat menyiksa di saat rindu yang membuncah tidak dapat ia salurkan. Terlebih objeknya ada di dekatnya, alkohol yang ia tenggak beberapa kali mengambil sedikit kesadarannya. Arjuna memang sulit mentolelir alkohol pada tubuhnya. "Maafkan aku Tuhan. Aku sudah bersalah karna berani minum. Aku tak akan mengulanginya lagi." Perlahan kesadaran Arjuna terbawa arus mimpi.