Arumi lengah, dia menganggap pernikahan yang dia bangun selama tujuh tahun ini baik baik saja, dia menganggap bahwa dia telah berhasil memenangkan hati suaminya, sikap dan tanggung jawab Yudha selama inilah yang membuatnya berfikir demikian.
Arumi tersadar ketika Yudha menemukan tambatan hati yang menurutnya mampu membuat hidupnya kembali bergairah.
Akankah Arumi mengijinkan suaminya mendua atau dia akan memilih berpisah, sungguh keduanya sama sama menghancurkan hatinya, terlebih untuk buah hati mereka!.
Mampukah Arumi mengiklaskan perjalanan hidup dan cintanya?
Mari kita ikuti kisah cinta mbak Arumi dalam HATI SUAMIKU BUKAN MILIKKU, yang penasaran dengan pertemuan awal mereka bisa baca kisahnya di IMPIAN DEKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Arumi
Yudha masih berusaha menunggu kedatangan Arumi. Sayangnya rasa lelah dan kantuknya tak mampu dia tahan. Ahirnya Yudha pun terlelap disamping Mawar.
Arumi memarkirkan motor maticnya di garasi rumahnya, dia sudah tau bahwa semua anggota keluarganya sudah tidur. Makanya dia masuk kedalam rumah tanpa menimbulkan suara.
Lampu kamarnya terlihat remang remang, tak seperti biasanya. Biasanya diterangi karena Bik Patmi takut dengan gelap.
"Ah mungkin Ditya yang minta," batin Arumi.
Dia pun meletakan tas tanganya disofa kamarnya, lalu masuk kekamar mandi dan membersihkan dirinya.
Arumi sedikit curiga dengan adanya dua handuk yang tersedia dikamar mandinya, mungkinkah Bik Patmi lupa, aku kan barusan ganti tadi pagi ngapain dia nyiapin lagi, ahhh biarin ajalah batin Arumi.
Arumi pun mencuci rambutnya dan mengeringkanya langsung dikamar mandi.
Kemudian pun dia keluar kamar mandi hanya dengan memakai handuk ditubuhnya, Rambut panjangnya dibiarkan terurai.
Arumi duduk dimeja rias seperti biasa, memakai skincare rutinya.
Yudha yang mencium harum yang lain dari aroma yang dia hirup dari tadi pun spontan membuka matanya. Maklum dia kan seorang chef tentu saja indra penciumanya sangat tajam.
Yudha tersenyum licik saat melihat Arumi membuka handuknya, tubuh indah itu terlihat polos dan menggemaskan ahhh jiwa kelelakianya langsung bangkit, "Sial kamu ngapain bangun sih dek, udah lama puasa ya," gerutu Yudha dalam hati mengumpat pada senjata nakalnya yang tiba tiba bangun saat melihat Arumi telanjang.
"Ahhh, rejeki emang ga kemana!" batin Yudha lagi, masih asik mencuri pandang pada istrinya.
Arumi sudah rapi memakai bajunya, dia pun mendekati ranjang dan bersiap membangunkan seseorang yang dia anggap adalah Bik Patmi.
Biasanya dia memang begitu kalau dia sudah datang maka dia akan membangunkan Bik Patmi agar kembali kekamarnya. Dan menggantikan tugas Bik Patmi untuk menjaga buah hatinya sendiri.
"Bik, bangun," ucap Arumi sambil mencolek colek lengan Yudha. Dasar Yudha dia pun hanya diam tak menghiraukan.
"Ih tumben bibi susah bangun na," ucap Arumi. Tentu saja Yudha tertawa dalam hati.
Arumi tak membangunkan lagi orang yang dia pikir adalah asisten rumah tangganya. karena mungkin Bik Patmi sangat lelah menjaga buah hatinya.
Arumi hendak pergi dari sisi Yudha tapi tangan kekar itu malah menariknya, Arumi pun jatuh diatas dada Yudha. Heh untung lagi kan lo, tentu saja Arumi berteriak, "Aaaaa," teriak Arumi. Untung anak anak nya tak bangun..
"Sssttt, nanti anak anak bangun bun," ucap Yudha, Arumi sangat terkejut dan tentu saja dia shock.
Mata Arumi menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya, "Siapa kamu?" tanya Arumi sambil berusaha lepas dari pelukam Yudha.
"Suamimu lah sayang siapa lagi," goda Yudha.
Arumi sebenarnya percaya bahwa pria yang mendekapnya ini adalah Yudha, tapi Arumi terus saja berusaha menolaknya.
"Dasar, lepasin ga," umpat Arumi sambil berusaha berontak.
Yudha tak ingin membuat Arumi marah dia pun melonggarkan pelukanya agar Arumi bisa bangun dan menghindar darinya.
Ternyata apa yang Yudha pikirkan benar Arumi sangat marah padanya bahkan Arumi keluar kamar dan berlari masuk kedalam kamar tamu dan menguncinya.
Yudha kalah cepat, meskipun dia berusaha meraih tangan istrinya dia tetap saja tak mendapatkanya.
"Bunda sayang maafin abi ya," ucap Yudha sambil mengetuk pelan pintu kamar yang Arumi tempati.
Tak sekalipun Arumi menjawab, Yudha malah mendengar Arumi menangis, sekali lagi dia telah membuat wanita yang dicintainya ini memangis.
"Bunda jangan nangis sayang, maafin abi hemm, abi minta maaf," ucap Yudha lagi mencoba merebut hati Arumi.
Arumi benar benar marah sekarang, Yudha harus ekstra sabar menghadapi ini. Dia tak ada pilihan lain selain mengikuti apa yang harus dia lalui.
Bersambung...
