Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.
Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.
Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.
Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPK23
Max mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke arah Jessie. Wajahnya tak lagi berekspresi, matanya kosong. Ujung jarinya bersiap-siap menarik pelatuk.
Melihat hal itu, Bella maju beberapa langkah. Satu tangannya mencengkram bahu Max, sementara tangan lainnya menutup ujung pistol yang siap-siap akan meletus.
"Rileks, Max," ujar Bella. "Tak semua yang terlihat bak pendosa itu penjahat, tak semua yang terlihat baik itu malaikat. —Kau seorang petugas bukan? Tentulah kau tau ... tak semua yang ada di dalam jeruji besi itu pelaku yang sebenarnya. Ada narapidana hasil salah tangkap, ada juga narapidana yang mau tak mau harus mengaku untuk kesalahan yang tidak ia perbuat. Tekanan, paksaan, intimidasi, semua itu sudah biasa di dunia yang gelap ini. Apa menurut mu, Ethan dan Jessie pelakunya? Bukankah itu terdengar seperti lelucon? —Tahanlah emosi mu jika kau ingin benar-benar menangkap pelaku yang membunuh adikmu. Dan ... apa menurutmu, Anna akan bahagia di atas sana jika melihatmu turut menjadi tersangka?"
Pistol dalam genggaman Max mulai goyah, Bella merampas pistol tersebut dan menyerahkannya pada Clara. Lalu, ia kembali menatap Max. Bahu pria itu berguncang hebat, lututnya ambruk di atas lantai.
"Anna ... Anna ... maafkan aku yang udah gagal ngelindungin kamu, Ann ...!" jerit Max tak tertahankan. Jeritan itu terdengar pilu dan penuh akan kesedihan.
Sementara Max tenggelam dalam kesedihannya, Bella meminta petugas lainnya untuk mengamankan Jessie. Kemudian, Bella dan Clara menuntun Max ke dalam ruangannya. Memastikan Max tenang lebih dulu, sebelum melanjutkan penyelidikan mereka.
"Max, haruskah kita pulang sekarang?" Clara melirik arlojinya, waktu sudah melewati tengah malam sejak tadi.
"Kamu ingin pulang sekarang?" Max balik bertanya. Wajahnya lesu.
"Sebaiknya kalian jangan pulang, tetaplah di sini. Aku akan membawa perlengkapan untuk kalian besok pagi," sela Bella di tengah percakapan.
Max dan Clara menoleh, "kenapa begitu?" tanya mereka serentak.
Bella bersandar di kursinya, menatap keduanya dengan serius. "Jika Ethan dan Clara bukan pelakunya, maka ... kalian berdua sudah jelas dalam bahaya, ‘kan?"
Max dan Clara beradu pandang, kemudian saling mengangguk.
"Tapi, kenapa kau pulang? Apa, itu nggak bahaya?" tanya Max.
"Bahaya?" Bella menaikan satu alisnya. "Apa itu bahaya? — Kalian tenang saja, ada yang menjemput ku pulang."
"Oh, ya? Siapa?" tanya Max.
"Malaikat maut kepercayaan ku," Bella tersenyum smirk. "Dalam hitungan detik, dia akan tiba di depan pintu."
Max dan Clara serentak menoleh ke arah pintu, menunggu seseorang yang tak mereka ketahui rupanya. Benar saja, dalam hitungan detik, pria bermata amber sudah berdiri di depan pintu yang setengahnya berbahan kaca.
Clara menganga lebar saat melihat ketampanan pria tersebut, pria dengan kulit seputih susu itu bak menjadi penerang di lorong yang temaram.
Sedangkan Max, pria tampan itu kembali menatap Bella.
"Hey, gimana kau bisa tau dia akan tiba dalam hitungan detik?" tanya nya penasaran.
Bella tersenyum tipis. "Aku bahkan bisa mengendus aromanya dari jarak 500 meter," kata Bella.
Wanita itu lekas menoleh ke arah pintu, melambai ke arah pria nya. Seolah berkata : "Masuk."
Pria berparas tampan itu menganggukkan kepala dan masuk ke ruangan. Ia langsung melangkah cepat ke kursi Bella.
Begitu sampai, ia langsung berbisik. "Apa kamu masih lama? Aku udah nggak tahan lagi, aku benar-benar ... haus." Mata nakalnya melirik dada Bella.
Bisikan maut itu membuat kedua pipi Bella bersemu, ia melirik ke arah celana pria itu. Ada sesuatu yang menegang di dalam sana, membuat Bella sekuat tenaga menahan tawa.
Bella menatap yang lainnya. "Perkenalkan, ini suami ku ... Keenan."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di tengah hutan belantara, seorang pria tua berlari dengan mengerahkan semua tenaganya. Penampilannya benar-benar kacau, dia juga terlihat sangat ... lelah. Beberapa jejak memar terlihat di wajah, meskipun masih tampak samar.
Daniel, satu-satunya pria yang selamat dari subjek eksperimen proyek hydra, kini mati-matian meloloskan diri dari maut. Seseorang dengan kostum topeng, tengah mengejarnya di belakang sana.
Suara tawa yang menggema di dalam hutan gelap itu, semakin membuat pria tua itu ketakutan.
BRUGH!
Sialnya, Daniel terjatuh dan ber-gelinding hingga tubuhnya membentur pepohonan kering.
Daniel berusaha untuk bangkit. Namun, senjata api yang mengacung di depan keningnya membuat pria itu membeku di tempat. Kepala Daniel mendongak, mencoba menunjukkan wajahnya yang penuh rasa takut dan meminta belas kasihan pada sosok bertopeng.
Namun, sosok di balik topeng itu semakin menyeringai kejam.
Ia tertawa remeh. "Dasar bodoh, seharusnya kau benar-benar bersembunyi di tempat yang tak bisa ditemui oleh siapapun."
DORRR!
Sebuah timah panas melesat dan menembus kepala Daniel. Cipratan darah memenuhi topeng tersebut.
Tubuh Daniel ambruk. Dan, dengan tidak manusiawi, sosok itu menjambak rambut Daniel, lalu menyeret pria itu ke gudang tua. Tempat di mana ia selalu mengeksekusi semua korban.
Sosok itu bersiul girang, detak jantungnya berpacu cepat. Ia menyayat dan memotong leher Daniel dengan hati-hati.
BRUGH!
Kepala Daniel putus, jatuh dan membentur lantai. Dan, sosok di balik topeng itu mendongak ke langit-langit ruangan, ia menari-nari. Ia, mencapai euforia nya.
*
*
*
kembali kasih Kaka...🥰🥰
w a d uuuuuuhhhhh Bellaaaaa....
jadi inspirasi kalau di dunia nyata besok ada yg jahat² lagi mulutnya, siapkan jarum bius😅🤣😂.
tapi sayangku aku takut jarum suntik😅