Sinopsis
Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.
Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.
Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 BELINDA MELAHIRKAN
Laras tersenyum tipis, sedikit lebih lega. "Terima kasih, Caca. Meskipun aku merasa semua sudah hilang, ada sedikit harapan ketika mendengar kata-kata dari kamu. Aku akan mencoba untuk bangkit."
Kami duduk bersama, menghabiskan waktu untuk berbicara lebih banyak, meskipun kami tahu bahwa perjalanan Laras untuk memperbaiki hidupnya akan sangat panjang. Tetapi setidaknya, aku bisa memberi sedikit kekuatan untuknya. Dalam keheningan itu, aku tahu bahwa dia mulai memahami bahwa meskipun dunia menilai dia dengan sangat keras, dia masih bisa memilih untuk memulai kembali.
Laras merasa marah dan sangat sakit hati mengetahui bahwa di balik semuanya, Mbak Dina adalah orang yang diam-diam merencanakan kehancurannya. Semua usaha dan kerja keras yang selama ini ia bangun dalam dunia modeling tiba-tiba hancur hanya karena satu kebohongan yang dibongkar dengan sengaja. Mbak Dina, yang selama ini tampak tenang dan menerima pernikahan kedua Mas Bayu, ternyata memiliki rencana jahat di balik senyumnya yang penuh kemunafikan.
Laras tak bisa menahan amarahnya. "Mbak Dina, wanita licik itu!" ujarnya dengan nada marah, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seakan ingin melemparkan rasa frustasinya ke udara. "Dia yang menghancurkan semuanya, Caca. Dia yang sebarkan foto-foto aku dan Mas Bayu, dia yang membuat karirku ambruk begitu saja! Apa yang dia inginkan dari semua ini?"
Aku melihat Laras yang begitu terkejut dan bingung, seakan tak percaya bahwa seseorang yang pernah ia anggap tidak terlalu berbahaya, bisa sekejam itu. "Laras, dia memang tidak terlihat seperti orang yang akan melakukan itu, tapi dia punya rencana. Mbak Dina sangat cerdik, dia tahu betul cara membuat orang lain menderita tanpa terdeteksi. Selama ini, dia hanya pura-pura menerima semua keadaan, padahal sebenarnya dia sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar."
Laras meringis, kecewa dan marah. "Aku pikir dia sudah menerima kenyataan kalau Mas Bayu menikah lagi, tapi ternyata itu semua hanya akting belaka. Dia menghancurkan karir aku, menghancurkan hidupku hanya karena dia ingin aku merasakan apa yang dia rasakan."
Aku mengangguk, memahami perasaan Laras. "Dia ingin balas dendam, Laras. Dan kamu jadi sasaran empuknya karena kamu terlalu dekat dengan Mas Bayu. Mbak Dina selalu merasa terancam, dan sekarang dia membalas dengan cara yang sangat kejam."
Laras tampak semakin kesal. "Aku nggak akan diam saja. Aku nggak akan biarkan dia menang begitu saja. Mas Bayu mungkin nggak tahu, tapi aku akan cari tahu lebih banyak tentang apa yang Mbak Dina rencanakan dan menghentikan semuanya!"
Aku bisa merasakan betapa kuatnya kebencian dan amarah yang dirasakan Laras saat itu. Dia merasa dikhianati, bukan hanya oleh Mbak Dina, tetapi juga oleh dunia yang kini melihatnya sebagai wanita yang salah. "Aku akan melawan balik, Caca. Aku nggak bisa biarkan Mbak Dina menang. Aku akan cari cara untuk menghentikan dia, apapun yang terjadi!"
Namun, meski Laras tampak sangat marah, aku juga tahu bahwa melawan seseorang seperti Mbak Dina bukanlah hal yang mudah. Mbak Dina tahu bagaimana cara memanipulasi situasi dengan sangat baik, dan dia juga memiliki banyak pengaruh di sekitar dirinya. "Laras, kalau kamu benar-benar ingin melawan, kamu harus hati-hati. Mbak Dina bukan tipe orang yang mudah ditaklukkan. Dia sangat licik, dan bisa jadi dia punya lebih banyak rencana yang belum kita ketahui."
Laras menghela napas dalam-dalam, menatapku dengan tatapan penuh tekad. "Aku tahu, Caca. Aku akan berhati-hati. Tapi aku nggak akan tinggal diam. Aku akan cari cara untuk menghancurkan rencananya dan mendapatkan kembali hidupku."
Walaupun aku tahu bahwa perjalanan Laras akan sangat sulit dan penuh tantangan, aku bisa melihat dari cara dia berbicara bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja. Mungkin ini adalah titik balik bagi Laras untuk benar-benar menemukan kekuatan dalam dirinya dan melawan rencana busuk yang sudah disiapkan oleh Mbak Dina.
...****************...
Aku melihat kebahagiaan keluarga besar Mas Danu menyambut kelahiran anak Belinda dengan sukacita, sementara aku hanya bisa diam dan merasakan kesepian yang mendalam. Setiap kali aku berada di ruang tamu, mereka semua terlihat begitu bahagia, saling bercerita tentang si kecil yang baru lahir, tetapi aku merasa seolah aku bukan bagian dari keluarga ini lagi. Semua perhatian dan kasih sayang yang dulu aku rasakan kini tercurah hanya pada Belinda dan anaknya.
Mertuaku, yang dulu selalu perhatian padaku, kini lebih memilih untuk mengurus Belinda dan cucunya. Mereka selalu memuji Belinda sebagai seorang ibu yang sempurna dan memanjakan dirinya dengan segala kebutuhan. Aku hanya bisa menyaksikan semuanya dari kejauhan, merasa semakin terasingkan.
Hari itu, aku duduk di sudut ruang tamu, mencoba menyembunyikan perasaan cemas dan kecewa yang tak kunjung hilang. Mertuaku berbicara dengan penuh kasih sayang kepada Belinda, dan aku merasakan suasana di sekitarku semakin menyesakkan. Aku pun mencoba untuk tidak terlalu menunjukkan perasaan kecewaku, tetapi tetap saja, aku tak bisa menahan air mata yang mulai mengalir.
"Mama, Papa, terima kasih banyak atas semua dukungannya. Aku nggak tahu bagaimana caranya membalas semua ini," kata Belinda, sambil tersenyum lembut pada orang tuanya. "Aku bahagia banget bisa memberikan cucu laki-laki buat kalian."
Mertua aku tersenyum penuh kebanggaan. "Kami sangat bangga padamu, Belinda. Kamu luar biasa. Dan kamu juga sudah memberikan kebahagiaan yang kami harapkan. Semoga kalian selalu diberkahi."
Aku merasa hatiku semakin perih mendengar kata-kata itu. Seakan-akan mereka lupa aku ada di sini. Aku bukan lagi bagian dari keluarga ini, aku hanyalah bayangan yang terus terabaikan.
Mas Danu, yang sebelumnya selalu memperhatikanku, kini sibuk dengan Belinda dan anak mereka. Dia datang sebentar untuk menyapaku, tetapi seolah tak ada perhatian khusus padaku lagi. "Kamu baik-baik saja, Caca?" tanyanya, dengan suara datar yang membuatku merasa semakin jauh darinya.
Aku mencoba untuk tersenyum, meskipun rasanya sulit sekali. "Iya, Mas. Aku baik-baik saja," jawabku pelan.
Mertua ku pun ikut bergabung, mengajak Belinda untuk berbicara tentang perawatan bayi. "Belinda, jangan ragu minta bantuan, ya. Kami akan selalu ada untukmu," ujar Mama.
Aku menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan kesedihanku. Di satu sisi, aku merasa seperti orang asing di rumah ini. Semua perhatian tertuju pada Belinda, dan aku hanya bisa menjadi penonton dalam drama yang tak pernah kuinginkan. "Selamat ya, Belinda," kataku dengan suara hampir tak terdengar, mencoba berbesar hati.
Belinda tersenyum manis. "Terima kasih, Caca. Aku harap kamu juga bisa merasakan kebahagiaan seperti yang kami rasakan."
Kata-kata itu makin membuat hatiku terasa berat. "Ya, aku harap begitu," jawabku dengan suara yang hampir tak terdengar. Dalam hati, aku bertanya-tanya, apakah kebahagiaan itu masih bisa aku rasakan lagi di tengah-tengah semua ini?
Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa bahwa aku tak lagi punya tempat di rumah ini. Mas Danu semakin sibuk dengan keluarganya yang baru, dan aku hanya menjadi bagian dari bayangan masa lalu yang perlahan-lahan mulai dilupakan. Aku tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menyaksikan semuanya dengan hati yang semakin hancur.
Tapi aku juga tahu, aku tak bisa terus seperti ini. Entah bagaimana, aku harus menemukan cara untuk mengembalikan kebahagiaanku sendiri, meskipun semuanya terasa semakin sulit.
bantu ngga.
mudah2an mereka bertiga dpt balesanya
blm sadar jga y,ngga minta maaf Ama Dina.
tuh mantan suami Dina kpn dapet karmanya.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya