Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Siapa Xin Yue, dan Siapa Penjahat nya disini
Li Zheng duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh tumpukan laporan yang belum dibaca. Di luar jendela, matahari mulai tenggelam, menandakan berakhirnya hari yang panjang. Namun, pikirannya tidak berada di sini. Ia terhanyut dalam lamunan, memikirkan sesuatu yang jauh lebih penting daripada pekerjaan yang menumpuk di mejanya.
Gadis itu. Xin Yue. Sejak pertama kali bertemu, hatinya telah terikat padanya. Dengan keanggunannya yang tak tertandingi, dengan kecerdasan yang sulit diukur, Xin Yue telah menyihirnya. Namun, kini, kenyataan yang datang menghantamnya. Semua yang terjadi, semua yang menimpanya, kemungkinan besar berhubungan dengan gadis itu.
Li Zheng menarik napas panjang dan menatap kosong ke arah tumpukan laporan di mejanya. Di antara kertas-kertas itu, sebuah laporan baru saja diletakkan oleh bawahannya. Tanpa merasa, ia mulai membacanya.
Laporan itu menyebutkan bahwa keluarga Tianyin, yang konon telah hancur, ternyata memiliki sejarah yang lebih gelap dan lebih dalam daripada yang dibayangkan banyak orang. Dan, menurut gosip yang beredar, Xin Yue—gadis yang kini menguasai hati Tianheng—mungkin adalah satu-satunya keturunan yang tersisa dari keluarga tersebut.
Li Zheng meremas laporan itu dengan tangan kanan yang gemetar. Hatinya terasa terhimpit. Apakah ini benar? Apakah gadis yang telah membuatnya jatuh cinta begitu dalam, ternyata memiliki ikatan yang begitu besar dengan keluarga yang jatuh, keluarga yang penuh dengan rahasia dan darah?
Dia merasa kecewa. Perasaan yang tak bisa dijelaskan, seperti ada sesuatu yang hilang. Tetapi, meskipun begitu, hatinya tidak bisa berpaling. Xin Yue adalah gadis yang ia inginkan. Dia berjanji pada dirinya sendiri—dia akan menjadikan gadis itu miliknya.
Jika gadis itu benar-benar memiliki hubungan dengan keluarga Tianyin, dan jika benar dia adalah satu-satunya yang tersisa, maka hal itu akan membuka banyak pintu. Kekuatan, pengaruh, dan mungkin takhta yang telah lama hilang. Dengan Xin Yue di sisinya, Li Zheng tahu bahwa dia bisa mendapatkan lebih dari sekadar hati gadis itu. Dia bisa mendapatkan seluruh kerajaan, jika perlu.
“Jika dia menjadi milikku,” bisik Li Zheng pelan, “maka tak ada yang bisa menghalangi kita.”
Dia tahu bahwa langkahnya tidak akan mudah. Jika Xin Yue benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa, dan jika gosip tentang keluarganya yang hancur itu benar, maka akan ada banyak pihak yang menginginkan gadis itu untuk kepentingan mereka. Namun, dia bertekad. Tidak ada yang bisa menghalangi jalannya. Tidak Tianheng, tidak Ibu Suri, dan pasti tidak juga keluarga Tianyin yang telah lama runtuh.
Li Zheng meletakkan laporan itu kembali ke meja, dengan mata yang penuh tekad. “Aku akan membuatmu menjadi milikku, Xin Yue. Entah dengan cara baik, atau cara buruk.”
Namun, di dalam hatinya, ada sedikit keraguan. Apakah dia bisa mengendalikan perasaan yang begitu kuat terhadap gadis itu? Apakah dia bisa mempertahankan kendali atas semuanya, atau justru dirinya yang akan jatuh dalam cengkeraman cinta yang begitu dalam?
* Li Zheng tolong sadarlah *
Untuk saat ini, Li Zheng memutuskan untuk menutupnya, menunggu waktu yang tepat untuk bergerak. Dunia politik dan intrik istana akan terus berlanjut, tetapi dia tahu satu hal: tak ada yang akan menghalangi niatnya untuk memiliki Xin Yue.
***
Li Jun dan Koneksi Rahasia
Sementara itu, di salah satu sudut kota yang lebih sepi, Li Jun bertemu dengan seorang pria berjubah hitam. Tidak ada yang tahu bahwa di balik sikap santainya sebagai tangan kanan Yan Tianheng, Li Jun memiliki koneksi dengan berbagai pihak di ibu kota, termasuk informan rahasia yang sering memberikan berita penting.
“Jadi, berita tentang Xin Yue sebagai putri keluarga Tianyin sudah sampai ke telinga para bangsawan?” tanya Li Jun dengan nada ringan, meskipun matanya bersinar tajam.
Pria berjubah hitam mengangguk. “Bukan hanya bangsawan, tapi juga faksi-faksi yang pernah terlibat dalam kehancuran keluarga Tianyin. Mereka mulai bergerak, dan beberapa di antaranya sudah mengirim mata-mata untuk menyelidiki lebih jauh.”
Li Jun menghela napas panjang, lalu bersandar di kursinya. “Tianheng akan sangat senang mendengar ini. Dia baru saja kembali dari perjalanannya, dan sekarang kita harus menghadapi lebih banyak masalah.”
Pria itu menatapnya ragu-ragu sebelum melanjutkan, “Ada satu lagi. Ibu Suri memanggil Nona Rong hari ini. Dari apa yang kudengar, dia tidak puas dengan hasil sebelumnya.”
Li Jun menyeringai kecil. “Oh, jadi Nona Rong mendapat ceramah? Itu pasti menarik.”
Namun, senyumnya segera memudar. Dia tahu bahwa jika Ibu Suri semakin aktif, itu berarti rencana besar sedang disusun. Dia perlu memastikan Tianheng mengetahui semua ini.
***
Rencana Tianheng dan Xin Yue
Di mansion, Tianheng dan Xin Yue duduk di ruang baca pribadi. Setelah mendengar laporan dari Li Jun, Tianheng memutuskan untuk mempersiapkan langkah berikutnya.
“Kita harus bersiap,” kata Tianheng, menatap Xin Yue dengan serius. “Mereka tidak akan diam saja. Jika gosip tentang keluargamu benar-benar tersebar, maka musuh lama keluargamu juga akan mulai bergerak.”
Xin Yue menyandarkan dagunya di tangannya, menatap Tianheng dengan senyum tipis. “Bukankah itu menyenangkan? Akhirnya aku punya alasan untuk keluar dari bayangan.”
Tianheng mengulurkan tangan, menyentuh pipi Xin Yue dengan lembut. “Tapi aku tidak ingin kau terluka.”
Xin Yue terdiam sejenak, merasa kehangatan di balik kata-katanya. “Aku sudah lama hidup dalam bayangan, Tianheng. Jika aku harus menghadapi semua ini, maka aku akan melakukannya dengan caraku sendiri.”
Tianheng menatapnya dalam-dalam sebelum mengangguk. “Baik. Tapi ingat, kau tidak sendiri.”
Xin Yue tersenyum kecil, lalu berdiri. “Kalau begitu, mari kita lihat siapa yang lebih cepat bergerak—mereka, atau kita.”
Dengan rencana yang mulai terbentuk di benak mereka, keduanya bersiap menghadapi gelombang konflik yang akan datang. Di luar, malam semakin gelap, tetapi di dalam mansion, bayangan mulai bergerak.
***
Misteri yang Tersisa
Ru Jian memasuki ruoshang dengan langkah hati-hati, matanya yang tajam menangkap setiap sudut ruangan yang tenang. Saat pintu terbuka, Madam Hua yang tengah duduk di meja kerjanya langsung mengangkat pandangannya. Wajahnya yang selalu tenang kini sedikit menunjukkan kerutan kekhawatiran.
"Ru Jian," ucap Madam Hua dengan suara lembut, namun ada ketegasan di dalamnya, "Apa yang kau temukan?"
Ru Jian menghela napas panjang, meletakkan beberapa dokumen di atas meja dengan hati-hati. "Madam, misi terakhir aku adalah untuk mencari tahu siapa yang mengirimkan surat ancaman itu. Aku telah mengunjungi tempat persembunyian mereka, namun mereka telah menghilang."
Madam Hua mengerutkan kening, wajahnya tak menunjukkan rasa panik, meski dalam hatinya, ia merasa cemas. "Menghilang?" tanyanya pelan, memastikan bahwa dia tidak salah dengar. "Bagaimana bisa mereka menghilang begitu saja? Itu tidak mungkin."
"Memang, Madam," jawab Ru Jian dengan serius. "Namun, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Beberapa potongan kertas terbakar ditemukan tidak jauh dari markas mereka. Aku yakin itu bukan kebetulan."
Madam Hua menatap Ru Jian dengan perhatian penuh. "Potongan kertas terbakar? Apa yang tertulis di sana?"
Ru Jian menggelengkan kepala. "Sayangnya, hanya potongan kecil yang bisa aku temukan, dan hampir semuanya terbakar habis. Tapi ada satu hal yang menarik—ada satu potongan yang masih bisa dibaca, meskipun hanya sedikit. Ada tulisan yang berbunyi, 'Jangan biarkan dia tahu.' Itu cukup jelas, Madam. Sepertinya mereka sedang berusaha menutupi sesuatu."
Madam Hua menghela napas panjang. "Jadi, mereka tahu kita akan mencari mereka, dan mereka menghilang begitu saja. Mereka juga meninggalkan petunjuk yang sengaja dibakar—itu pasti bukan tindakan yang sembarangan."
Ru Jian menunduk sedikit, merasakan ketegangan yang melingkupi ruangan. "Apakah ini berkaitan dengan Xin Yue, Madam? Aku merasa mereka pasti tahu lebih banyak tentangnya daripada yang kita duga."
Madam Hua terdiam sejenak, matanya tajam menatap langit-langit, seolah merenung dalam-dalam. "Xin Yue... Dia adalah kunci dari banyak hal. Jika mereka tahu siapa dia sebenarnya, mereka pasti akan berusaha menyingkirkannya. Tapi siapa yang menginginkan dia? Dan mengapa mereka merasa perlu mengancam kita?"
Ru Jian merasakan ketegangan di udara. Ia tahu betul bahwa apa yang sedang terjadi jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan. "Aku akan terus menyelidiki, Madam. Aku yakin kita akan menemukan lebih banyak petunjuk."
Madam Hua mengangguk pelan. "Lanjutkan, Ru Jian. Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja. Jika mereka mencoba mengancam Xin Yue, kita harus tahu siapa mereka dan apa tujuan mereka. Jangan biarkan mereka melarikan diri begitu mudah."
Ru Jian mengangguk dan berbalik untuk pergi, namun sebelum ia keluar dari ruangan, Madam Hua memanggilnya kembali.
"Ru Jian," panggilnya dengan nada serius. "Berhati-hatilah. Ada lebih banyak yang terjadi di balik semua ini, dan aku merasa kita belum tahu seluruh cerita. Jangan sampai kita terjebak dalam permainan yang lebih besar."
Ru Jian menatap Madam Hua sejenak, merasakan ketegasan dalam suara wanita itu. "Aku akan berhati-hati, Madam. Terima kasih atas peringatannya."
Dengan langkah cepat, Ru Jian keluar dari ruoshang, meninggalkan Madam Hua yang kembali merenung. Ada banyak teka-teki yang harus dipecahkan, dan semakin dalam mereka menggali, semakin berbahaya jalan yang akan mereka tempuh.