NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengincar ku?...

Di kampus, Nisa sedang duduk di taman bersama Rina. Mereka membahas tugas kelompok sambil menikmati udara segar. Namun, Nisa merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak semalam, dia merasa seperti sedang diawasi.

"Rina, kamu nggak ngerasa aneh nggak, sih? Sejak tadi aku merasa kayak ada yang memperhatikan kita," ujar Nisa sambil melirik sekeliling.

Rina mengernyitkan dahi. "Aneh gimana? Kayaknya nggak ada apa-apa deh. Mungkin kamu cuma terlalu capek atau lagi overthinking."

Nisa menghela napas. "Mungkin ya. Tapi rasanya nggak nyaman aja. Aku juga nggak tahu ini cuma perasaan atau memang ada sesuatu."

Rina menepuk pundak Nisa untuk menenangkannya. "Santai aja, Nis. Lagian, kalau ada apa-apa, pasti Rey bakal langsung bertindak, kan? Dia kan selalu jagain kamu."

Nisa tersenyum tipis. "Iya sih, Rey memang perhatian. Tapi aku nggak mau terus-terusan bergantung sama dia. Aku juga harus bisa jaga diri."

Tiba-tiba, sebuah pesan masuk di ponsel Nisa. Dia melihat nama Rey muncul di layar.

**"Tetap di tempatmu. Jangan ke mana-mana. Aku sedang dalam perjalanan."**

Nisa mengernyitkan dahi. "Kenapa Rey tiba-tiba kayak gini?" gumamnya.

Rina ikut melihat layar ponsel Nisa. "Dia kenapa, Nis? Kok pesannya panik gitu?"

"Aku nggak tahu, tapi biasanya kalau Rey sampai kayak gini, berarti ada sesuatu," jawab Nisa sambil memasukkan ponselnya ke tas. "Kayaknya aku harus nunggu dia di sini."

Namun, tak lama setelah itu, dua pria asing terlihat mendekati mereka. Wajah mereka dingin, dan gerak-geriknya mencurigakan. Salah satu dari mereka melirik ke arah Nisa dengan tajam.

"Nisa, itu siapa? Kok serem banget sih kelihatannya," bisik Rina, mulai panik.

Nisa ikut tegang. "Aku nggak kenal mereka. Jangan panik, Rin. Kita pura-pura nggak sadar aja."

Pria-pria itu mendekat lebih cepat, membuat Nisa dan Rina semakin gelisah. Salah satu dari mereka berbicara dengan nada tajam. "Kamu Nisa, kan? Ikut kami sekarang, ada yang ingin bertemu denganmu."

Nisa berdiri dengan sikap defensif. "Maaf, saya nggak kenal kalian. Kalau ada urusan, bilang langsung aja."

Pria itu tertawa kecil. "Jangan main-main, Nona. Kami hanya menjalankan tugas. Jangan buat masalah jadi rumit."

Rina berbisik, "Nisa, kita harus kabur. Ini nggak aman."

Namun, sebelum Nisa bisa bergerak, sebuah mobil hitam berhenti mendadak di depan taman. Pintu mobil terbuka, dan Rey keluar dengan wajah penuh amarah. "Lepaskan mereka, atau kalian akan menyesal!" teriak Rey.

Pria-pria itu tampak ragu, tetapi salah satu dari mereka mencoba melawan. Rey tidak tinggal diam. Dengan cepat, dia melumpuhkan pria itu, sementara yang lainnya kabur.

"Nisa, kamu nggak apa-apa?" tanya Rey sambil memegang bahu Nisa, memastikan dia baik-baik saja.

Nisa mengangguk, meski masih syok. "Aku nggak kenapa-kenapa, Rey. Tapi siapa mereka? Kenapa mereka mencari aku?"

Rey menghela napas dalam. "Ini belum selesai, Nisa. Mereka bagian dari ancaman yang lebih besar. Kamu harus lebih berhati-hati sekarang."

Nisa menatap Rey dengan penuh kekhawatiran. "Jadi mereka bukan orang sembarangan, ya?"

Rey mengangguk serius. "Benar. Mereka bagian dari kelompok yang sudah lama mencari celah untuk menyerang. Aku sudah mencoba untuk menjaga jarak dari mereka, tapi tampaknya mereka semakin mendekat."

"Kelompok apa, Rey? Kenapa mereka mau nyerang aku?" tanya Nisa, suaranya bergetar.

"Kelompok ini berhubungan dengan masa lalu yang gelap," jawab Rey sambil memandang jauh. "Aku nggak bisa jelasin semua sekarang, tapi yang jelas, mereka nggak akan berhenti. Dan mereka tahu siapa kamu."

Nisa semakin bingung. "Maksudnya?"

Rey menatapnya dengan mata penuh penyesalan. "Aku nggak mau melibatkan kamu dalam ini, Nisa. Tapi, kamu harus tahu, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kita berdua. Mereka mengincar mu karena kamu berhubungan dengan orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh besar mereka."

"Apa maksudnya?" tanya Nisa, masih berusaha mencerna.

Rey menghela napas panjang, berjuang untuk mengungkapkan segalanya. "Ayah kamu, Pak Roni, dia bukan hanya pengusaha biasa. Dia punya musuh lama, kelompok yang ingin balas dendam. Sindy dan kelompok itu hanya sebagian kecil dari ancaman yang datang."

Nisa terkejut mendengar ini. "Tunggu, ayahku terlibat dengan mereka? Kenapa dia nggak pernah bilang apa-apa?"

Rey memandang Nisa dengan penuh perhatian. "Ayahmu melindungi mu, Nisa. Dia nggak ingin kamu terlibat dalam masalah ini. Tapi sekarang, kita nggak bisa menghindarinya lagi. Kamu harus siap menghadapi kenyataan, karena mereka akan terus mengincar kamu."

Nisa merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Selama ini, dia selalu merasa aman di sisi keluarganya, tapi sekarang dia tahu bahwa bahaya yang mengancam jauh lebih besar dari yang dia bayangkan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Nisa, suaranya mulai tegas meski masih ada ketakutan di dalam hatinya.

Rey menggenggam tangan Nisa. "Kita hadapi ini bersama, Nisa. Aku akan selalu ada di sisimu, dan kita akan cari cara untuk mengakhiri ancaman ini sekali dan untuk selamanya."

Dengan tekad baru, Nisa memutuskan untuk tidak lari dari kenyataan. Meskipun dia merasa cemas dan tidak tahu apa yang akan terjadi, dia tahu bahwa dia harus kuat, karena masa depan mereka bergantung pada keputusan yang akan mereka ambil sekarang.

Nisa mengangguk, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Aku nggak bisa terus hidup dalam ketakutan, Rey. Aku harus tahu lebih banyak tentang semua ini. Tentang ayahku, tentang mereka... Dan tentang aku."

Rey menatapnya penuh perhatian. "Nisa, aku tahu ini berat. Tapi kamu nggak sendirian. Kita bisa cari tahu lebih banyak tentang kelompok ini, dan tentang apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Kalau kamu butuh waktu, aku akan mendukung apapun keputusanmu."

"Aku nggak bisa mundur sekarang," jawab Nisa dengan suara yang lebih yakin. "Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku nggak akan biarkan orang-orang ini merusak hidupku atau hidup orang yang aku cintai."

Rey tersenyum, terkesan dengan keteguhan hati Nisa. "Aku bangga padamu, Nisa. Aku tahu kamu lebih kuat dari yang kamu kira."

Nisa menghela napas, mencoba untuk menenangkan pikirannya. "Jadi, apa langkah pertama kita?"

Rey berpikir sejenak. "Kita mulai dengan mencari informasi. Aku punya beberapa kontak yang bisa membantu kita. Tapi kita harus hati-hati, karena orang-orang ini tidak main-main. Mereka bisa jadi tahu langkah kita sebelum kita melakukannya."

"Jadi kita harus bergerak diam-diam, ya?" tanya Nisa, matanya menyipit penuh perhatian.

"Betul," jawab Rey. "Kita harus jadi bayangan, nggak boleh ada yang tahu kalau kita sedang bergerak. Kalau tidak, kita malah bakal jadi sasaran."

Nisa mengangguk. "Aku siap. Kita nggak bisa terus mundur. Aku akan bantu, apapun yang diperlukan."

Rey meraih tangan Nisa, menatapnya dengan serius. "Aku janji, aku akan selalu melindungi mu, Nisa. Kita hadapi ini bersama."

Dengan keputusan bulat di hati, Nisa dan Rey mulai menyusun rencana mereka. Mereka tahu tantangan yang menanti mereka tidak mudah, namun mereka tidak bisa mundur. Masa depan mereka bergantung pada tindakan yang akan mereka ambil sekarang.

Saat Nisa melangkah keluar dari ruangannya, dia merasa lebih kuat daripada sebelumnya. Ancaman yang mengintai tidak lagi menggerogoti hatinya. Dia tahu bahwa dia tidak akan pernah lagi merasa sendirian dalam perjuangannya.

Nisa dan Rey mulai melakukan persiapan untuk menghadapi kelompok yang mengancam mereka. Dengan bantuan beberapa kontak yang dimiliki Rey, mereka mulai mengumpulkan informasi lebih dalam tentang siapa yang ada di balik semua kejadian ini.

Sementara itu, di luar sana, Nico yang telah lama menghilang, merasa semakin terpojok. Dia tahu bahwa Sindy yang dulu menjadi sekutunya kini sudah tidak bisa diandalkan. Rencana balas dendam terhadap Nisa dan keluarganya semakin rumit. Namun, dia masih percaya bahwa ada jalan keluar jika dia bisa menggunakan cara yang lebih licik.

Di sisi lain, Nisa dan Rey menyadari bahwa mereka harus berhati-hati. Setiap langkah yang mereka ambil bisa berisiko tinggi. Mereka menyusuri jalan yang penuh dengan jebakan, dengan tekad untuk menghentikan kelompok ini sebelum semakin banyak orang yang terluka.

"Nisa, kita perlu mengatur strategi. Kita nggak bisa main-main dengan mereka," kata Rey, suaranya penuh ketegasan saat mereka berdua duduk di sebuah kafe yang sepi.

"Aku tahu, Rey," jawab Nisa, "Tapi kita juga nggak bisa terus-terusan bersembunyi. Aku ingin memutuskan semua ini, dan aku ingin tahu siapa yang sebenarnya di balik semua peristiwa buruk ini."

Rey mengangguk, memahami keinginan Nisa. "Kita bisa cari tahu lebih banyak. Ada beberapa orang yang bisa membantu kita mendapatkan informasi lebih dalam tentang kelompok ini."

Setelah berbincang panjang lebar, mereka memutuskan untuk menemui seorang informan yang mereka rasa bisa memberikan petunjuk lebih lanjut. Informan itu dikenal oleh Rey sebagai seseorang yang memiliki akses ke banyak data rahasia dan punya hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan kelompok tersebut.

Namun, mereka harus bergerak cepat. Waktu semakin sempit, dan bahaya mengintai setiap sudut. Nisa merasa perasaan takut itu kembali merayap, tapi kali ini dia berusaha menepisnya. Ia tahu bahwa untuk melindungi dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang ia cintai, ia harus berani.

Sambil melangkah keluar dari kafe, Nisa menggenggam tangan Rey erat-erat. "Kita akan selesaikan ini, Rey. Aku nggak akan biarkan hidupku hancur begitu saja."

Rey tersenyum padanya, walaupun ada kekhawatiran yang terlihat di matanya. "Aku janji, kita akan selesaikan ini bersama. Selama kamu di sisiku, aku nggak akan biarkan apapun terjadi padamu."

Mereka berdua pun melanjutkan langkah mereka, tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, satu hal yang pasti: mereka akan menghadapi semua tantangan ini bersama, sampai titik darah penghabisan.

1
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!