Pencinta makanan, pelit dan konyol, itulah Mu Lingyao. Anehnya, dia diberkati Dewa Koi. Karena membeli sebuah buku novel percintaan fantasi yang berakhir tragis dan berantakan, ia justru dibawa masuk ke dunia Beastman untuk menyelesaikan misi penyelamatan.
Pertama, jadilah istri dan permaisuri dari seorang Kaisar Duyung Biru—Long Mujue. Kedua, selesaikan misi-misi yang ada agar dua tokoh utama asli di dunia tersebut hidup sampai akhir. Kemudian Mu Lingyao menyadari jika isi novel tersebut lebih berdarah dari pada versi aslinya.
Dia hanya ingin makan, jalan-jalan dan menjadi permaisuri malas lalu dimanja oleh suaminya yang tampan. Kenapa begitu sulit dilakukan? Dia bahkan harus menyelesaikan krisis untuk mencegah kehancuran ras duyung biru.
Mampukah Mu Lingyao menyelesaikan misi dan menjadi permaisuri malas yang dimanja Long Mujue sampai akhir? Ikuti kisahnya hanya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naga Biru dari Selatan
Mu Lingyao merasakan pusing setelah dibawa melarikan diri oleh seekor belut macan tutul besar. Sampai-sampai, air yang terasa sangat dingin terasa sedikit lebih hangat.
Akhirnya, belut besar itu berhenti setelah memasuki sebuah gua laut yang cukup tersembunyi.
Belut macan tutul itu akhirnya menunjukkan wujud manusia setengah binatangnya. Dan masih merupakan pria tampan berambut putih panjang. Dia juga punya otot perut juga.
"Betina yang sangat cantik! Kamu adalah milikku sekarang," kata Tian Zhe seraya memeluk Mu Lingyao yang tampak kecil di pelukannya.
Mu Lingyao sedikit tidak nyaman. Ia mendorong pria setengah belut macan tutul itu.
"Lepaskan aku!"
Tapi bagi Tian Zhe, gerakan Mu Lingyao seperti sedang mengajaknya berkenalan.
"Namaku Tian Zhe. Betina, siapa namamu dan dari ras mana kamu?" tanyanya. "Aku dengar duyung ikan biru itu memanggilmu, Yaoyao."
Mu Lingyao hanya ingin melepaskan diri. Ia benar-benar tidak terbiasa dengan kedekatan Tian Zhe.
"Aku—"
Tiba-tiba saja perutnya berbunyi. Baik Tian Zhe mau pun Mu Lingyao terdiam sejenak. Sebelum akhirnya Mu Lingyao merasa malu. Dia lapar. Padahal belum lama berenang, bukan?
Tian Zhe mengambil anak gurita yang menempel di punggung Mu Lingyao. Ia akhirnya membebaskan Mu Lingyao dari pelukannya.
"Bagaimana jika makan daging monster gurita?" tanyanya.
"Aku tidak bisa memakan monster. Itu beracun."
Untuk sejenak, Mu Lingyao mengurungkan niat untuk berteriak meminta tolong. Perutnya yang keroncongan membuatnya kehilangan tenaga untuk bergerak.
"Jangan bunuh anak gurita itu! Berikan padaku." Mu Lingyao langsung mengambil anak gurita dari tangan Tian Zhe. Lalu memperhatikan gua. "Bagaimana begitu terang di sini? Bukankah tidak ada lampu?" tanyanya.
Tian Zhe melihat Mu Lingyao mulai tertarik, akhirnya memperkenalkan rumahnya.
"Ini rumahku. Apakah kamu suka? Lampu yang kamu maksud adalah mutiara kerang yang bisa bersinar di malam hari atau di tempat yang gelap."
Ia mengambil salah satu mutiara kerang seukuran kemiri dari sudut yang tidak diketahui. Lagi pula, dia punya banyak.
"Lihat, indah bukan?" tanyanya.
"Indah, indah. Tapi tetap saja tidak bisa dimakan," jawab Mu Lingyao yang awalnya antuasias menjadi lesu.
"... Apa yang ingin kamu makan?"
Mu Lingyao melihat Tian Zhe dan ekor belutnya yang sangat mirip dengan macan tutul. Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya bicara.
"Apakah belut laut bisa dimakan?"
"Bis—hah? Apa?" Tian Zhe tertegun sejenak. "Makan belut?"
"Ya. Aku ingat jika ada belut laut yang bisa dimakan. Sayangnya aku belum pernah mencobanya saat berada di tempatku dulu." Mu Lingyao menyipitkan mata setelah memikirkannya. "Kenapa aku dulu tidak mencobanya? Rasanya mungkin tidak seburuk yang kupikirkan," gumamnya.
"..." Apakah betina ini sedang menakut-nakuti ku? Pikir Tian Zhe.
Tetapi melihat Mu Lingyao yang serius memperhatikan tubuh bawahnya yang berwujud belut, ia sedikit merinding.
"Betina, apakah kamu makan ikan?"
"Tentu saja. Bukankah kamu juga makan ikan?"
Kenapa pria itu bertanya jika sudah tahu jawabannya?
Mu Lingyao yang lapar tidak tahu harus makan apa. Ia akhirnya melihat seekor belut laut yang melintas di depan mulut gua.
"Bisakah itu dimakan?" tanyanya.
Tian Zhe melihat ke arah yang dimaksud, mau tidak mau sudut bibirnya berkedut.
"... Tidak. Itu duyung belut laut, bawahanku," jawabnya datar.
Seekor belut yang awalnya berenang di sekitar gua untuk berpatroli, tiba-tiba saja ketakutan dengan tatapan Mu Lingyao. Lalu melarikan diri setelah meminta izin pada Tian Zhe.
"..." Tian Zhe merasa jika harga dirinya sebagai seekor belut macan tutul hilang hari ini.
Siapa yang dia tangkap saat ini?
Bukankah hanya betina biasa?
Tapi kenapa dia merasa jika Mu Lingyao sedikit merepotkan untuk dibesarkan?
Terutama karena Mu Lingyao menatapnya seolah-olah melihat seonggok daging untuk dimakan hidup-hidup!
Perut Mu Lingyao kembali berbunyi. Dia sangat lapar. Tampaknya berenang di lautan menghabiskan banyak tenaga.
Dan saat ini, Tian Zhe yang awalnya sangat bersemangat karena menculik Mu Lingyao dan menjadikannya betinanya sendiri—sekarang panik.
"Betina, kamu jelas tidak berbahaya. Tapi kenapa aku merasa kamu tidak bisa diganggu. Siapa kamu sebenarnya?"
Tian Zhe sangat penasaran.
Apakah dia telah menyentuh tabu?
Di saat ia sedang memikirkannya, terjadi keributan di luar gua.
Banyak ikan-ikan yang berada di sekitar wilayah duyung belut macan tutul berenang menjauh dari tempat tersebut.
Dibarengi dengan suara gemuruh yang menggema dari kejauhan, tercipta gelombang air yang cukup kuat.
Tian Zhe langsung waspada. Ekspresinya berubah dari bingung menjadi takut.
"Bagaimana seekor naga datang ke tempat ini?" tanyanya.
Mu Lingyao juga mendengar suara raungan yang menggema di luar sana. "Naga? Ada naga di laut?" tanyanya penasaran.
"Betina, jangan bicara keras-keras. Jika tidak, naga itu akan datang untuk memakan kita."
"Tapi ... Suaranya terdengar mendekat ke arah sini," kata wanita muda itu.
"Naga laut pasti hanya lewat. Jangan khawatir dan diamlah." Tian Zhe mengisyaratkan diam untuk Mu Lingyao.
Untuk waktu yang lama, suara raungan makhluk besar di luar gua menghilang. Tian Zhe menghela napas. Ia pikir semuanya sudah selesai.
Tetapi ketika ia melihat kepala besar berkumis yang menatapnya dari luar gua, membuat Tian Zhe berteriak kaget.
"Arghhh!! Dia datang! Dia datang! Betina, dia datang untuk memakan kita!" teriaknya secara tidak langsung bersembunyi di belakang Mu Lingyao.
Bahkan ia tidak peduli dengan anak monster gurita yang menempel di kepalanya.
Bagaimana bisa naga biru dari wilayah selatan itu datang ke Utara seperti ini?
Apakah sudah waktunya bagi klan naga untuk musim kawin?
Di luar gua, seekor naga biru raksasa menatap ke dalam dengan mata menyipit. Surai di sekitar kepalanya terlihat indah. Naga itu juga memiliki empat kaki di tubuh panjangnya yang bersisik bersih.
Berbeda dengan ketakutan Tian Zhe, Mu Lingyao justru penasaran. Ia akui memang pertama kali dalam hidupnya melihat seekor naga.
Tetapi saat ini, ia sedang lapar. Keindahan di depannya bukanlah apa-apa dibandingkan makanan yang bisa mengisi perutnya.
"Bisakah naga dimakan?" tanyanya.
Awalnya Tian Zhe terdiam. Tetapi setelah mencerna apa yang ditanyakan Mu Lingyao, ia diam-diam marah.
"Betina, jangan gila! Makan naga? Apakah kamu dewa?!"
"... Jadi hanya dewa yang bisa makan naga." Mu Lingyao mengangguk ringan.
"..."
Bersumpah demi Dewa Laut, bukan itu yang dia maksud!
Apakah betina ini bodoh atau pura-pura tidak tahu?
Siapa yang berani makan naga?!
Tetapi Tian Zhe tidak ingin mengobrol dengan Mu Lingyao tentang naga yang bisa dimakan atau tidak. Tapi kenapa naga itu datang ke sini?
Ia bahkan tidak punya dendam atau utang apa pun. Sepertinya ia juga tidak pernah meminjam sejumlah perak dan emas.
"Belut macan tutul, kembalikan Yaoyao padaku! Beraninya kamu mengambil wanita milik kaisar ini!" Suara naga biru itu sangat dingin dan penuh ancaman.
Tian Zhe sangat ketakutan. Ia semakin menyusut di belakang Mu Lingyao yang berdiri santai.
"Betina ... Betina. Apa hubunganmu dengan naga itu? Mungkinkah kamu berselingkuh dengan duyung ikan biru dan meninggalkan pasangan mu?" tanyanya agak gemetar.
"Hah? Tentu saja tidak."
Logika Mu Lingyao berjalan saat ini. Mulut gua lebih kecil daripada kepala naga. Jadi tidak mungkin naga itu memaksakan diri untuk masuk.
Belum lagi, naga laut pasti menyemburkan air, bukan api.
Namun ia merasa tidak asing dengan suara naga biru itu. Kenapa mirip suara Long Mujue?
semangat Thor up nya 🤗🤗