" Kamu terlalu sibuk dengan urusan dirimu sendiri sampai lupa kalau aku juga butuh kehangatan"
" Tapi wajar saja, kita belum menikah dan kita sedang berusaha untuk kearah sana bukan?"
" Sudahlah nin, ikhlaskan saja berarti kamu bukan yang terbaik untuk dia hehe dan ternyata aku yang menang bukan?"
Yah terkadang hidup sulit dimengerti, tapi sakit yang datang bukan berarti akhir dari kehidupan bukan?
Terkadang sakit yang hadir justru mereka sedang membersihkan jalan kehidupan kita dari hasil yang buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
" Kamu ngomong gitu karena kamu engga ngerasain jadi aku" Amel kini mencoba untuk mengeluarkan suaranya dengan perasaannya selama ini.
Nindy tersenyum simpul mendengar ucapan sang adik yang kini terlihat mulai nyaman untuk menceritakan tentang perasaannya.
Sedangkan disudut sana Nathan masih mendengarkan dengan baik percakapan dua adik kakak yang kini sedang mencoba mencari pembenaran atas perasaannya masing-masing, Nindy mencairkan suasana untuk terus memancing sang adik untuk bisa terbuka agar tidak ada emosi yang membuat suasana panas bahkan bisa menjadi lebih buruk dengan adanya kekerasan.
" Perasaan yang seperti apa? Coba jelaskan agar aku mengetahui apa yang membuat kamu merasa iri, bahkan sampai-sampai aku tidak peka atas perasaan yang kamu rasakan selama ini adikku?" Nindy mencoba memancing Kemabli dan sepertinya kali ini berhasil.
" Kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan Nindy, bahkan kamu selalu didukung oleh kak Jo bahkan papa. Kamu juga bekerja dikantor dengan banyak prestasi sampai-sampai papa dan kak Jo selalu membanggakan kamu tanpa memikirkan perasaanku, kamu bisa memberikan cafe kepada Revano dan sekarang kamu diperlakukan seperti ratu oleh kekasihmu bahkan aku melihatnya beberapa waktu lalu saat kita bertemu makan malam" Amel tanpa menyadari kini dirinya menceritakan tentang perasaannya.
" Bahkan Revano memarahiku karena saat kita bertemu aku masih memancing emosi kamu dengan memperlihatkan keromantisan aku dengan Revano, bukankah itu hal yang wajar sebagai sepasang kekasih? tapi kenapa aku harus meminta maaf padamu?" nafasnya kini sedikit memburu terlihat dengan naik turunnya dada Amel yang mulai tidak beraturan.
" Apakah sudah boleh aku jawab?" Nindy meminta izin dengan baik untuk memberikan respon atas ucapan Amel, inilah salah satu kelebihan Nindy tetap mengetahui etika dimanapun dan dengan siapapun dia berbicara.
Amel mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Nindy, sepertinya untuk saat ini ungkapannya cukup membuat perasaannya sedikit lega meskipun banyak sekali asumsi yang kini sedang menari diatas kepalanya tentang jawaban apa yang akan Nindy keluarkan.
" Amel sepertinya kamu lupa, boleh aku bertanya sejak kapan kamu mengetahui jika papa kandungmu adalah om Dandy?" Nindy kini melemparkan pertanyaan yang tidak terduga membuat Amel kaget.
" M..mm..se..sejak papa dan mama bertengkar dan papa tidak sengaja menceritakan tentang kejadian lalu yang akhirnya aku dihadir" kini Amel berubah menjadi lirih menahan tangisnya, membayangkan saat Ibra datang kerumahnya dan bertengkar dengan Clara yang berakhir dengan kesepakatan untuk berpisah.
" Aku tau ini berat, tapi apakah sejak kecil saat kamu belum mengetahui jika papa bukan orangtua kandungmu kamu pernah merasa kekurangan? Aku rasa baik papa, kak Jo bahkan aku tidak pernah memberikan sikap buruk kepadamu bukan? Kami selalu berusaha memberikan kasih sayang utuh kepadamu tanpa kamu tahu perasaan sakit yang kami rasakan bukan?" ucap Nindy dengan tenang bahkan ada senyuman tipis dibibirnya.
" Setiap anak yang mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya saja terkadang mereka ada sisi perasaan tidak adil, coba kamu bayangkan saat usiaku masih kecil aku diabaikan oleh ibu kandungnya karena dia berselingkuh dengan kakak iparnya sendiri. Lalu melihat langsung pertengkaran yang terjadi dari kedua keluarga yang terlibat, dan diabaikan sampai besar bahkan selalu dipaksa untuk menuruti keinginan sang ibu hanya demi membahagiakan sang adik atas dasar kasihan karena dia lahir tas kesalahannya sendiri" Nindy kini berubah, tenggorokannya seperti tercekat yang menghasilkan suaranya menjadi parau.
" Bayangkan, anak kecil yang harus tumbuh dengan ikut mempertanggungjawabkan suatu kesalahan yang tidak dia lakukan Amel bagaiman perasaannya jika kamu berada diposisi itu? Aku harus ikut menanggung perasaan bersalah yang ibu kandungnya lakukan dengan mengorbankan perasaanku sejak kecil bahkan sampai saat ini lucu bukan jika kita beradu nasib saat ini?" Nindy tersenyum menatap Amel namun suaranya tidak bisa berbohong jika dirinya sedang menahan tangis.
Amel menatap wajah Nindy dilihatnya kedua bola mata Nindy yang kosong, terlintas ada kepedihan yang dia simpan didalam sana.
" Amel aku rasa penjelasan yang baru saja itu sudah menjawab semua pernyataan kamu karena itu adalah sumbernya, aahh untuk setiap pencapaian yang aku dapatkan kuncinya hanya satu fokus pada rencana yang kamu buat dan menjaga apa yang saat ini kamu punya" Nindy kembali bersuara.
" Amel kita sudah sama-sama dewasa bukan, kita sudah tahu mana yang baik dan buruk kita memiliki kemampuan diri yang berbeda dengan cara yang berbeda juga jadi mari kita fokus untuk mengembangkan potensi diri dari pada kita menghabiskan waktu untuk menghancurkan kemampuan orang lain karena itu hanya sia-sia" Nindy mulai menaikkan nada bicaranya kembali tersadar.
Nindy terdiam menurunkan nada bicaranya dan mengatur Kemabli emosi yang kini mulai naik, ia tidak ingin Amel merasa sedang disalahkan karena itu hanya akan membuat suasana menjadi kacau.
" Amel, kita sudah sama-sama memiliki pasangan jadi mari kita fokus pada pasangan kita masing-masing menciptakan kebahagiaan tanpa harus melibatkan pihak luar itu lebih baik" ucapan Nindy membuat Amel kini lebih sadar.
" Aku...aku tidak tahu apakah Vano masih mau memaafkan aku saat ini?" Amel semakin takut kehilangan sang kekasih apalagi setelah mendengar penjelasan dari Nindy.
" Berusaha dan berubahlah pasti Vano tidak akan meninggalkanmu dengan begitu mudahnya, aku rasa kamu lebih mengetahui apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara meyakinkan Revano bukan?" Nindy memberikan kepercayaan kepada Amel dengan caranya sendiri.
Amel menatap Nindy kini tatapannya lebih teduh, sejak tadi sepertinya Nindy tidak pernah menyalahkan dirinya itu membuat Amel semakin luluh.
" Soal cafe bekerjalah dengan baik buktikan potensi diri Revano bantulah dia dalam pekerjaannya, aku yakin jika ada perubahan itu papa ataupun kak Jo akan memikirkan kembali posisi Revano percayalah atas setiap usaha yang kalian lakukan" kini Nindy lebih berani dengan menggenggam tangan Amel yang terasa cukup dingin.
Kedua wanita berbeda usia kini saling menatap teduh, apakah seperti ini obrolan orang dewasa yang tidak mengedepankan emosi dan ego? Ahh indah sekali.
" Kamu perempuan hebat amel sekarang kamu sudah mendapatkan apapun yang kamu inginkan, tugasmu tinggal fokus dan menjaganya dengan sepenuh hati hmm" Nindy mengusap Surai hitam milik sang adik.
Membawa tubuh Amel kedalam pelukannya membuat suasana kini berubah menjadi sendu, terdengar suara tangisan dari mulut Amel yang sepertinya sejak tadi sudah tertahan.
" Gapapa dek, menangis bukan berarti kamu lemah. Menangis adalah bentuk Ekspresi diri yang harus kita hargai kehadirannya dan tentu saja membuat diri lebih tenang bukan?" Nindy tidak melanjutkan ucapannya, kini tangannya lebih memilih untuk mengelus punggung sang adik yang sejak tadi bergetar kini berubah lebih tenang.
" Maafkan aku kak" hanya kalimat itu yang kini keluar dari mulut Amel.
" Dek, salah paham itu wajar kok yang penting kita bisa saling jujur dan saling memahami bukan menghakimi. Sekarang kita fokus pada tujuan hidup dan rencana-rencana yang sudah menunggu untuk kita wujudkan yaa, kita saudara mari saling merangkul bukan memukul mau?" Nindy menghapus jejak air mata di pipi sang adik, bagaimanapun keadaannya Amel adalah adik kecilnya yang memiliki sisi manjanya.
" Hmm aku menyayangimu kak" Amel memeluk sang kakak yang dulu ia benci kini berubah menjadi ia sayangi.
Kini Nindy dan Amel saling berpelukan menyalurkan rasa sayang yang selama ini hilang, membuka lembaran baru dalam proses perjalanan kehidupan mereka.
Simpanlah maafmu sebagai pengingat kelak ketika kamu akan melakukan kesalahan, biarkan maafmu yang mengingatkan agar kesalahan tidak kembali dilakukan.
apa bedanya, kk Din??
wkwkwk
kl mo marah hrs direncanakan,
disusun yg rapi..
kyk jdwl mata pelajaran..
hihiiiii
hajar,Jo!!!
emg kk Dinar tau gmn
pergerakan buaYa.....??
wkwkwk
gk niat..
atau....
blm mau???
wkwkwk
Abg Nindy namanya jonathan?
calon Nindy namanya Nathan kan??
jantung yg bergoyang???
wkwkwk