Kekecewaanya terhadap sang Ayah membuat Azzura menerima dengan lapang ketika sang ayah akan memasukannya ke sebuah pesantren.
Ingin menolak namun hatinya terlalu lelah dengan keadaan.
Satu hal yang ia harapkan bahwa langkahnya menerima keputusan sang ayah hanya agar sang bunda kelak akan bahagia dan tak mendapat siksaan atas semua dosa-dosa nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
empat
Kekecewaannya kepada semua orang terasa semakin besar.
Rasanya langkah yang harus ia tempuh semakin berat.
Raga dan bathin nya begitu lelah,ingin sekali ia menyerah.
Sosok ayah yang ia harap menjadi pelindungnya,namun tak ubahnya seperti orang lain.
Ingin rasanya seperti orang lain yang bisa bermanja.
berbagi keluh kesah dengan sang ayah.
Sakit....
kecewa...
lelah....
Rasanya sudah melekat pada dirinya.
Mengeluh pun percuma tak akan ada yang peduli.
Lelah menangis,zura langsung berdiri.
tanpa berganti baju,zura langsung mengambil jaket,dompet serta kunci motornya.
Ia ingin pergi menenangkan pikiranya.
keadaan masih sangat panah.
zura takut jika ia masih di rumah tidak bisa mengontrol emosinya jika kembali berdebat dengan sang ayah.
Zura membuka pintu kamarnya,kakinya terus melangkah meninggalkan kamarnya.
Namun langkahnya terhenti saat berada di depan sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka.
Terdengar suara perdebatan yang ia yakini adalah ibu dan ayah nya.
"Mas kamu udah keterlaluan sama zura. " ucap ibu
"Keterlaluan bagaimana maksud kamu ? sikap ku sudah sewajarnya terhadap zura.
Dan harus kamu fahami,sikap azzura yang sudah keterlaluan " jawab ayah marah
"Tapi tidak seharusnya sikap mas seperti itu,kenapa mas tidak mendengar dulu penjelasan zura. "
"Apa yang harus di jelaskan lagi hah ? Semuanya sudah jelas,apa yang di bilang cindy dan temannya itu sudah bisa di pastikan Azzura lah yang salah karena ingin mencelakai cindy. "
"Tapi mas,aku yakin kalau zura gak salah. Aku yakin semua ini salah faham "
"Salah faham ? Kamu bilang salah faham ? Tapi menurutku ini bukan salah faham. Sudahlah bu,zura itu anakku jadi aku tahu bagaimana sifatnya "
"Mas salah...aku yang lebih faham sifat zura.Walaupun aku bukan ibu yang melahirkannya,tapi aku sangat menyayanginya dan memahaminya. Meskipun zura tidak menginginkanku menjadi ibunya tapi aku selalu memperhatikanya. Aku sangat..sangat..menyayangi zura,hanya zura yang aku punya mas. Walaupun aku bukan ibu kandungnya,tapi bagiku hanya zura anakku satu-satunya..hiks..."
Ibu zura menangis pilu saat mengingat perjuangan hidupnya.
"Mas tahu sendiri aku gak akan pernah bisa mempunyai anak sampai kapanpun,maka dari itu aku tidak ingin kehilangan zura. Walaupun saat ini zura membenciku,tapi setidaknya aku bisa dekat dengannya,melihatnya itu sudah cukup mas. Aku..aku..sangat menyayanginya melebihi diriku sendiri "
Deg
Dada zura seperti terkena hantaman batu besar kala mendengar kenyataan yang selama ini ia tak tahu.
Ibu tiri yang selalu ia benci ternyata begitu menyayanginya.
Ibu tiri yang sejak kecil merawatnya ternyata selalu memperhatikannya.
Selalu bersikap baik walaupun ia selalu bersikap buruk terhadapnya.
Dan satu lagi,kenyataan bahwa sang ibu tiri tak akan pernah bisa mempunyai anak.
Sempat ia berfikir bahwa sang ibu tiri menikahi ayahnya karena ingin menguasi harta ayahnya,serta membuang dirinya.
Namun kenyataannya sang ibu tiri begitu menyayanginya.
Dadanya terasa sesak,rasa bersalah begitu memenuhi pikirannya.
menyesal karena terlalu egois,tapi semua telah terlambat.
Tak ingin orangtuanya mengetahui dirinya mendengar perdebatan mereka, zura buru-buru meninggalkan rumah.
zura mengendarai motornya cukup kencang,pikirannya kembali kacau.
sesekali ia menyeka air matanya.
30menit kemudian ia tiba di sebuah pemakaman di tengah kota.
Langkahnya terseok mendekati sebuah makam dengan nisan bertuliskan nama sang bunda.
Bruk
Zura terduduk di tanah,lututnya serasa tak bertulang.
"bunda.."lirihnya
Tangisnya kembali pecah,terdengar pilu menyayat hati.
Setelah puas menangis,zura mengadahkan tanganya..mulutnya sibuk bergumam mendo'akan sang bunda.
"Bunda,maafin zura karena udah buat bunda kecewa. Zura kangen bunda,kapan bunda datang lagi ke mimpi zura ? Zura ingin dipeluk bunda. "
"Bunda tau tidak semua orang menyalahkan zura,tak ada yang mempercayai zura . Zura sendiri bun,rasanya zura ingij menyerah menyusul bunda disana. Tapi zura takut bunda marah sama zura. Hanya pada bunda zura bisa mencurahkan semua keluh kesah,zura kesepian bun hiks..."
"kenapa harus orang lain yang mempercayai zura,kenapa ayah tidak mempercayai zura yang bahkan darahdaging nya sendiri. Kenapa hanya ibu dan naufal yang lebih percaya. " Zura tersenyum miris
" Ayah lebih percaya gadi iblis itu bun,,ffiiuuhh " zura membuang nafas kasar.
"Aku juga udah salah menilai ibu bun,ternyata selama ini ibu sangat menyayangi ku. Orang yang selama ini aku benci ternyata begitu menginginkan kehadiranku.
Apa aku sudah terlambat bun ?
Aku menyesal bun,aku ingin memperbaikinya "
"Apa bunda akan marah kalau aku membalas kasih sayang ibu ? Aku yakin bunda tidak akan keberatan,aku percaya bunda orang baik "
"Mungkin kedepannya aku akan jarang datang kesini bun, ayah akan mengirimku ke pondok..dan keputusannya sudah final. Aku tak akan menghindar bun,akan aku jalani semuanya. Aku akan belajar dengan sungguh-sunggu,bukan ingin menunjukan pada ayah. Tapi aku ingin membuat bunda dan ibu bangga "
"Aku yakin pasti bisa,tunggua zura nanti ya bun. Zura ingin bunda tersenyum di sana melihat zura berhasil."
Zura masih setia duduk di tanah dekat makam sang bunda,
Semua ia ceritakan seolah sang bunda ada di dekatnya.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang melihat dan mendengarkan semua curhatannya dari tadi.
jarak yang tidak terlalu jauh dari zura membuat orang tersebut bisa mendengar semua yang zura bicarakan.
Tak terasa hari sudah mulai magrib, zura berdiri membersihkan roknya.
tangannya mengusap nisan sang bunda.
"Zura pulang ya bun,insyaAllah zura akan sempatkan datang kesini lagi " lirihnya.
♧♧ R²_chair ♧♧
semangat yaa untuk update ceritanya ❤️
mampir juga dikaryaku✨