Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Reifan.
Siang ini, Reifan masih berada di ruangannya. Waktu saat ini sudah menunjukan jam sebelas siang. Reifan masih tampak sibuk di depan layar laptopnya.
Tok tok tok...
Ketukan pintu dari luar ruangan Reifan terdengar.
"Masuk!"
Seorang wanita masuk ke dalam ruangan Reifan.
"Pak Reifan, ada yang mencari anda," ucap karyawan wanita itu.
Reifan menatap karyawan wanita itu lekat.
"Siapa?" tanya Reifan.
Sebelum karyawan wanita itu menjawab, Hana sudah muncul dari balik pintu.
"Mas Reifan," ucap Hana yang membuat Reifan terkejut.
Hana buru-buru masuk ke ruangan Reifan dengan membawa rantang yang berisi makanan. Sementara karyawan wanita itu pergi meninggalkan ruangan Reifan.
"Kamu, mau ngapain kamu ke sini?" tanya Reifan dingin.
"Mas, aku bawain makan siang untuk kamu."
"Siapa yang menyuruh kamu repot-repot bawain aku makan siang?"
"Tadi aku main ke rumah mama kamu. Dan kebetulan Mama kamu lagi masak. Dan aku di suruh nganter makan siang ini ke kantor kamu."
"Lain kali, tidak usah repot-repot seperti ini. Aku tidak biasa membawa bekal makan. Karena aku sudah biasa makan di luar," ucap Reifan.
Sejak Amira pergi, Reifan memang lebih banyak makan di luar dari pada di rumah. Biasanya Amira yang selalu memasak untuk makan suaminya. Namun setelah bercerai, Reifan jarang sekali makan di rumah. Karena lidah Reifan tidak cocok dengan masakan pembantu rumahnya. Dia sudah terbiasa makan masakan Amira.
Hana diam. Dia tampak sedikit kecewa karena niat baiknya disambut dingin oleh Reifan.
Beberapa saat kemudian, Aditya masuk ke dalam ruangan Reifan.
"Pak Reifan. Hari ini kita ada jadwal bertemu Pak Bastian di cafe."
"Oh iya. Kita berangkat sekarang."
"Baik Pak."
Reifan mengambil jasnya dan memakainya. Setelah itu dia dan Aditya buru-buru pergi meninggalkan ruangan itu. Sementara Hana, hanya bisa diam menyaksikan kepergian Reifan.
"Aku nggak akan menyerah Mas Reifan. Aku akan berusaha untuk mendapatkan hati kamu. Karena aku sudah jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama," ucap Hana.
Setelah Reifan pergi, Hana kemudian pergi meninggalkan ruangan Reifan dengan membawa rantang itu kembali.
***
Aditya dan Reifan sudah sampai di sebuah cafe tempat di mana mereka membuat janji dengan rekan bisnisnya. Reifan dan Aditya masuk ke dalam cafe itu.
Di sana, sudah ada seorang lelaki setengah abad yang sedang menunggu mereka. Dia adalah Pak Bastian rekan bisnis Reifan.
Reifan dan Aditya bersalaman dengan Pak Bastian.
"Sudah menunggu lama Pak Bastian?" tanya Reifan sembari duduk.
"Baru lima menitan."
Aditya juga mengikuti Reifan duduk.
"Saya sudah pesankan kalian makan," ucap Pak Bastian.
Reifan dan Aditya saling menatap dan tersenyum.
"Oh, terima kasih banyak Pak Bastian," ucap Reifan.
Setelah itu, mereka lekas membahas kerja sama di antara perusahaan mereka sembari makan siang bersama.
Setelah selesai, Pak Bastian menatap Reifan dan Aditya.
"Semoga kita bisa menjalin kerja sama dengan baik ya di masa mendatang," ucap Pak Bastian.
"Terimakasih banyak Pak, atas kerja samanya."
"Iya. Sama-sama Pak Reifan. Kalau begitu, saya permisi dulu ya. Saya masih banyak urusan yang harus saya selesaikan."
"Iya Pak."
Setelah Pak Bastian pergi, Reifan dan Aditya masih duduk di cafe sembari menghabiskan makanannya. Di sela-sela perbincangan mereka, tiba-tiba Reifan teringat dengan Amira.
"Kenapa Pak Reifan? kenapa makanannya nggak dihabiskan?" tanya Aditya.
"Menurut kamu aku harus gimana Dit untuk menghadapi Amira."
"Maksud Pak Reifan apa?"
"Aku punya rencana untuk merujuk Amira. Tapi dia tidak mau karena aku sudah mentalaknya tiga kali. Katanya dia harus menikah dengan lelaki lain dulu kalau mau rujuk sama aku."
"Menurut sepengatahuanku, memang begitu Pak kalau sudah talak tiga. Kalian tidak akan bisa rujuk lagi, kecuali Bu Amira menikah lagi dengan lelaki lain."
"Amira saat ini, sedang tidak dekat dengan lelaki mana pun. Seandainya aku ingin rujuk dengan dia, apa aku harus mencarikan Amira suami?"
Uhuk uhuk uhuk...
Aditya tiba-tiba tersedak saat dia mendengar ucapan Reifan yang ingin mencarikan Amira suami.
"Kenapa Dit?"
"Pak Reifan bilang apa tadi? Pak Reifan mau mencarikan Bu Amira suami?"
"Iya. Dan itu kan untuk sementara. Setelah Amira dan suami barunya cerai, aku bisa menikahi Amira."
"Saya rasa, itu tidak akan semudah kita membalikkan telapak tangan Pak. Bu Amira, mana mungkin setuju dengan ide anda."
"Apa yang tidak bisa saya lakukan Dit. Saya punya banyak uang. Saya bisa membayar seorang lelaki untuk menikahi Amira dan menceraikannya."
Lelaki macam apa sebenernya Pak Reifan ini. Kenapa saya harus punya bos tak berperasaan seperti ini, egois banget dan tidak pernah menghargai perasaan wanita. Dia fikir, Amira itu barang apa, yang bisa di ambil saat dibutuhkan dan di buang saat tidak dibutuhkan. Kasihan Amira, selama ini dia sudah menjadi mainannya Pak Reifan, batin Aditya.
Aditya sejak tadi diam. Fikirannya masih tertuju pada Amira dan Kayla. Sementara Reifan sejak tadi masih membicarakan bagaimana dia mencari cara untuk kembali bersama Amira.
"Aku punya ide Dit," ucap Reifan tiba-tiba.
"Ide apa Pak?"
"Bagaimana kalau kamu saja yang menjadi muhalil untuk Amira."
Aditya terkejut saat mendengar ucapan Reifan.
"Aku rasa cuma kamu lelaki yang cocok menjadi suami Amira. Secara kamu itu kan jomblo. Dan orang tua kamu juga sudah menginginkan kamu menikah. Kenapa kamu tidak nikahi Amira saja."
"Aku? menjadi suami Bu Amira?" ucap Aditya sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Iya Dit. Kalau kamu aku percaya. Karena kamu tidak akan pernah mengkhianatiku," ucap Aditya.
Aditya menghela nafas dalam.
Kenapa semuanya jadi seperti ini. Kenapa tiba-tiba Pak Reifan menunjuku menjadi muhalil. Nggak, aku nggak mau terjebak dalam situasi seperti ini. Aku nggak mau masuk ke dalam masalah Pak Reifan dan Bu Amira.
"Maaf Pak Reifan. Saya sepertinya kurang cocok untuk Bu Amira. Kenapa Pak Reifan tidak cari orang lain saja."
"Ya terus, saya harus cari lelaki seperti apa? bagaimana kalau saya salah memilihkan Amira lelaki. Bagaimana kalau lelaki itu tidak akan melepaskan Amira."
Aditya bingung. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dia ucapkan untuk menolak permintaan Reifan. Aditya sama sekali tidak mau menjadi muhalil untuk Amira. Karena Aditya takut dia tidak akan bisa melepaskan Amira nantinya. Bagaimana seandainya Aditya benar-benar jatuh cinta pada Amira.
"Pak Reifan. Sepertinya kita sudah terlalu lama di sini. Bagaimana kalau kita kembali ke kantor saja. Saya masih punya banyak kerjaan di kantor," ucap Aditya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya. Ayo kita pergi."
Reifan dan Aditya kemudian pergi meninggalkan cafe itu. Setelah itu mereka kembali ke kantor dengan mobilnya.
"Kamu fikirkan lagi Dit, soal tawaranku itu. Bila perlu, aku akan memberikan beberapa persen saham perusahaan untuk kamu kalau aku berhasil rujuk dengan Amira."
Aditya terkejut saat mendengar ucapan Reifan. Begitu cintanya kah Reifan pada Amira, sehingga dia rela menukar hartanya demi kembali rujuk dengan Amira. Tapi bagaimana dengan Aditya. Aditya sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan menikah sekali seumur hidupnya.
Usia Aditya saat ini sudah menginjak tiga puluh tahun. Hanya beda beberapa tahun saja dengan Reifan. Namun sampai saat ini, dia belum menikah karena Aditya masih mencari wanita yang cocok untuk dia jadikan istri. Aditya tidak mau salah memilih istri. Karena dalam kamus hidupnya, Aditya hanya akan menikah sekali seumur hidup. Jadi dia akan benar-benar memilih wanita yang akan dia nikahi. Jika dia benar-benar menikah dengan Amira? itu akan bertolak belakang dengan prinsip hidupnya saat ini.