Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
Alena sudah pergi, tinggallah Amara sendiri di mansion ini. Sean juga sudah berangkat ke kantor pagi ini.
Amara merasa bosan sendirian, gadis ini memutuskan untuk keluar melihat-lihat keadaan mansion.
"Aku merasa bosan," ucap Amara. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Pergi berbelanja saja nona," jawab pak Pet membuat Amara terkejut.
"Pak Pet, astaga. Membuat ku terkejut saja!"
Pak Pet hanya tersenyum tipis.
"Jika nona ingin pergi ke mall atau kemana pun, Daren siap mengantar!" Ujar pak Pet memberitahu.
"Siapa Daren?" Tanya Amara tidak kenal.
"Dia salah satu anak buah tuan Sean. Pergilah jika nona bosan!"
"Nanti tuan mu marah," ucap Amara.
"Tidak akan!" Jawab pak Pet. "Nyonya Alena saja pergi setiap kali tuan pergi. Jadi, tidak masalah jika nona pergi untuk sekedar menghibur diri."
"Aku belum pernah pergi ke mall. Pak Pet, serius aku boleh pergi ke sana?" Tanya Amara dengan polosnya.
"Iya nona. Pergilah....!"
Amara bergegas kembali ke kamar untuk sekedar berganti pakaian. Gadis ini pun kemudian pergi di antar oleh Daren.
"Percuma saja punya rumah mewah tapi, di tengah hutan!" Ucap Amara yang merasa heran.
"Hutan penuh kedamaian," sahut Daren. "Hutan ini di buat sendiri oleh tuan Sean berserta anak buahnya."
"Apa pekerjaan tuan mu itu?" Tanya Amara penasaran.
"Tuan Sean memiliki perusahaan yang bergerak di bidang properti, produksi, dan masih banyak lagi salah satunya sorum-sorum kendaraan mewah."
"Sekaya itu masih suka bermain judi. Dasar kurang kerjaan!"
"Tuan Sean juga memiliki rumah sakit pribadi. Pasti kau tidak tahu!" Sahut Daren.
"Wah, apa dia seorang Dokter?" Tanya Amara kagum.
"Dia ahlinya dalam urusan bedah membedah!" Jawab Daren. "Sudah sampai, turunlah nona. Aku akan menunggu di parkiran!"
"Panggil aku Amara, kau jauh lebih tua dari ku, tuan Daren!"
Daren tidak menanggapi, pria ini keluar dari dalam mobil untuk membukakan pintu untuk Amara.
"Selamat bersenang-senang," ucap Daren.
Amara hanya mengangguk, gadis ini pun masuk ke dalam tempat yang seumur hidupnya belum pernah ia masuki.
"Tempat orang kaya berkumpul," ucap Amara.
Gadis ini pun sibuk berkeliling, melihat ini dan itu. Satu tempat yang menjadi pusat perhatian Amara, wahana permainan yang menarik hatinya.
Satu permainan di cobanya, melempar bola basket. Seperti anak kecil, Amara tidak malu bermain sendirian.
Pindah lagi ke permainan yang lain, Amara begitu menikmati waktunya sekarang.
"Wah, permainan menembak. Jika aku berhasil menembak semua monyet itu, aku akan mendapatkan boneka besar itu. Keren....!"
Mulailah dia bermain, terus menembak satu persatu boneka monyet yang berjarak enam meter tapi, tak satu pun berhasil di tembak Amara.
"Biar aku yang main," ucap Sean yang tiba-tiba muncul.
"Hai, dari mana kau tahu aku di sini?" Tanya Amara yang kaget.
"Pertanyaan mu tidak penting!" Jawab Sean.
"Menyebalkan!" Seru Amara.
"Jika aku berhasil menembak semua monyet kecil itu, apa yang akan kau berikan pada ku?" Tanya Sean.
"Tidak ada!" Jawab Amara singkat.
"Harus ada. Jika aku berhasil menembak, malam ini aku tidur di kamar mu!"
"Mesum! Kau tidak akan bisa!" Cibir Amara.
Sean tersenyum sini lalu pria ini mengambil alat tembak di tangan istrinya.
Dor....dor....dor....
Satu persatu boneka monyet jatuh di tembak Sean dalam waktu tak sampai satu menit.
"Wuuuah,....hebat!" Puji Amara.
"Ambil hadiah mu!" Titah Sean.
"Asyik. Baru sekarang aku punya boneka besar," ucap Amara.
Sean memperhatikan istrinya, pria ini tersenyum tipis melihat tingkah Amara yang seperti anak kecil.
"Siapa yang menyarankan mu pergi ke tempat ini?" Tanya Sean.
"Pak Pet...!" Jawab Amara singkat.
"Aku lapar, ayo pergi....!" Ajak Sean.
"Dasar batu es. Kau merusak kesenangan ku," ucap Amara yang kesal.
Sean tidak peduli, pria ini tak melepaskan genggaman tangan istrinya. Mereka masuk ke dalam outlet yang menjual makanan dari negara K.
"Kau tidak pernah makan makanan seperti ini?" Tanya Sean penasaran.
"Jangankan makan seperti ini. Aku tidak pernah mendapatkan uang jajan, sekali pun dapat dari hasil ku bekerja, pasti di rampas kak Darwin untuk bermain judi."
"Kakak mu sangat jahat!" Seru Sean tak sadar diri.
"Dia hanya kakak tiri ku," ucap Amara memberitahu. Sean pun terkejut, ia tidak tahu jika Darwin adalah kakak tirinya. "Kenapa kau menemani aku? Kenapa tidak bersama istri mu?" Tanya Amara penasaran.
"Kau istri ku juga, wajar jika ku menghabiskan waktu bersama mu!"
"Aku tidak mencintai mu," ucap Amara ketus.
Sean menatap wajah Amara yang begitu acuh padanya.
"Alena tidak ada, mulai sekarang kau satu-satunya istri yang aku miliki sekarang." Ucap Sean.
"Ucap lelaki mata keranjang!" Sahut Amara.
"Bisa-bisanya kau mengatai suami mu mata keranjang. Apa sudah bosan hidup hah?"
"Nyatanya, kau memiliki dua istri. Jika bukan mata keranjang, lalu apa namanya?"
Sean benar-benar geram, pria ini hanya bisa mengalah.
"Belilah beberapa pakaian, beli semua kebutuhan yang kau suka. Aku tidak tahu selera mu."
"Nanti uang mu habis," ujar Amara.
"Kau meremehkan aku?"
"Tidak. Aku tahu kau orang kaya jadi, aku tidak akan sungkan pada mu!"
"Selain Darwin, apa kau tidak memiliki saudara sekandung?" Tanya Sean penasaran karena pria ini belum sempat menyelidiki latar belakang Amara.
"Aku anak tunggal dari ayah dan ibu ku. Ibu meninggal saat aku lahir. Saat aku berusia satu tahun ayah menikah lagi dengan janda dua anak. Mereka tidak memiliki anak lagi selain kami bertiga." Jelas Amara.
"Jadi, seumur hidup mu belum pernah melihat wajah ibu mu secara langsung?"
"Nanti, setelah aku mati." Jawab Amara. "Aku tidak terlalu memusingkan kehidupan di dunia, aku hanya ingin bertemu dengan ibu ku."
Sean tertegun mendengar cerita istrinya, meskipun dia pria yang keras dan kejam, Sean masih memiliki sifat lembut jika dalam masalah perasaan.
"Sudah selesai makannya?" Tanya Sean terdengar begitu lembut di telinga Amara.
"Hem, sudah. Bayarlah, katanya kaya!"
Sean menghela nafas panjang, kesabarannya benar-benar di uji menghadapi sikap Amara.
Sean mengajak Amara pergi berbelanja semua kebutuhan Amara. Ke sana ke mari sambil membawa boneka besarnya.
Setelah puas berbelanja, Sean mengajak mengajak Amara pulang karena tak terasa hari sudah malam.
Amara yang kelelahan tidur sambil memeluk boneka besarnya. Dua jam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di mansion.
Mobil berhenti, Amara langsung bangun dan keluar begitu saja tanpa menghiraukan Sean. Sean hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Amara.
"Amara, ingat janji mu!" Ucap Sean mengingatkan.
"Terserah kau lah!" Sahut Amara yang benar-benar kelelahan.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak