Penampilanya sedikit gemulai, wajahnya mirip orang Korea tapi sebenarnya dia keturunan Jepang. Jiro Itsuki Takahashi, model rintisan di Korea. Memiliki wajah tampan dan gemulai, dia menikahi gadis Indonesia bernama Namira Isyana Saraswarti. Pernikahan mereka kurang di restui oleh kedua orang tuan Namira yang seorang pengusaha dan pebisnis sukses.
Mereka menginginkan kedua anak perempuannya yang berpendidikan tinggi mendapat suami yang sukses juga seperti keluarganya. Mereka menginginkan menantu yang sesamanya bergerak di bidang bisnis juga agar perusahaan dan bisnisnya bisa mrnjadi besar dan menguasai seluruh Asia.
Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Jiro Itsuki Takahashi itu, mereka meremehkan Jiro yang seorang model yang gemulai. Padahal dia sebenarnya memiliki dunia lain yang sangat kuat dari pekerjaannya sebagai model.
Siapakah Jiro Itsuki itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Telepon Dari Nyonya Isabella
"Jiro Itsuki Takahashi, model asal Korea," ucap Jiro.
Dua orang menemui Jiro itu saling pandang, tidak menyangka produser iklan dan juga bagian pengiklanan kantor mereka mendatangkan model dari Korea untuk mensponsori produk perusahaan.
"Ah, ya kami akan mengantar anda ke studio agar anda bisa di dandani lebih dulu oleh MUAnya," ucap karyawan itu dengan senang.
Jiro tersenyum tipis, tapi dia mengikuti saja apa yang di katakan karyawan itu. Banyak yang mengira memang perusahaan itu mengambil artis Korea untuk jadi bintang iklan produk mereka yang akan di luncurkan. Dan syutingnya berada di kantor perusahaan tersebut.
Karyawan yang membawa Jiro menuju lantai atas sangat senang membawa laki-laki itu, selain wajah Jiro tampan juga sangat ramah menurut dia. Karyawan itu tidak tahu jika Jiro datang untuk bertemu dengan tuan Aleandra, laki-laki super sibuk di perusahaan itu.
Sengaja dia tidak memberitahu niat kedatangannya, karena di sambut oleh karyawan yang mengira dirinyalah yang akan jadi bintang iklan. Jadi dia membiarkan itu terjadi dan mengikuti apa yang di katakan karyawan tersebut.
"Siapa pimpinan perusahaan ini?" tanya Jiro.
"Oh, pimpinannya tuan Aleandra. Beliau sangat hebat dalam memimpin perusahaan, sampai bisa maju dan besar seperti ini. Cabangnya juga banyak, dan yang akan meneruskannya itu nona Rania. Anak pertama tuan Aleandra dan nyonya Isabella," jawab karyawan itu dengan bangganya.
"Hmm, apa mereka hanya memiliki satu anak saja?" tanya Jiro mencoba menyelidiki dari karyawan itu.
"Ada anak keduanya, tapi dia tidak bisa apa-apa. Bersyukur saja bisa kuliah sampai lulus dan bepergian liburan kemana saja di perbolehkan oleh tuan Aleandra. Katanya tidak ingin bekerja di kantor ini, ya karena tidak mampu mengelolanya. Maksudnya karena tidak pandai menjalankan bisnis, hanya modal cantik saja tapi kemampuan dalam berbisnis itu nol," jawabnya lagi sedikit sinis dan merendahkan Namira.
Tentu saja Jiro mendengarkan sedikit kesal dan marah pada karyawan tidak tahu diri itu, mengatakan tidak baik pasa anak bosnya. Apa lagi Namira adalah gadis yang dia sukai sejak pertama kami bertemu.
"Kamu berani sekali mengatakan anak bos seperti itu? Apa kamu tidak takut karir mu akan selesai?" tanya Jiro.
"Tidak, karena tuan Aleandra sendiri tidak membanggakan nona Namira. Banyak di sini para karyawan tidak begitu suka dengannya karena tidak mampu berbisnis, di sini semua karyawan bersaing satu sama lain," ucapnya lagi.
Laki-laki itu hanya tersenyum miring mendengar alasan karyawan itu, benar-benar Namira di rendahkan juga oleh karyawan orang tuanya. Jadi, dia bertekad untuk membuat semua orang mendapatkan apa yang di lakukannya pada Namira. Mungkin secara kasarnya dia ingin membalasnya jika semuanya sudah dia lakukan untuk gadisnya itu.
Lift berhenti di lantai sepuluh, di mana lantai itu memang di khususkan untuk studio syuting bagi bintang iklan yang di kontrak untuk produk mereka.
Jiro keluar dari lift mengikuti langkah karyawan itu pergi. Di gedung itu memang di buat beberapa ruangan khusus beberapa studio iklan dan model dengan tema yang berbeda-beda. Jiro masuk ke ruangan di mana ada beberapa kru, karyawan yang mengantarnya itu mendekati satu orang dan mengenalkan Jiro sebagai model iklan yang akan di buat.
"Lho, bukannya artis dari Korea? Apa tuan Zema mengganti modelnya?" tanya orang itu menatap Jiro dari atas sampai bawah.
"Dia dari Korea mas, namanya Jiro. Dia model yang akan membintangi iklan produk perusahaan ini," jawab karyawan itu.
Laki-laki itu mengerutkan dahinya, serasa ada yang aneh tapi dia akhirnya mengangguk.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Dari namanya sih orang Jepang, kenapa dari Korea?"
"Dia mengaku dari Korea dan model do sana juga kan, sudah mas kerjakan saja model sudah ada itu. Kenapa harus mikir lagi sih," ucapnya.
"Iya, kupikir dia juga oke sih untuk iklan ini. Baiklah, produser dan asisten tidak datang hari ini. Aku sendirian sama kameramen dan penata rias," ucap laki-laki yang ternyata seorang sutradara.
Setelah selesai berbincang, karyawan itu pun pergi. Kini sutradara itu pun mengajak bicara dengan Jiro sebentar lalu mereka pun bersiap melakukan pengambilan scane untuk iklan.
_
Di hotel Namira sedikit gelisah karena ponselnya terus berdering dari mamanya, dia tahu kalau nyonya Isabella meneleponnya untuk kembali. Sedangkan dia sendiri malas untuk kembali di samping takut akan papanya.
Tuuut.
Tiga kali ponsel Namira berbunyi, akhirnya di angkat setelah dua kali dia abaikan. Dengan menarik napas panjang menetralkan hatinya yang gelisah, Namira menjawab sambungan telepon dari nyonya Isabella.
"Halo?"
"Berani sekali kamu mengabaikan telepon mama, Namira! Apa kamu sudah tidak menghormati mamamu ini?!" teriak nyonya Isabella di seberang sana.
"Ada apa mama telepon dengan marah-marah begitu? Apa tidak ada kalimat yang lebih manis selain marah-marah?" Namira balik bertanya.
"Anak kurang ajar! Cepat kamu pulang ke rumah, sebelum papamu menyeretmu pulang!" ucap nyonya Isabella.
"Bukankah aku anak yang tidak di inginkan? Aku merusak pertunanganku sendiri, apa mama dan papa yakin aku di suruh pulang?"
"Jangan membantah Namira, cepat kamu pulang. Atau ..."
"Atau apa? Mang Udin mau menyeretku atas perintah papa?"
"Namira!"
Klik!
Namira kesal sekali dengan ucapan mamanya itu, dia melempar ponselnya di atas kasurnya. Dengan wajah kesal dia melangkah menuju balkon dengan pemandangan gedung-gedung bertingkat. Rasa kesal, marah dan kecewa benar-benar bercampur aduk di hatinya.
"Apa aku ini anak yang bodoh? Sampai papa dan mamaku selalu saja memarahiku, aku yang tidak punya keinginan karena selalu saja di abaikan. Atau jangan-jangan aku ini anak ..."
_
_
*****
bilang aja nikah jgn pake katedral Thor Krn merujuk ke agama katolik dn aturannya kalau mau nikah itu ribetttt butuh waktu berbulan2 Krn wajib ikut kursus utk menikah jd ga mgkn bgt eluarga ga tau 😂😂 mending diganti deh tor mumpung msh blm panjang sayang ceritanya lumayan kesannya jd penyesatan