Cayenne, seorang wanita mandiri yang hidup hanya demi keluarganya mendapatkan tawaran yang mengejutkan dari bosnya.
"Aku ingin kamu menemaniku tidur!"
Stefan, seorang bos dingin yang mengidap insomnia dan hanya bisa tidur nyenyak di dekat Cayenne.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 Aku ingin kamu menemaniku tidur
Cayenne terbangun dengan kepala berdenyut. Ketika penglihatannya menajam, dia terkejut menemukan dirinya dalam pelukan Stefan, di ranjang yang sama.
Dia coba menahan rasa takut, perlahan melepaskan pelukan Stefan dari pinggangnya.
"Tolong jangan biarkan dia terjaga dan berpikir macam-macam. Jangan sampai aku kehilangan pekerjaan ini," doanya sambil perlahan menjauh.
Setelah beberapa kali mencoba, ia mulai menjauh. Sayangnya, ia jatuh dari tepi tempat tidur, syukur ada karpet empuk saat punggungnya mendarat.
‘Syukurlah lantainya empuk,’ pikirnya sambil mengusap tubuhnya, menyelidiki setiap jengkal pakaiannya.
‘Terima kasih, Tuhan, aku pikir kiamatku tiba.’ batinnya, ia berpikir jika semalam telah melakukan sesuatu yang tidak senonoh.
Cayenne menatap atasannya sekali lagi. Setelah yakin Stefan terlelap, ia melarikan diri tanpa suara. Ia ke kamar mandi terdekat, merapikan seragam, dan kembali ke tempat kerja. Masih ada waktu sebelum giliran kerjanya selesai.
Di kamar atas, Stefan tersenyum lebar. Dia hampir tertawa ketika Cayenne jatuh, namun menahan diri agar tidak mempermalukannya.
Ketika Cayenne menyentuh lengannya untuk melepaskan diri, ia sebenarnya terjaga tapi berpura-pura tidur.
"Akhirnya aku menemukan obat insomnia-ku." gumam Stefan sembari meregangkan tubuh.
"Bagaimana caranya agar bisa tidur sebantal dengannya lagi?" Pikirnya.
Keisengannya berubah menjadi penemuan terbaik. Seorang teman untuk tidur tanpa beban. Ia tak takut mati, disergap, atau diracuni. Yang diiginkannya hanya tidur tenang seperti orang lain.
Saat melihat jam di meja yang menunjukkan pukul lima pagi, Stefan tersenyum kecil, "Ada satu jam lagi sebelum dia selesai. Akan kuberikan kejutan."
Stefan mandi cepat dan berpakaian sederhana namun tetap terlihat bermartabat. Setelah memastikan semua beres, dia pun turun ke lantai dasar.
Terlihat Cayenne yang sedang berbicara dengan Manajer Dant, menjelaskan ketidakhadirannya setelah mengantar anggur. Mereka mengira dia membolos.
"Maaf kalau bikin masalah. Tak kusangka bos memintamu tinggal. Tapi, dia tidak melakukan apa apa kan?" tanya Manajer Dant.
Cayenne menggeleng cepat, menandakan semuanya baik-baik saja.
"Kau bisa kembali bekerja. Tenang saja, cuma aku yang tahu di mana kau semalam."
"Terima kasih, Manajer Dan," balasnya, lalu berbalik untuk bekerja, namun takdir berkata lain ketika dia bertemu Stefan melintas di lobi.
Dia menenangkan diri, berpikir Stefan hanya lewat. Tak disangka, Stefan berhenti tepat di depannya.
"Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Cayenne berusaha tenang.
Stefan tak menjawab. Dia meletakkan sesuatu di telapak tangan Cayenne sebelum pergi mengambil kopi. Manajer Dant, dan rekannya, Mona memperhatikan peristiwa itu. Saat Stefan pergi, Cayenne membuka telapak tangannya dan melihat plat nama miliknya.
"Kenapa bos punya tanda namamu?" tanya Mona heran.
"Tadi saya menjatuhkannya dan tidak menemukannya. Saya beri tahu Manajer Dant dan kelihatannya bos menemukannya," ujar Cayenne pelan. Jantungnya masih berdegup kencang. Dia pikir akan tertangkap basah.
"Tidak kusangka plat namaku jatuh di ranjangnya," pikirnya saat memasang plat nama kembali.
Cayenne pulang kerja dengan cepat setelah shift-nya selesai. Terlihat Kyle dan Luiz sedang menyelesaikan persiapan sekolah saat ia tiba di rumah.
"Pagi," sapa Cayenne seraya melepas sepatu.
"Aku sudah masak sarapan. Ingat makan sebelum berangkat kerja," kata Kyle yang sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kakaknya.
"Tentu. Jaga diri kalian. Aku mau tidur sebentar sebelum berangkat kerja," ucap Cayenne menghampiri kamarnya untuk istirahat sebelum kerja lagi di pukul 9 pagi.
Setelah mandi, ia berusaha tidur tapi tetap terjaga. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang bosnya.
"Dia tidak akan memecatku?" pikirnya gelisah.
"Aku butuh pekerjaan ini. Haruskah aku minta maaf? Tapi apakah itu malah membuatnya berpikir aku sengaja?" Dia gelisah, semakin bingung.
Waktu berlalu dan tidurnya tak kunjung tiba. Meski kepalanya pusing, sarapan dan air hangat membantunya merasa lebih baik.
Cayenne bersiap untuk pekerjaan di kafe. Pekerjaan yang menyenangkan dengan pemilik yang baik membuatnya nyaman.
"Itulah tempat kerjanya di siang hari," jelas Chris, sopir dan sekretaris Stefan, menunjuk kafe di mana Cayenne bekerja melayani pelanggan. Meski sibuk, ia tampak ceria.
"Di khir pekan dia punya kerja paruh waktu lain untuk menambah penghasilan." Chris melanjutkan penjelasannya. "Dua adiknya sekolah. Ibunya di rumah sakit karena TBC. Tanpa ayah, Cayenne menopang keluarganya sendirian."
"Baiklah," Stefan mengangguk tersenyum.
"Kita kembali ke perusahaan."
Stefan melanjutkan pekerjaannya, berpikir cara menghadapi Cayenne. Hanya bersamanya bisa membuatnya tidur nyenyak.
Saat hari selesai, Cayenne pulang bersamaan dengan saudara-saudaranya. Mereka tersenyum lebar padanya.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Cayenne.
"Tutup matamu, Kak. Ada kejutan," ujar Kyle. "Satu, dua, tiga, buka."
Cayenne membuka mata dan melihat kertas beasiswa. "Kapan kalian ikut program beasiswa ini?" tanyanya kebingungan.
Kyle tersenyum bangga. "Sudah dari lama. Kami tahu kamu tidak ingin kami kerja, jadi kami cari beasiswa biar bisa bantu sedikit."
Cayenne tersenyum haru, air mata mengalir. "Aku bangga pada kalian. Fokuslah belajar. Terima kasih, ini sangat membantu." Dia memeluk mereka dengan bangga.
Malam itu, Cayenne bekerja dengan senang. Beban biaya sekolah berkurang berkat beasiswa Kyle dan Luiz yang mengurangi biaya bulanan.
"Selamat malam, Manajer Dant," Cayenne menyapa dengan senyum.
"Selamat malam juga, Mona" sapanya kepada resepsionis yang bekerja bersamanya malam itu.
"Kamu terlihat bahagia. Tidurmu nyenyak?" tanya Mona.
"Tidak ada masalah dengan tidurku," jawab Cayenne sambil tersenyum.
Dia melupakan kekhawatirannya sebelumnya. Namun saat kembali bekerja, kegugupannya muncul kembali mengingat bosnya.
Saat Stefan datang dengan kopi, ia tampak biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa malam sebelumnya. Cayenne berharap bisa menghilang sejenak dari hadapannya.
"Semangat bekerja," komentar Stefan sambil menyerahkan kopi kepada Cayenne, membuat mereka sama-sama terkejut dengan perhatian kecil yang tidak bisa itu dari bosnya.
Cayenne mengedipkan mata pada Stefan, namun Stefan hanya membalas dengan senyuman sebelum pergi.
Chris, si serba bisa, juga tersenyum sebelum berlalu. Cayenne tetap di tempatnya dengan wajah bingung. Mona menyikutnya, membawanya kembali ke kenyataan.
"Jujur saja, ada apa antara kamu dan bos?"
"Hah? Ada apa?" Cayenne bingung. Dia tidak paham maksud Mona.
"Dari semua karyawan, hanya kamu yang bisa memilih shiftnya sendiri. Bos sering tersenyum kepadamu, dan sekarang memberikan kopi mahal. Apa sebenarnya hubunganmu dengannya?"
"Tunggu sebentar. Tenanglah." Cayenne meletakkan kopinya dan menatap Mona.
"Mona, aku tidak punya hubungan apa pun dengannya. Aku juga tidak tahu mengapa dia memberiku kopi ini."
"Mungkin dia suka padamu?"
"Ya ampun! Serius? Jangan bercanda. Mana mungkin dia suka aku? Kamu tidak sedang menghayal."
"Kau benar. Dia suka gonta-ganti pasangan. Hati-hati saja, jangan sampai dia mempermainkanmu," Mona menasihati.
"Kamu benar. Dia mungkin mengira aku akan setuju saja. Tapi jangan khawatir, aku sibuk dengan keluargaku dan tidak tertarik dengan hubungan lain." Cayenne berkata tegas.
Reputasi Stefan terkenal di kota; dia bergonta-ganti pacar secepat mengganti baju. Karena itu, Cayenne berhati-hati.
Melihat kopinya lagi, Cayenne ragu apakah dia harus meminumnya atau tidak. Kalau Stefan memintanya membayar, dari mana dia bisa dapat uang sebanyak itu?
Namun akhirnya, dia memutuskan untuk meminumnya. 'Nanti aku akan pikirkan cara membalasnya.'
Stefan merasa sedikit bersalah karena membuatnya mabuk tadi malam, secangkir kopi adalah caranya meminta maaf kepada Cayenne.
"Apakah harus kupanggil dia, Pak?" tanya Chris, paham apa arti Cayenne untuk Stefan.
"Tidak usah. Apa ada jadwal lain malam ini?" tanya Stefan.
"Tidak ada, Pak."
"Baiklah. Kamu bisa pulang. Aku urus sisanya."
"Selamat malam, Pak." Chris pamit. Saat lewat di pos Cayenne, ia tersenyum padanya. Ini bisa jadi awal perkenalan mereka.
Cayenne membalas dengan senyuman kaku, sementara Chris memberikan senyum tulus. Dia bingung kenapa Chris tersenyum padanya.
Menjelang tengah malam, Cayenne sedang istirahat ketika Manajer Dant mencarinya.
"Maaf, Cayenne. Bos ingin bertemu lagi," katanya lembut lalu berbisik, "Kalau dia macam-macam, bilang padaku ya? Sekalipun bos itu idolaku, aku tak segan melawannya kalau dia melanggar hak karyawan."
Cayenne hanya terkekeh. "Terima kasih. Aku akan bilang nanti kalau ada apa-apa."
"Baiklah. Cepat pergi." Manajer Dant mendorongnya.
Cayenne berhenti sejenak sebelum bertanya kepada manajernya yang baik hati, "Apa ada permintaan khusus? Seperti anggur atau makanan?"
"Tidak. Dia hanya ingin bertemu denganmu."
Jantung Cayenne berdegup kencang. 'Tuhan, tolong jangan biarkan dia meminta bayaran kopi itu. Jangan pecat aku, aku butuh pekerjaan ini.'
Dia berdoa sambil menunggu di lift. 'DING!' saat lift berhenti, dia merasa jantungnya ikut berhenti. Dia menekan bel pintu dan menunggu Stefan membukanya. Ketika pintu dibuka, dia terdiam.
"Masuklah." Stefan mengajak masuk dan memintanya duduk.
Cayenne duduk dan memainkan jarinya. Stefan menatapnya, Cayenne semakin gelisah.
"Ada yang ingin Anda katakan, Pak?"
"Ada sesuatu, tentang kemarin malam malam." Ucap Stefan, ia berjalan mondar-mandir membuat jantung Cayenne semakin berdegup kencang.
Tegang, Cayenne memperhatikan Stefan mengambil kertas dari laci. Kesempatan ini dia gunakan untuk berbicara.
"Pak, maaf kalau saya membuat kesalahan. Soal kopi, potong saja dari gaji saya. Tolong jangan pecat saya."
Stefan tertawa kecil dan memberikan sebuah kertas kepadanya, "Aku tidak berniat memecatmu. Aku malah punya tawaran."
Cayenne membaca kertas yang diberikan, membuat ekspresi Cayenne berubah. "Apa maksud Anda, Pak?"
"Aku ingin kamu menemaniku tidur.