Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
“Bwuuung,” keduanya langsung tiba di kantor Shanaz dan “greek,” mereka menarik dua kursi di depan meja Shanaz. Tentu saja Shanaz sangat kaget melihat ada seorang pria berwajah tengkorak dengan mata merah, mengenakan long coat hitam lengkap dengan jas dan sarung tangan hitam nya bersama dengan seorang wanita mengenakan kostum bunny suit dengan mata merah dan masker yang mengerikan mendadak muncul dan duduk di depannya.
“Siapa kalian ? bagaimana cara kalian masuk ke sini,” ujar Shanaz.
“Perkenalkan nama saya Grim dan ini asisten saya Bunny, ini kartu nama saya,” ujar Rei memberikan kartu namanya dengan sopan.
“Plak,” Shanaz menampar tangan Rei sampai kartu namanya jatuh ke lantai, “psssssh,” asap keluar dari kartu nama yang jatuh dan “blugh,” Budi yang berada di bawah meja langsung jatuh pingsan. Shanaz melihat ke bawah kemudian melihat lagi ke arah Rei dan Bianca.
“A...apa mau kalian ?” tanya Shanaz.
Rei tidak menjawab, tangannya masuk ke dalam jasnya dan menarik keluar smartphone nya, dia memperlihatkan permintaan Heru kepada Shanaz yang matanya langsung membulat ketika membaca nya,
“Ka..kalian mau membunuh ku ?” tanya Shanaz ketakutan.
“Oh tidak, kami mau membalaskan dendam pak Heru dan adiknya kepada anda, hmm yah pada akhirnya anda akan mati juga sih hehe,” jawab Rei terkekeh.
“To...tolong, sekuriti....panggil sekuriti,” teriak Shanaz.
“Percuma, saat ini tidak akan ada yang bisa menolong anda, mari kita pergi,” ujar Rei yang lengannya memanjang mencengkram tangan Shanaz. Mendadak Shanaz menjadi kaku dan tidak bisa bergerak, hanya matanya yang bisa melirik ke kanan dan kiri. Rei menoleh melihat Bianca yang membalas Rei dengan mengangguk, kemudian Bianca berdiri dan menghampiri Shanaz, dia mengambil smartphone Shanaz dan jarinya menari nari di atas layar smartphone Shanaz.
Setelah selesai, Bianca menoleh melihat Rei dan mengangguk, kemudian dia memegang pundak Shanaz yang kaku tidak bergerak. “Bwuuung,” Rei dan Bianca menghilang membawa Shanaz pergi bersama mereka dan seorang wanita menggantikan Shanaz duduk di kursi kerjanya dalam keadaan pingsan. “Ugh,” Budi terbangun, dia memegang keningnya dan berusaha bangun, dia menoleh dan melihat Mawar kekasihnya duduk di kursi kerja menggantikan Shanaz.
Budi langsung meraih sisi meja dan menarik tubuhnya berdiri, kemudian “trek,” tangannya menyentuh smartphone, dia menoleh dan melihat video call yang memperlihatkan Shanaz yang terikat di tempat Mawar kekasihnya terikat sebelumnya dan seluruh pria yang menjaganya tergeletak bersimbah darah. Tiba tiba muncul seorang gadis bermasker dan memakai telinga kelinci melambaikan tangan pada nya, “klik,” video call langsung di matikan, Budi tersenyum, dia langsung membuka ikatan mulut kekasihnya dan memeluk nya.
Sementara itu, di gudang tempat Shanaz menyekap Mawar, “plak...plak,” Rei menepuk nepuk pipi Shanaz agar bangun dari pingsannya. Shanaz membuka matanya dan matanya langsung membulat,
“Ugh....ugug.....guh,” ujarnya karena mulutnya di ikat.
Dia memeriksa sekeliling dan mengenali gudang itu karena gudang itu dia gunakan untuk menyekap Mawar, dia juga melihat anak buahnya yang berjumlah lima orang tergeletak bersimbah darah, raut wajahnya langsung ketakutan kemudian menoleh melihat Rei di sebelahnya,
“Guuuh...uguh....huuug,” ujar Shanaz berusaha bicara.
Rei mencabut selotip yang menutup mulut Shanaz dengan kasar, Shanaz menggerakkan mulutnya dan menoleh lagi ke arah Rei,
“Tolong jangan lakukan ini, aku akan bayar berapapun yang kalian minta, aku punya uang, lepaskan aku,” ujar Shanaz.
Rei menoleh melihat Bianca yang mengangkat kedua bahunya, kemudian Rei menatap Shanaz kembali,
“Hmmm memang anda bisa bayar berapa ?” tanya Rei.
“Satu miliar.....tidak...lima miliar, lepaskan aku,” jawab Shanaz.
“Gimana SS ?” tanya Rei di kepalanya.
[Terima saja dulu, toh lumayan buat mengurangi hutang mu.]
“Hmm begitu ya, bisa transfer sekarang uangnya ?” tanya Rei.
“Bisa bisa, mana rekeningnya, saya pinjam telepon untuk menelpon sekertaris saya, tenang saja dana itu dana pribadi bukan perusahaan, rekening saya ada di sekertaris saya,” jawab Shanaz.
“Baiklah, Bunny tolong ya,” ujar Rei.
Bianca mengangguk, kemudian dia maju ke depan dan mengeluarkan smartphone nya, Shanaz memberitahu Bianca nomor telepon sekertarisnya dan menelponnya, kemudian dia meletakkan smartphonenya di telinga Shanaz. Langsung saja Shanaz berbicara kepada sekertarisnya, dia membaca nomor rekening yang tertera di layar smartphone Rei. Setelah selesai, Bianca kembali menutup teleponnya.
“Tunggu ya, dia sedang ke bank di bawah untuk menyelesaikan transaksi nya,” ujar Shanaz.
“Ok ok,” balas Rei.
Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Bianca, isinya adalah bukti transfer ke rekening yang di tuju dari rekening pribadi Shanaz.
[Ok, uangnya sudah masuk, silahkan di teruskan, tapi jangan rusak tubuhnya, langsung ambil jiwa nya dan jangan ambil organnya, aku sudah mentransfer uang sebesar 1 miliar ke rekening Rei.]
“Hmm begitu, ok lah,” balas Rei.
“Sudah kan, tolong lepaskan aku,” ujar Shanaz.
“Baiklah, kita lepaskan dia, silahkan Bunny, langsung saja ambil jiwa nya,” ujar Rei.
“A..apa ? ji..jiwa ? kalian janji akan melepaskan ku,” teriak Shanaz.
“Oh memang benar, kita sudah janji melepaskan anda, hanya saja kita tidak bilang melepaskan tubuh anda atau jiwa anda hehehe,” ujar Rei terkekeh.
“T..tidak...tidak...ja..jangan,”
Bianca mengangkat telapaknya, “soul drain,” “aaaaaaaah,” jiwa Shanaz tertarik keluar dari tubuhnya dan masuk ke dalam telapak Bianca. Tiba tiba tubuh Bianca mengeluarkan sinar terang dan “bwuuung,” sebuah layar hologram terbuka di depannya.
***************************************************
Name : Bianca Ridwansyah (18).
Race : Half Vengeful angel.
Level : 12 (300 / 580)
Power : 2400.
Active skill : *new* Marionette, *new* puppeteer, soul drain.
Passive skill : hyper regeneration, alchemy, *new* shooting mastery.
Weapon : Mystic Syringe (alat suntik besar).
Debt : 7.200.000.000.
Soul partner : Reihan Santosa.
Skill partnership : Telepath, teleport.
Total Debt : 25.900.000.000,-
***************************************************
“Wow...aku naik level,” ujar Bianca sambil melihat kedua tangannya.
[Sekarang keluarkan senjata mu dan tusuk tubuh kosong itu dengan senjata mu, kemudian gunakan skill marionette.]
“Fungsi skill nya apa ?” tanya Bianca.
[Untuk mengubah usia dan menghapus penampilan tubuh tanpa jiwa menjadi seperti manequin, kamu bisa menjadikannya anak kecil atau orang tua, sesuai keinginan mu dan kamu bisa mengontrolnya menggunakan skill puppeteer.]
“Oh trus untuk dia, jadi tua atau muda ?” tanya Bianca.
[Ubah menjadi usia 10 tahun, setelah itu kendalikan agar tubuh itu tidak mati.]
“Tunggu, bukankah Laras berusia 5 tahun ?” tanya Rei di kepalanya.
“Laras ?” tanya Bianca.
[Jangan di buat sama, ketika tubuh tersebut di masuki jiwa wujudnya berubah menjadi wujud jiwa itu sebelumnya, jadi kalau dia di buat lima tahun dan Laila melihatnya, dia akan mengenalinya, paham.]
“Tolong ceritakan pada ku, sebenarnya ada apa,” ujar Bianca.
[Hmm...untuk Bianca kurasa tidak apa apa, ceritakan saja kita menemukan Laras lontang lantung di vila sebagai hantu dan jelaskan saja Laras adalah kembaran ibu mu, jangan pernah ceritakan masa lalu mu kepada semua istri mu, aku bicara ini secara pribadi dengan mu sekarang, Bianca tidak mendengar ucapan kita.]
“Gue mengerti, gue ceritain sebisa gue,” ujar Rei kepada SS secara pribadi.
Rei menceritakan secara singkat kalau dia menemukan seorang anak kecil yang mirip seperti ibunya di vila yang ternyata saudara kembar ibunya yang hilang tanpa menyinggung masa lalu nya. Alasan Rei tidak menceritakannya, dia tidak mau ibunya dan Angel sedih.
“Oh jadi begitu, baiklah, aku akan menutup mulut ku rapat rapat hehe,” ujar Bianca.
“Kok ketawa ?” tanya Rei.
“Aku senang kamu percaya pada ku, paling tidak aku menang dari Irene dan Febi hehe,” ujar Bianca.
“Dasar kamu, ya udah lakukan saja, ubah menjadi usia 10 tahun,” ujar Rei.
“Sriiing,” Bianca mengeluarkan senjatanya yang berupa alat suntik besar, dia mengarahkannya ke perut tubuh Shanaz yang sudah tidak memiliki jiwa. “Crep,” dia memasukkan jarum suntiknya tepat di pusarnya.
“Marrionette,”
Alat suntik besar milik Bianca mengeluarkan cahaya terang dan terisi dengan cairan berwarna kuning, Bianca menekannya dan memasukkan seluruh cairan ke dalam tubuh kosong Shanaz. “Bluk...bluk...krak...krak,” tubuh Shanaz langsung mengeluarkan suara berderak seakan akan tulangnya menyusut dan mengecil, tubuhnya mengembang kemudian mengempis dan setelah itu mengeluarkan uap putih yang menutupi nya.
mampir juga ya kak di cerita akuu