NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Murka

Laras bangun pagi sekali untuk membantu mertuanya membuatkan sarapan. Ketika ibu mertua melihat sang Menantu berjalan agak lain, ia bertanya, “loh …, nak Laras, ‘kok jalannya begitu?”

“Eh, Ibu …, hehe, gak apa-apa, Bu,” jawabnya panik.

Ya ini karena ulah anak ibu lah. Astagah, aku kira jika sudah dua kali dilakukan rasanya sudah tidak sakit lagi. Eh, ternyata …, masih ngilu abis!

“Masih sakit?” Elus Aliando tiba-tiba pada punda istri mungilnya. Berniat untuk menggoda Laras di pagi hari.

“Ih, apaan sih,” ucap Laras begitu malu.

Namun, ibu mertuanya tersenyum melihat ke dua orang tersebut. Ketika ibu mertua menuangkan teh panas ke dalam cangkir, Ali mendekat dan memeluk ibunya dari belakang. “Bu …, makasih, ya, udah jagain Laras.”

“Kenapa berterimakasih, sih? Laras, ‘kan udah jadi anak ibu juga, Al.”

Ketika melihat momen ibu dan anak itu, Laras merasa tersentuh. Tiba-tiba saja ia mengingat orangtuanya di kampung.

Ali yang menyadari ekspresi Laras yang kelihatan sedih menjadi berempati. Mungkin dia kangen sama Ibu dan Bapaknya di kampung. Tapi …, jika aku ajak ke rumah, penyamaran aku kebongkar, dong? Lantas, kalau Laras aku bawa pulang ke rumah orangtuanya, aku khawatir dengan keamanan Laras di sana.

“Laras,” panggil ibu mertuanya.

“Eh, iya, Bu?”

“Biar Ibu dan Ali yang buat sarapan, ya.”

“Loh, ‘kok?”

“Iya, Ras. Kamu mandi aja, biar Mas sama Ibu yang nyiapin, ya?”

Tanpa menunggu persetujuan Laras, Ali segera mendorong lembut tubuh istrinya menuju kamar dan berbisik di depan pintu. “Kamu mandi aja, ya …, Mas tahu, badan kamu pasti terasa lengket.”

Ketika Laras berbalik badan. Ia melihat wajah suaminya kelihatan meledek dirinya. Laras pukul manja dada suaminya. “Ih, keterlaluan, deh.”

“Enak gak?” goda Ali mencuil dagu istrinya.

“Apanya?”

“Empat jam non-stop, enak, ‘kan?”

“Hiiii, Mas bener-bener, ya!” Tabok Laras kencang kemudian mencubit sekitaran tubuh suaminya.

Baskara yang baru saja keluar dari kamar dengan mata panda malah melihat pasutri itu bertingkah manis sekali. “Heh …, nasib jomblo.” Bas menghela napas kemudian menuju ibunya dan meminum air.

“Ya ampun, Bass …, muka kamu kusut begitu, nak.” Sang Ibu mengelus kepala dan memperbaiki rambut kusut putranya.

Mulut polisi muda itu memaju, mencium sebelah pipi ibunya. “Bass juga mau nikah deh, Mih.”

“Heh?”

“Baskara udah gak tahan lihat kebucinan mereka.” Tunjuknya sinis pada ke dua orang di depan pintu kamar sana.

“Mau nikah?” tanya sang Mami serius.

“Iya.” Angguk Baskara tak kalah serius.

“Sama siapa emangnya?”

“Adiknya temen kantor.”

“Siapa?”

“Adik sepupunya ….” Baskara menoleh sekilas pada Ali kemudian membisik ibunya. “Adik sepupunya Prasetyo, Mih.”

Senyum ibunya mengembang, “oh, kalau itu ibu setuju aja. Mereka dari keluarga baik-baik. Tapi, ‘kok, tiba-tiba banget sama dia, Bas?”

“Cinta datang tanpa permisi, Mih.”

Sementara itu, pasutri yang baru dua kali melakukan pertukaran keringat, kegiatan nikmat dua orang yang saling mencintai malah sibuk saling menggoda di sana.

“Jadi, gimana?” tanya Ali.

“Laras kangen Ibu sama Bapak, Mas.”

Sudah Aliando duga sejak tadi. Sekarang, ia bingung harus bagaimana.

“Apa aku panggil aja mereka ke sini?” ide Laras.

“Jangan.”

“Kenapa?”

“Kalau Mas ketahuan?”

Laras menjatuhkan bahunya. “Emang kenapa, sih kalau Mas itu polisi?”

“Mas belum siap aja, sayang.” Elusnya lembut memperbaiki rambut Laras yang terasa begitu halus dan wangi.

“Terus, sampai kapan mau bohongin orangtua aku? Nunggu seperti aku yang tahu dari orang lain, hmm?”

Aliando terdiam. Benar juga, istrinya mengetahui identitasnya dari Baskara. Ia menghela napas panjang.

“Ya sudah, kalau Mas belum mau ngaku.” Laras membuka kenop pintu dan bersiap-siap mandi.

“Tunggu.” Tahan Ali, meraih lengan istrinya. “Bisa mintol?”

“Apa, Mas?”

“Setrikain seragam Mas, ya, hehe. Hari ini ada upacara di kantor. Mau yaaa?” mohon Ali memasang wajah memelas dan itu terlihat sangat lucu dan menawan.

Suami gue ganteng banget astagah!

Namun, Laras cepat-cepat menggeleng. “O … oke!”

Pintu pun tertutup, Aliando masih senyum-senyum sendiri di depan pintu. Ketika Baskara datang berdiri di sampingnya, Ali langsung sok serius.

“Apa, hah?”

“Sejak kapan lo jadi manis begitu? Awas aja kalau mainin Laras, gue bogem lo.” Tunjuk Baskara ke depan muka Ali.

Ali menyingkirkan telunjuk saudara angkatnya. “Sok perduli banget. Aku jadi curiga.” Telisik Ali mendekat. Manik mata mereka bertemu. “Kamu suka sama istri aku, ya?”

Aliando menuduh dan memburu jawaban. Jelas saja ia tidak suka jika ada pria lain yang mencoba mendekati istrinya atau pun ada yang lebih perhatian darinya.

Maka dari itu, Ali berjanji mulai sejak tadi, ia akan memperlakukan Laras seperti tuan putri.

“Emang kenapa kalau suka?” Tantang Baskara menaikkan dagunya. “Istri kamu itu lucu, cantik, gemesin. Siapa sih, yang gak suka, hah?”

Baskara memang suka pada Laras namun hanya sekedar perasaan suka melihat dan mengagumi kecantikan serta keimutannya. Kalau urusan cinta sendiri, Baskara telah menemukan pelabuhannya.

Meskipun tergolong sangat cepat bersandar di tambatan hatinya, yaitu sepupu Prass, Baskara yakin jika wanita itu tepat untuknya menghabiskan sisa hidupnya.

“Kenapa?” tanya Baskara senang menggoda dan melihat wajah kakak angkatnya jadi kesal.

“Laras punya aku. Kalau kamu coba-coba deketin dia, hati-hati aja.” Ali mengepalkan tangannya kemudian di tunjukkan pada Bass. “Kalau kamu mau coba tinjuanku sampai kamu k.o!”

Perginya Ali menyiapkan sarapan membuat Baskara tertawa di tempatnya. Entah mengapa, pelan-pelan, rasa benci Baskara ke Ali perlahan berubah menjadi rasa yang cuma suka mengganggu dan mamba pria itu panas.

“Ternyata …, gak seburuk yang aku sangka. Prass …, omongan lo kayaknya gak ada yang bener, deh,” gumam Bass.

Tanpa Baskara ketahui jika selama ini, otaknya dimanipulasi dengan halus oleh Prasetyo. Begitu pun dengan Ali. Ia selalu mengira jika Prass adalah sahabat terbaik dan dapat ia percaya.

Namun, apa? Prasetyo adalah dalang di balik semua kekacauan yang Baskara alami begitu pun dengan Ali sendiri.

***

“Tidak ada isinya?!” Mata melotot, urat mencuat, tubuh gemetar dan pria bernama Andra itu melampiaskan kekesalannya merusak semua barang yang ada di sana.

Prass duduk dengan tenang memperhatikan pria gila tersebut. Ia menghela napas juga karena apa yang dia cari ternyata tidak ada.

“Wanita kecil itu berbohong.” Dada busung Andra naik turun. “dia …, dia …, bisa-bisanya membohongi aku?!”

Andra berteriak sambil berkeliling melanjutkan aksi todlernya. Karena kepala Prass terasa sakit sekali. Ia berdiri kemudian melemparkan kursinya tadi ke badan kekar Andra.

Brukkk!

“Diam kau, bodoh!” seru Prass.

Naluri Andra yang seperti hewan hendak menerjang Prass namun pria itu sadar kalau Prass adalah bosnya. Sang eksekutor dan orang yang selalu menyediakan apa yang Andra butuhkan.

“Berani kau menatapku, bodoh?” geram Prass mengata-ngatai Andra. “Dasar kau t0l0l. Bagaimana bisa rekamannya kosong? Kau yakin Laras berkata jujur, hah?”

“Aku jelas paham melihat ekspresi wanita yang ketakutan dan itu tergambar di wajah istri kecilnya Ali!” bela Andra, tersudut.

“Tapi kenapa tidak ada, bangsat?!”

“Tidak tahu.”

“Bodoh! Asli bodoh kau!” Tunjuk Prass mengamuk.

Prass berusaha menenangkan diri. Ia tarik napas dan diembuskan dengan perlahan. “Baiklah, karena kau sangat tidak berguna kali ini. Aku yang akan turun tangan.”

1
widya widya
Bagus dan menghibur kok thor.. Fighting
pilips: terimakasih kak
total 1 replies
Anonymous
gak mungkin lah rambut Laras bau besi berkata 😭
Anonymous
masyaallah cita cita yang mulia 😅
pilips: tabarakallah
total 1 replies
Ahmad Dwifebrian
luar biasa
pilips
kasi bingangnya dong kak 🫶🏻
Anonymous
Resiko pekerjaan Jo . Semoga kamu lebih kuat Jo
widya widya
lanjutt Thor.. seru
pilips: up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
pilips
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
pilips: jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
pilips: makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
pilips: novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
pilips: sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!