"Mas, aku hamil." ujar Bella menemui laki-laki berperawakan tampan itu di kantornya. Laki-laki yang malam itu menghabiskan waktu bersama Bella.
"Hamil? yakin itu anak saya?" tanyanya dengan sinis sambil menatap Bella dengan tajam.
"Iya Mas, ini anak kamu." jawab Bella apa adanya.
"Bagaimana bisa saya percaya itu ajak saya, sedangkan di malam itu kamu saja tidak berdarah sama sekali!!" ujarnya tanpa perasaan.
DEG...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
SALAH KAMAR MEMBAWA BAYI
14
Waktu terus berlalu, tidak terasa sekarang sudah 10 tahun Bella dan ke-dua orang-tuanya berada di rumah nenek buyut Bella. Rumah yang sepuluh tahun ini memberikannya banyak kenangan dengan kehadiran jagoan kecil Bella yang kini sudah tumbuh menjadi anak laki-laki tampan yang memiliki bentuk wajah perpaduan antara wajah Bella dan laki-laki yang tak mengakui anaknya itu.
Bintang Ballerino, itu mana yang diberikan Bella kepada anaknya. Nama yang sangat bagus dan memiliki makna yang sangat dalam bagi Bella yang seorang singgle mom. Tidak mudah menjadi seorang Bella yang harus membesarkan anaknya tanpa adanya dukungan dari seorang laki-laki yang bergelar suami, namun semua itu sampai sekarang bisa Bella lewati meski dengan banyak rintangan yang sulit Bella ceritakan.
"Bunda, apa kita tidak bisa tetap disini saja? Lagian aku sudah memiliki banyak teman disini." Bella mengusap lembut rambut putranya sambil menggeleng.
"Maaf Sayang, kita memang harus pergi dari sini karena, kamu tahu sendiri jika bunda punya pekerjaan yang tidak bisa bunda tinggal. Dan rasanya bunda terlalu lelah jika pulang balik dari sini ke tempat kerja bunda. Belum lagi kakek kamu yang harus sekali seminggu pergi ke tokonya. Apa kamu nggak kasihan melihat kakek yang sering kelelahan?" tanya Bella menatap putranya.
"Tapi kan kalau kita pindah otomatis aku tidak akan punya teman Bun? Belum lagi di sekolah baru nanti aku tidak akan mengenal mereka satupun." tanyanya menatap sendu Bella. Bella paham dengan anaknya itu hanya saja semua itu tak semudah yang di pikirkan anaknya.
"Kamu tidak perlu khawatir jika mengenai teman Sayang, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka dan mereka pasti akan mau menjadi teman kamu. Tidak akan ada yang menolak berteman dengan putra, bunda yang tampan ini." Bella menoel dagu putranya.
Putranya ini memang sangat tampan, bahkan saat Bella melahirkan anaknya itu saja sampai kaget dengan ketampanan bayi mungil yang lahir dari rahimnya itu. Tidak menyangka jika dia bisa melahirkan bayi yang begitu tampan bahkan memiliki kulit putih dari kulit Bella.
"Tapi Bun--"
"Kali ini kamu mau ya mengerti dengan keadaan bunda, jika jaraknya tidak jauh mungkin saja kita akan tetap di rumah ini, tapi ini jaraknya lumayan jauh Sayang, dan bunda tidak kuat jika setiap hari harus pulang balik. Karena setelah ini bunda akan kerja setiap hari tidak seperti biasa yang sekali seminggu. Jika nanti kamu rindu dengan rumah ini kita akan datang lagi ke sini dan menghabiskan waktu disini untuk beberapa hari." ujar Bella menatap putranya.
"Emm, baiklah Bun jika memang itu yang terbaik." jawabnya lirih.
"Maafkan bunda, Sayang," ucap Bella memeluk putranya dengan penuh kasih.
Setelah merapikan semua barang-barang yang akan mereka bawa, Bella meletakkan barangnya di teras rumah karena mobil yang di sewa Riyan sudah datang. Kebetulan barang mereka banyak sehingga membuat Riyan menyewa mobil lain karena tidak cukup jika memakai mobilnya saja.
"Ehh, kenapa ini cucu kakek cemberut saja dari tadi?" tanya Riyan kepada cucu tampannya itu.
"Tidak apa-apa Kakek," jawabnya.
"Emm, kakek tahu pasti kamu berat meninggalkan rumah ini dan teman-teman kamu kan?" sontak saja bocah laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa itu hal yang wajar, nanti seiring waktu kamu akan terbiasa di rumah baru kita, dan teman baru kamu. Yakin saja sama kakek nanti kamu akan mendapatkan lebih banyak teman disana. Jadi kamu tidak udah sedih-sedih. Kamu harus berani karena laki-laki itu tidak boleh pemalu seperti perempuan."
"Iya Kakek, aku pasti berani dan aku tidak seperti perempuan!" jawabnya tegas.
"Nah gitu dong, ini baru cucu kakek mamanya." ujar Riyan sambil tertawa.
TBC