NovelToon NovelToon
About Rain And You

About Rain And You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Putri

Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.

Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.

Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?

Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Meskipun Dasha kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk merawat Devan yang masih kecil dan memastikan Nathan tumbuh dengan baik, ia tak pernah melupakan bisnis rotinya yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Bisnis kecil-kecilan yang dimulai dengan semangat dan resep-resep warisan keluarga kini mulai berkembang pesat.

Setiap pagi, setelah memastikan Devan makan dan Nathan siap berangkat sekolah, Dasha menyempatkan diri untuk mengecek pesanan yang masuk. Bisnis rotinya, yang dikenal dengan nama “Dasha's Delight Bakery” dikenal dengan roti-roti segar yang dibuat dengan bahan-bahan alami, bebas pengawet, dan tentunya dengan resep-resep yang penuh cinta.

Pagi itu, Dasha duduk di meja dapur, membuka laptopnya untuk memeriksa email dan catatan pesanan. “Ada pesanan untuk 50 roti untuk acara perusahaan minggu depan,” pikirnya sambil mencatat dalam buku pesanan.

Dasha sadar bahwa untuk menjaga kualitas dan melayani pesanan sebanyak itu, dia membutuhkan bantuan. Beberapa tahun terakhir, ia telah merekrut beberapa karyawan yang sangat berkompeten di dapurnya, termasuk seorang kepala koki yang membantunya mengelola produksi dan memastikan semuanya berjalan lancar.

“Bu Yani, tolong panggilkan Nadia dan Amira, ya. Aku perlu mereka membantu mengatur jadwal produksi minggu depan,” pesan Dasha melalui ponsel. Nadia dan Amira adalah karyawan yang sudah bekerja cukup lama dengannya dan selalu bisa diandalkan.

Sesaat setelah itu, tim produksi datang ke rumah Dasha untuk membahas pesanan yang akan datang. Mereka duduk bersama di ruang makan, berbincang tentang jenis roti yang akan diproduksi, apakah itu roti gandum, roti coklat, atau kue kering untuk acara khusus. Dasha memeriksa bahan-bahan yang ada di dapur untuk memastikan semuanya cukup.

Walaupun bisnis rotinya terus berkembang, Dasha selalu berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Setiap sore, setelah semua urusan bisnis selesai, ia meluangkan waktu untuk Gavin dan anak-anaknya. Mereka sering menikmati waktu bersama, seperti bermain di taman atau sekadar berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati teh dan roti buatan Dasha.

“Sayang, aku bangga dengan kamu. Kamu bisa mengurus semuanya dengan luar biasa,” puji Gavin suatu sore setelah Dasha menyelesaikan pekerjaannya dan duduk bersamanya.

Dasha tersenyum, merasa bahagia mendengar pujian suaminya. “Aku hanya melakukan apa yang aku suka. Tapi ini berkat dukunganmu yang selalu ada untukku.”

Malam harinya, saat Devan tidur dan Nathan sedang belajar, Dasha kembali membuka laptopnya untuk meninjau pemasaran bisnisnya. Ia mulai merencanakan untuk membuka cabang baru di kota lain dan berkolaborasi dengan beberapa kafe yang tertarik menjual produknya. Namun, meskipun ia memiliki ambisi besar untuk bisnisnya, Dasha selalu memastikan bahwa waktu untuk keluarga tetap menjadi prioritas utamanya.

Dasha merasa puas dengan perjalanan bisnisnya yang berhasil tumbuh sambil tetap menjadi istri dan ibu yang penuh perhatian. Keberhasilannya tidak hanya diukur dari seberapa sukses bisnis rotinya, tetapi juga dari kebahagiaan keluarga kecil yang ia rawat dengan penuh cinta dan dedikasi.

.

.

.

.

.

Pagi itu, Gavin mengenakan setelan jas abu-abu yang rapi. Ia mempersiapkan dirinya dengan serius karena hari ini ada pertemuan bisnis penting dengan salah satu pebisnis terkenal di negara ini. Pertemuan ini bertujuan untuk menjajaki kerja sama yang dapat memperluas bisnisnya.

Arthur, sekretaris sekaligus tangan kanan Gavin, sudah menunggu di lobi kantor ketika Gavin tiba. “Pagi, Pak Gavin,” sapa Arthur sambil menyerahkan tablet berisi dokumen dan poin-poin yang akan dibahas dalam pertemuan nanti.

“Pagi, Arthur. Sudah siap untuk hari ini?” tanya Gavin sambil tersenyum, menunjukkan kepercayaan dirinya.

“Tentu saja, Pak. Saya sudah merapikan semua dokumen dan presentasi yang mungkin diperlukan,” jawab Arthur sambil berjalan di samping Gavin menuju ruang meeting.

Sebelum pertemuan dimulai, Gavin dan Arthur duduk di ruang kerja untuk membahas strategi pendekatan. Arthur menunjukkan data yang relevan, seperti laporan keuangan perusahaan lawan bicara mereka, peluang pasar, dan potensi keuntungan yang bisa didapat dari kerja sama ini.

“Poin utama kita adalah menekankan bagaimana kemitraan ini bisa saling menguntungkan. Saya sudah menyiapkan beberapa studi kasus yang bisa kita jadikan contoh,” ujar Arthur sambil menunjuk ke layar presentasi di tablet.

Gavin mengangguk, matanya fokus ke arah data yang ditunjukkan Arthur. “Bagus. Aku akan memulai dengan memperkenalkan visi perusahaan kita, lalu masuk ke detail rencana kerja sama. Pastikan dokumen kontrak juga sudah siap jika mereka meminta draft awal.”

Arthur mengangguk. “Sudah saya siapkan, Pak. Semua ada di folder ini.”

Sekitar pukul 11 siang, pebisnis yang mereka temui tiba. Ia adalah Tuan Haris, seorang pengusaha sukses di bidang properti dan retail, dengan reputasi yang cukup besar. Gavin dan Arthur menyambutnya dengan hangat di ruang rapat utama kantor.

“Senang bisa bertemu dengan Anda, Tuan Haris,” kata Gavin sambil menjabat tangan pria itu.

“Terima kasih atas undangannya, Pak Gavin. Saya mendengar banyak hal baik tentang perusahaan Anda,” balas Tuan Haris dengan senyum ramah.

Pertemuan berlangsung formal tetapi penuh antusiasme. Gavin memulai dengan presentasi tentang visi perusahaan dan bagaimana kerja sama dengan Tuan Haris bisa membuka peluang baru di pasar. Arthur, yang selalu sigap, memberikan dokumen tambahan saat diperlukan, menjawab pertanyaan teknis, dan mencatat poin-poin penting.

Tuan Haris tampak tertarik dengan ide-ide yang disampaikan Gavin. “Saya rasa ini adalah langkah yang sangat baik untuk kedua belah pihak. Saya suka dengan pendekatan anda Pak Gavin,” katanya.

Setelah diskusi panjang, mereka akhirnya mencapai kesepakatan awal. Tuan Haris setuju untuk menjalin kerja sama, dengan syarat beberapa detail harus disempurnakan di tahap berikutnya.

“Terima kasih atas waktu dan kesempatannya, Tuan Haris. Kami akan memastikan semua detail disusun dengan rapi untuk pertemuan berikutnya,” kata Gavin sambil kembali menjabat tangan lawan bicaranya.

“Saya juga berterima kasih, Pak Gavin. Saya melihat masa depan yang cerah untuk kemitraan ini,” balas Tuan Haris.

Setelah pertemuan usai, Gavin dan Arthur kembali ke ruang kerja untuk mendiskusikan hasilnya.

“Bagus sekali, Arthur. Kamu sangat membantu dalam menjaga ritme pertemuan tadi,” puji Gavin.

“Terima kasih, Pak. Tapi ini semua karena kepemimpinan Anda yang kuat,” jawab Arthur dengan rendah hati.

Gavin tersenyum. “Baiklah, mari kita susun rencana selanjutnya. Kita harus memastikan ini berjalan lancar hingga tahap akhir.”

Hari itu menjadi salah satu hari yang produktif dan berpotensi membawa perusahaan Gavin ke level yang lebih tinggi. Dengan bantuan Arthur sebagai orang kepercayaannya, Gavin merasa optimis menghadapi tantangan bisnis di masa depan.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya, Gavin dan Arthur memimpin tim untuk menyiapkan draft proposal kerja sama yang lebih detail. Gavin ingin memastikan semua aspek, mulai dari tujuan kerja sama, pembagian tanggung jawab, hingga proyeksi keuntungan, disusun dengan jelas.

“Arthur, pastikan tim legal meninjau kembali draft kontrak. Aku tidak ingin ada celah yang bisa menyebabkan masalah di kemudian hari,” kata Gavin sambil membaca ulang poin-poin utama.

“Tentu, Pak. Saya juga akan mengoordinasikan tim keuangan untuk membuat analisis risiko tambahan,” jawab Arthur sigap.

Meskipun sibuk, Gavin selalu mengedepankan profesionalisme. Ia memastikan setiap anggota tim memahami visi besar yang ingin dicapai, sambil memberikan ruang untuk masukan.

Di tengah kesibukannya, Gavin menerima pesan dari Dasha di siang hari. "Mas aku ingin mengundang Tuan Haris dan timnya ke rumah untuk makan malam bersama. Aku yakin pertemuan informal seperti ini akan mempererat hubungan kerja kalian."_

Gavin tersenyum membaca pesan itu. Ia tahu Dasha selalu punya cara untuk membuat suasana lebih personal dan akrab. Gavin langsung membalas

"Ide bagus, Sayang. Aku akan sampaikan kepada Tuan Haris."

Dasha segera mengatur segala sesuatunya. Ia menyiapkan menu spesial yang terdiri dari masakan rumahan yang lezat, termasuk hidangan khas yang selalu menjadi favorit Gavin dan Nathan.

Pada malam yang telah direncanakan, Gavin menyambut Tuan Haris dan beberapa anggota timnya di rumah. Suasana hangat langsung terasa berkat keramahan Dasha, yang memastikan semua tamu merasa nyaman.

Nathan juga ikut menyapa dengan antusias. “Halo Om Haris. Aku Nathan” Tuan Haris tertawa melihat tingkah polos Nathan. “Iya, Nathan. Papa kamu sangat pintar, makanya aku mau bekerja sama dengannya.”

Devan yang berada di gendongan Dasha pun menarik perhatian. “Anak kedua kalian?” tanya Tuan Haris sambil tersenyum.

“Betul, ini Devan,” jawab Dasha bangga. “Dia baru enam bulan.”

Malam itu dipenuhi obrolan santai, di mana Tuan Haris memuji Gavin tidak hanya sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai kepala keluarga yang baik. “Keluarga yang mendukung seperti ini adalah kunci kesuksesan, Pak Gavin. Saya makin yakin kerja sama kita akan berjalan lancar,” katanya.

Setelah makan malam, Gavin dan Tuan Haris kembali membahas beberapa rencana sambil menikmati kopi. Kesepakatan mereka semakin kuat, bahkan Tuan Haris menyarankan untuk memperluas kerja sama ke bidang lain.

“Aku benar-benar menghargai pendekatan personal seperti ini, Gavin. Ini mengingatkanku bahwa bisnis bukan hanya soal angka, tapi juga soal hubungan manusia,” ujar Tuan Haris.

Malam itu, Gavin menyadari bahwa dukungan keluarganya adalah pendorong terbesar dalam kariernya. Ia berterima kasih kepada Dasha atas idenya yang brilian.

“Terima kasih, Sayang. Kamu selalu tahu cara membuat segalanya lebih baik,” kata Gavin sambil memeluk istrinya setelah tamu-tamu mereka pulang.

Dasha tersenyum. “Aku hanya ingin kamu sukses, Vin. Karena kalau kamu bahagia, kita semua juga bahagia.”

Dengan semangat baru, Gavin kembali bekerja keesokan harinya, yakin bahwa masa depan perusahaan dan keluarganya akan semakin cerah.

1
Jihan Hwang
hai aku mampir...masih nyimak, mampir juga yuk dikarya ku/Smile/
polarbear
Terimakasih sudah membaca novel saya semoga suka ya temen-temen 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!