Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan tamu.
"Bersabarlah Kay,terkadang kamu harus melalui yang terburuk untuk mendapatkan yang terbaik"ucap Kay pelan menyemangati dirinya sendiri sambil membersihkan kamarnya.
Habis sudah Ibunya meluapkan kemarahan pada Kay,setelah ia mematikan telepon dari sang ibu dan meninggalkan kamarnya dalam keadaan berantakan.
Kay terdiam lesu mendengar omelan sang ibu,tanpa membantah apapun.Sebab dia tahu itu hanya kemarahan sesaat,wujud kasih sayang ibu untuk melihatnya menjadi lebih baik.
Kay merebahkan dirinya di atas ranjang tempat tidur dan memejamkan mata.
"Berikan keajaiban pada hidupku Tuhan.Aku ingin semua berubah dan menjadi baik"ucap Kay menghela nafas panjang.
Tiba-tiba Hpnya berbunyi.
Kay mengambil handphone dan melihat ke layar untuk melihat siapa yang menelponnya.
Panggilan masuk dari Juju rupanya.
Kay langsung mengangkatnya.
"Halo Kay!Apa yang terjadi sebenarnya?kenapa saat di kantor Ben tadi,kamu buru-buru mengajak kita pulang?Apa ada sesuatu?"cecar Juju.
"Nanti ku ceritakan pada kalian.Tapi saat ini aku sedang lelah dan tak bersemangat.Sudah dulu ya,aku tutup telponnya."Kay mematikan teleponnya.
"Halo Kay!"kata Juju dari balik telepon.
Juju melihat layar handphonenya.
"Pasti ada yang salah dengan Kay"ucap Juju menghela nafas.
***
Ayah Kay sedang berjalan pulang menuju rumahnya,setelah bekerja serabutan.
Wajah lelahnya begitu jelas tergambar dari banyaknya titik-titik peluh yang berjatuhan membasahi keningnya.
"Aku harus secepatnya mendapatkan pekerjaan tetap kembali,sebelum rumah benar-benar disita"batinnya.
Ayah Kay larut dalam pikirannya,sampai ia tidak fokus berjalan dan melihat di sekitarnya.
Tin..Tin…Tin…Tin…
Tiba-tiba terdengar suara keras klakson mobil yang mengagetkannya.
"Ya Tuhan…"Ayah Kay terkejut dan jatuh.
Hampir saja sebuah mobil akan menabraknya,beruntung Ayah Kay cepat menghindar.
Tak lama kemudian,keluar beberapa orang dari dalam mobil yang hampir menabrak Ayah Kay.
Pria berjas hitam bersama sopir dan juga pengawalnya.Mereka bergegas menghampiri Ayah Kay dan membantunya.
"Apakah bapak terluka?"tanya pria berjas hitam cemas.
Ayah Kay berdiri dibantu sopir dan pengawal pria berjas itu.
"Saya akan antar bapak ke rumah sakit sekarang untuk memeriksa keadaan bapak"ucap pria berjas hitam lagi.
"Tidak perlu.Saya baik-baik saja,hanya goresan kecil."Ayah Kay membersihkan tanah yang menempel di pakaiannya.
"Apakah bapak yakin?"tanya pria berjas mengamati Ayah Kay.
"Iya"angguk Ayah Kay.
Kemudian pria berjas hitam itu meminta maaf pada Ayah Kay.Tapi saat mereka berdua saling melihat satu sama lain.Keduanya sama-sama terkejut.
"Virly?"ucap pria berjas hitam.
Ayah Kay terlihat berpikir dan mencoba mengingat sesuatu,sambil melihat lekat ke arah pria berjas hitam yang berdiri di hadapannya.
"Vir,apakah kamu tidak mengingatku?Aku Tri,putra Bapak Irwan Hartanto"kata pria berjas hitam.
"Oh,iya…aku ingat.Mas Tri"sahut Ayah Kay tersenyum.
"Ya Tuhan,lama kita tidak bertemu."Pria berjas hitam yang bernama Tri itu langsung berusaha untuk menjabat tangan Ayah Kay.
"Tangan saya kotor Mas"ucap Ayah Kay sungkan.
"Ah,tidak apa-apa.Kamu seperti dengan siapa saja." Pria bernama Tri langsung meraih tangan Ayah Kay dan memeluknya.
"Aku sudah lama mencarimu Vir,dan kebetulan Tuhan mempertemukan kita disini"imbuh pria bernama Tri.
Kemudian pria bernama Tri memaksa mengantar Ayah Kay pulang dan naik ke mobilnya.
Ayah Kay akhirnya luluh dan tidak bisa menolak lagi.Mereka berdua berbincang banyak hal,termasuk keadaan keluarga Ayah Kay.
Sesampainya di depan rumah,Ayah Kay mengajak sahabat lamanya itu untuk masuk.Dan dengan senang ajakan Ayah Kay diterima oleh sahabatnya.
Ibu Kay terkejut begitu melihat suaminya pulang ke rumah bersama Tri Hartanto.Seorang konglomerat dan pengusaha sukses yang sangat terkenal.
"Bagaimana ayah bisa mengenalnya?"bisik Ibu Kay menarik tangan suaminya.
"Dia teman lama Ayah.Kedua orang tua kami adalah sahabat lama"jawab Ayah Kay.
Ibu Kay menepuk pelan pundak sang suami sambil berbisik,"Kenapa ayah tidak bilang dari dulu,jika memiliki teman seorang konglomerat."
"Ceritanya panjang nanti ayah ceritakan.Sekarang ibu sajikan minuman untuk tamu kita dan persilahkan dia masuk.Apakah kita akan membiarkannya hanya berdiri di depan rumah raya"ucap Ayah Kay.
Ibu Kay tersenyum pada suaminya,lalu dengan sigap mempersilahkan Pak Tri masuk bersama pengawal dan sopirnya masuk ke dalam rumah.
Pak Tri tersenyum dan menyambut baik keramahtamahan Ibu Kay.
"Maaf Pak,rumah kami kotor dan kecil.Kami minta maaf jika bapak tidak nyaman disini"ucap Ibu Kay malu.
"Ah,tidak apa-apa bu.Biasa saja dan jangan sungkan,anggap saja anda sedang menjamu keluarga sendiri"balas Pak Tri.
"Keluarga?Bagaimana bisa Pak?kami keluarga biasa dan anda seorang milyader."Ibu Kay tersenyum meringis.
Ehemm….
Suara Ayah Kay memberi kode pada istrinya untuk segera membuatkan minum.
Ibu Kay yang langsung mengerti maksud sang suami,lalu permisi untuk beranjak ke dapur dengan wajah sumringah.
"Sepertinya ini pertanda baik.Rumah kami didatangi seorang konglomerat terkenal"batin Ibu Kay.
Di ruang tamu,Pak Tri menanyakan tentang kehidupan Ayah Kay beserta keluarganya.
Belum sempat Ayah Kay menjawab.Ibu Kay yang sudah selesai membuat teh hangat,dengan cepat langsung memanfaatkan momen ini untuk menceritakan masalah keuangan keluarga mereka yang terlilit hutang.
Ayah Kay tak bisa berbuat apa-apa,saat sang istri sudah mulai menceritakan semuanya.
Mendengar penuturan dari Ibu Kay.
Pak Tri terlihat iba dan sedih.
"Kenapa kamu tidak datang menemuiku Vir,di saat keadaanmu sedang memburuk seperti ini?"tanya Pak Tri.
Ayah Kay tersenyum sungkan,sebaliknya Ibu Kay terlihat sangat bahagia.
"Masalah keuangan kami akan membaik setelah kedatangan Pak Tri"batin Ibu Kay.
"Aku tidak ingin merepotkan orang lain" jawab Ayah Kay pada Pak Tri.
Pak Tri mengerutkan dahinya,"Orang lain?kita ini keluarga Vir."
Ayah Kay terdiam sejenak,lalu berkata,"Terima kasih Mas,karena Mas Tri menganggap kami keluarga.Tapi aku adalah seorang kepala keluarga.Aku ingin bertanggung jawab atas keluargaku dengan usaha dan jerih payah ku sendiri."
Mendadak Ibu Kay tersenyum kecut mendengar ucapan suaminya.
"Suami ku memang tidak bisa memanfaatkan peluang dengan baik,"batin Ibu Kay.
Sementara itu,Pak Tri tersenyum kecil mendengar ucapan Ayah Kay,"Kamu memang selalu keras kepala dari dulu Vir,"ujarnya.
"Itu sudah menjadi prinsipku Kay"sahut Ayah Kay pelan.
Ekspresi wajah Ibu Kay kecut menatap suaminya.
Pak Tri terlihat berpikir sejenak sambil melihat keadaan di sekitar rumah Kay,lalu berkata,"Tadi di mobil kau sempat mengatakan padaku,jika kau memiliki seorang putri.Dimana putrimu?Aku tidak melihatnya."
"Putri kami belum pulang sekolah Mas?"jawab Ayah Kay.
"Sayang sekali ya,aku tidak dapat bertemu dengan putrimu.Tapi apakah kau memiliki foto putrimu?aku ingin tahu,siapa tahu jika nanti aku bertemu di jalan atau sedang berpapasan.Aku akan dapat mengenalinya"kata Pak Tri.
Tanpa dikomando Ibu Kay langsung mengeluarkan Hp dari saku bajunya dan mencari foto Kay lalu menunjukkannya pada Pak Tri.
Melihat kegesitan Ibu Kay,membuat Pak Tri tersenyum bersama pengawalnya.
"Gadis yang cantik.Aku yakin dia gadis yang pemberani seperti ibunya.Oh ya siapa namanya?"ucap Pak Tri begitu melihat foto Kay.
Mendengar ucapan Pak Tri.
Ibunya Kay terlihat malu dan sedikit menundukkan kepalanya,"Apakah sikapku berlebihan?"tanyanya pada Ayah Kay berbisik.
"Iya"jawab Ayah Kay sambil mengangguk pelan menatap istrinya.
Ibunya Kay tersenyum kecil dan mulai menjaga sikapnya.
"Namanya Kayyisa Virly Putri,mas.Biasa dipanggil Kay."Ayah Kay menjawab pertanyaan Pak Tri.
Tiba-tiba Pak Tri menanyakan cincin dan potongan kalung yang diberikan oleh mendiang ayahnya kepada Ayah Kay.
"Apakah kamu masih menyimpan cincin dan potongan kalung ayah kita,Vir?"tanyanya.
"Masih Mas,aku merawat dan menjaganya dengan baik"jawab Ayah Kay.
"Bagus kalau begitu."Pak Tri tersenyum senang.
Ibu Kay terlihat bingung sambil membatin,"Cincin dan kalung apa yang mereka bicarakan?Ah,Kenapa Ayah Kay tidak pernah bercerita padaku soal ini?."
Akhirnya karena rasa penasaran dan ingin tahu yang besar.Ibu Kay memberanikan diri untuk bertanya pada Pak Tri perihal cincin dan potongan kalung yang sedang mereka bicarakan.
Lalu Pak Tri meminta izin pada Ayah Kay untuk menceritakan hal itu pada Ibu Kay.
"Ayah saya dan Ayah Virly adalah teman baik.Mereka berdua adalah sahabat terbaik,hingga keduanya membuat janji"jelas Pak Tri.
"Janji?janji apa?"tanya Ibu Kay ingin tahu.
Pak Tri tersenyum,"Janji untuk menikahkan anak mereka.Tapi karena anak mereka sama-sama laki-laki.
Janji itu tidak dapat terlaksana.Hingga janji itu berubah,dan turun pada cucu mereka.
Yaitu menikahkan cucu keduanya,dan menyimpan cincin juga potongan kalung di masing-masing pihak sebagai bukti kesungguhan akan janji mereka.
Itulah sebabnya saya menyebut Virly keluarga,karena kami juga bersahabat.
Persahabatan dari kedua ayah kami dan turun pada anaknya.Tapi lama sekali saya putus hubungan dan kontak dengan Virly.Hingga takdir membawa kami akhirnya bertemu kembali disini"jelas Pak Tri panjang lebar.
Ibu Kay tercengang mendengar perkataan Pak Tri.
"Pernikahan?"tanyanya penuh penekanan.
Pak Tri mengangguk,"Iya menikah,"ucapnya sambil melihat respon dari kedua orang tua Kay.Namun keduanya terlihat saling pandang dan kaget.Tanpa menunda Pak Tri langsung mengutarakan keinginannya yaitu untuk menikahkan putranya dengan Kay.
Ibu Kay tambah kaget lagi mendengar keinginan Pak Tri.
"Menikah dengan putra bapak,tapi putri kami Kay masih sekolah"ucap Ibu Kay gugup.
"Tidak masalah akan hal itu bu.Pernikahan mereka akan disembunyikan dari publik.Setelah Kay menamatkan sekolah menengah atas.Kita bisa meresmikan pernikahan mereka dan mengumumkan pernikahan keduanya.Itu keinginan saya,sekaligus untuk memenuhi tanggung jawab saya terhadap amanat dari wasiat mendiang ayah saya.Tapi sebelum kita memutuskan hal ini,ada baiknya juga kita bertanya dulu kepada anak-anak kita.Karena bagaimanapun juga,hal ini menyangkut tentang kehidupan mereka kedepannya.Kita sebagai orang tua,hanya menginginkan hal yang terbaik buat mereka.Itu pendapat saya pribadi.Bagaimana menurutmu Vir?"ucap Pak Tri.
Ibu Kay mulai berpikir dan terbenam dengan solusinya kembali,"Jika Kay menikah dengan keluarga konglomerat ini.Putriku akan memiliki kehidupan yang terjamin dan bahagia.Begitu pula dengan kehidupan ekonomi keluarga kami.Tapi,aku harus berpisah dengan Kay"ucap ibunya di dalam hati.
"Aku akan membahas hal ini dulu dengan putriku Mas.Seperti ucapanmu,aku tidak ingin memaksakan hal ini pada Kay.Jika dia bersedia aku juga bersedia.Sebaliknya,jika putri ku Kay dan putra Mas Tri tidak bersedia.Maka ku harap kita saling menghormati dan menerimanya dengan bijak.Sebab di era modern seperti ini,sulit rasanya dan sudah jarang ada tentang perjodohan pernikahan"sahut Ayah Kay.
Pak Tri tersenyum mendengar jawaban Ayah Kay sambil mengangguk,"Aku setuju dengan ucapanmu Virly. Kamu memang selalu berprinsip,aku yakin putrimu memiliki sifat dan karakter kuat seperti dirimu.Satu hal lagi,jika anak-anak kita bersedia untuk menikah.Aku akan membantu semua kesulitan dan biaya hidup keluargamu,termasuk juga melunasi hutang-hutangmu.Tapi aku mohon kamu jangan tersinggung mengenai hal ini.Aku ingin hubungan kita benar-benar terhubung dalam sebuah keluarga yang mengikat.Jadi,besar harapanku supaya putrimu Kay dapat setuju akan keputusan mendiang ayah kita,terutama mendiang ayahku.Aku ingin beliau tenang disana dan tidak terikat oleh janjinya"ujarnya.
Ayah Kay masih terdiam sebaliknya Ibu Kay yang tadi terlihat sedih kini menjadi senang.
Pak Tri lalu meminta foto Kay dan nomor telepon kedua orang tua Kay sebelum ia beranjak pergi.
Tanpa ragu Ibu Kay langsung memberikannya.
"Aku berharap kalian berdua berusaha meyakinkan Kay untuk menikah dengan putraku"pinta Pak Tri sambil menepuk pelan pundak Ayah Kay.
Ayah Kay hanya tersenyum tipis menatap Pak Tri yang pamit pulang bersama pengawalnya.
Tapi tiba-tiba Ibu Kay bertanya,"Maaf Pak Tri,boleh saya minta dikirimkan foto putra bapak dan namanya jika boleh.Maaf…jika saya lancang,menurut saya hal ini perlu untuk meyakinkan putri kami Kay."
Ibu Kay meringis,padahal di dalam hatinya ia memastikan apakah calon menantunya tampan atau tidak.
"Oh tentu saja boleh"sahut Pak Tri yang langsung mengeluarkan Hpnya dan mengirim foto putranya.
Ibu Kay yang melihat foto putra Pak Tri dan tersenyum lebar.
"Tampan sekali….putra bapak benar-benar tampan.Dia sangat serasi dengan putri kami Kay"celetuk Ibu Kay.
Ayah Kay merasa tidak enak dengan sikap sang istri yang berlebihan memberikan respon.
"Jaga sikapmu bu"bisik Ayah Kay.
"Dia memang sangat tampan ayah"balas Ibu Kay pelan.
Melihat perilaku Ibu Kay,Pak Tri hanya tersenyum dan berusaha mencairkan suasana.
"Oh ya,tadi ibu menanyakan nama putra saya kan?"tanya Pak Tri.
Ibu Kay mengangguk pelan.
"Nama putra saya Ben.Nama lengkapnya Ben Nathan Hartanto." Pak Tri tersenyum lalu beranjak masuk ke dalam mobilnya diikuti pengawalnya.
Kedua orang tua Kay melambaikan tangan dan sambil sedikit menundukkan kepala,sebagai isyarat bagi mereka mengucapkan salam perpisahan pada Pak Tri dengan hormat.
"Ben..Ben Nathan Hartanto"ucap Ibu Kay tersenyum sambil memandangi foto Ben di ponselnya.
Ayah Kay hanya diam melihat sikap kekanak-kanakan sang istri sambil menghela nafas pendek.
"Bagaimana aku harus mengatakan hal ini pada Kay?"batinnya.
Sementara itu,Pak Tri langsung menghubungi Ben dan memintanya segera pulang untuk membicarakan hal yang penting.