Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPA KAMU SEBENARNYA?
Jeanette mengerjapkan matanya, tubuhnya terasa dingin. Ia ingin menarik kembali selimut, namun ia mulai menyadari bahwa saat ini ia tak berada di rumah.
Ia duduk dan melihat bahwa di sampingnya kini sedang terlelap seorang pria yang sama dengannya, polos tanpa sehelai benang pun. Tanpa membersihkan diri, Jeanette memunguti pakaiannya dan memakainya dengan cepat. Namun ia melakukan semuanya dengan perlahan agar pria itu tak terbangun.
"Aku harus pergi, ya aku harus pergi. Tak ada yang boleh melihatku di sini. Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan," gumam Jeanette sambil meringis.
Meskipun inti tubuhnya terasa sakit, ia terus memaksa dirinya untuk pergi dari sana. Hatinya gelisah dan rasa bersalahnya begitu besar. Ia sudah memiliki suami, tapi ia malah menghabiskan malam pertamanya dengan seorang pria asing.
Ya, Jeanette belum pernah berhubungan intim sama sekali dengan Hansen. Bukan karena Jeanette tidak mau, tapi karena itu memang keinginan pria itu. Ntah mengapa dan Jeanette tak ingin mencari tahu.
Hansen adalah sahabatnya, mungkin karena hubungan itu, membuat Hansen sedikit canggung bila melakukan hubungan bersama dirinya. Namun tetap saja saat ini Jeanette merasa sangat bersalah pada suami sekaligus sahabatnya itu karena telah melakukan hubungan satu malam.
Ia mengambil tas miliknya dan menuju pintu. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat apakah ada orang di sana. Tak ada, aman! Maka Jeanette segera keluar dari sana dan mencari taksi. Ia harus segera kembali ke rumahnya. Suaminya pasti saat ini sedang mencari dirinya. Ia bahkan tak mengingat tentang Jesslyn, adiknya.
*****
Jeanette bernafas dengan lega karena suaminya tak ada di rumah. Ia segera membersihkan dirinya dan membuang pakaiannya semalam. Ia ingin melupakan dan menganggap semuanya tak terjadi, bahkan tak ingin mengingatnya.
Hingga sore hari, Hansen belum juga kembali. Beberapa kali ia melirik jam di pergelangan tangannya dan beberapa kali juga ia mencoba menghubungi, namun tetap tak ada jawaban.
"Ke mana dia?" gumam Jeanette mulai khawatir.
Ketika mendengar suara mobil memasuki halaman rumahnya, Jeanette langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia tersenyum melihat suaminya, meskipun hatinya saat ini sangat gelisah.
Hansen menyerahkan tas miliknya pada Jeanette, kemudian langsung masuk ke dalam rumah tanpa berbicara apapun pada Jeanette.
"Han, kamu habis dari mana?" tanya Jeanette.
"Tentu saja bekerja, apa kamu kira aku bermain?!"
Degggg
Ntah mengapa Jeanette sedikit merasa tersindir. Apa suaminya itu tahu apa yang telah terjadi dengannya semalam. Jeanette pun mengatupkan bibirnya.
Setelah meletakkan tas milik Hansen di ruang kerja, Jeanette langsung menemui suaminya. Ia menyiapkan pakaian tidur milik Hansen.
Ceklekk
Pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan sosok Hansen yang hanya berbalut handuk sebatas pinggang.
"Apa kamu sudah makan? Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu," ucap Jeanette.
"Aku tak lapar. Aku ingin tidur," Jeanette merasa ada perubahan pada diri suaminya itu. Biasanya Hansen akan ramah padanya karena bagaimana pun juga, mereka telah bersahabat selama 2 tahun.
"Baiklah. Istirahatlah. Aku akan membereskan makanannya."
Jeanette keluar dan kembali ke ruang makan. Ia membereskan semua makanan yang telah ia siapkan. Jeanette bisa memasak segala jenis makanan. Ia yang dulunya hidup di luar, menjadi seorang petualang di alam, mengharuskan dirinya mampu melakukan apa saja.
Saat ia kembali ke kamar tidurnya, ia mendengar Hansen sedang berbicara di ponsel. Dengan perlahan Jeanette masuk karena ia tak ingin mengganggu.
"Baiklah, aku akan menemuimu besok," ucap Hansen, yang kemudian memutus panggilan tersebut.
Hansen meletakkan ponselnya di atas nakas, persis di sebelahnya. Ia kemudian kembali berbaring.
"Han, ada apa denganmu?" tanya Jeanette.
"Aku tidak apa apa. Jangan menggangguku. Aku lelah."
Jeanette menghela nafasnya pelan. Ia tak akan bertanya banyak pada suaminya itu. Bahkan saat ini hatinya masih merasa sangat bersalah dengan apa yang telah ia lakukan.
Jeanette menoleh ke arah suaminya yang kini tidur dengan membelakangi dirinya. Pernikahan mereka bagaikan masakan tanpa garam, serasa hambar.
Dulu, ia menerima pernikahan tersebut karena ia memang menaruh hati pada Hansen. Ketika pria itu tiba tiba mengajaknya menikah, tanpa ragu ia langsung menerimanya dan menganggap bahwa Hansen adalah jawaban dari doa doanya yang ingin membuat kedua orang tuanya bahagia.
Namun, Pria itu tak pernah menyentuhnya dengan alasan bahwa ia belum bisa melakukan dengan Jeanette yang sudah ia anggap sebagai sahabat. Jeanette yang berpikiran positif pun tak mengapa. Ia berusaha sebaik mungkin menjadi istri, hingga sampai hari ini Hansen tak pernah menyentuh dirinya.
Keesokan paginya, Hansen yang baru saja selesai mandi, keluar dari sana dengan menggunakan sebuah handuk sebatas pinggang. Ia berjalan ke arah wardrobe dan melihat di dalam sana pakaian kerjanya telah siap. Jeanette memang selalu melakukannya.
Tiba-tiba saat ia sudah membuka handuknya dan ingin memakai celana, Jeanette masuk ke sana. Ia melihat milik suaminya, ya ini pertama kali baginya.
Plakkk
Sebuah tamparan dengan suksesnya mendarat di pipi Jeanette, "Kenapa kamu d sini? Tutup matamu dan keluar!!"
Jeanette memegang pipinya. Untuk pertama kalinya, Hansen menampar dirinya. Sebelumnya, Hansen tak pernah melakukan kekerasan padanya. Diam diam, Jeanette menganggap bahwa ini semua adalah karma yang harus ia tanggung karena telah mengkhianati suaminya. Ia menerima dan tak akan marah pada Hansen. Ia hanya memejamkan mata sambil terus mengelus pipinya. Ia pun bergegas keluar dari sana.
*****
"Nikmat?" tanya Mark dengan penasaran.
Axton, Mark, dan Gilbert, kini berada di bandara. Mereka akan segera kembali ke Indonesia karena pekerjaan mereka di Berlin sudah selesai.
"Menurutmu?" Axton bertanya balik.
"Tentu saja nikmat. Bahkan aku setiap minggu melakukannya. Aku menganggap itu sebagai pengisi baterai dalam tubuhku," ujar Mark.
Gilbert melihat ada perbedaan dalam diri Axton. Sejak tadi pagi mereka bertemu di hotel, tak ada senyuman di wajah sahabatnya itu. Ia ingin bertanya namun ia mengurungkannya. Kini ia hanya menjadi pendengar saja pembicaraan antara Mark dengan Axton.
Axton memindai sekeliling, seakan mencari sesuatu. Namun ia tak menemukan apapun. Kini ia berkutat dengan ponselnya dan menghubungi Zero, agar pria itu nanti menjemputnya di bandara.
Setelahnya, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dan ia kembali merasakan sebuah kalung yang ia letakkan di sana. Tadi pagi saat terbangun, kalung itu berada dalam genggamannya. Sebuah kalung dengan inisial JA di atasnya.
"Siapa kamu sebenarnya?" gumam Axton pelan.
🧡 🧡 🧡
setelah 5 tahun ..
karma untuk jessyln yg jahat /CoolGuy/
kmu pasti bisa /Smile/
besok Otewe masuk rumkit lg deh
Tdk membosankan ..
menarikkkkk❤️🔥