Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
"ayo sepuluh putaran lagi .."
"Jangan ngeluh kamu ! Kamu itu laki-laki , masa di hukum begitu saja kamu sudah ngeluh . " cetus ustadz Malik .
Kevin mendengus mendengar nya , kesal , jelas tentu, apa lagi saat tau jika yang menghukum nya adalah ustadz Malik, pria yang paling di benci oleh nya . Sial sekali dirinya malam ini, kenapa juga yang bertemu dengan nya ustadz sialan itu . Rasa nya Kevin ingin menonjok wajah songong pria itu, tapi apa mau di kata , di sana ada kyai Mahmud yang berdiri sambil menyaksikan Kevin sedang berlari mengelilingi lapangan .
Kalau saja tidak ada kyai Mahmud di sana , mungkin Kevin sudah tidak memperdulikan hukuman sialan itu. Tapi karena di sana ada kyai Mahmud , terpaksa sekali Kevin menurut .
Kyai Mahmud menghela nafas nya kasar , lalu menoleh ke arah Malik yang saat ini sedang tersenyum puas melihat Kevin anak sahabat nya berlari . "Malik, ini sudah hampir tengah malam . Sebaiknya kamu sudahi hukuman nya , kasihan juga sih Kevin . Abi enggak mau kalau Kevin nanti sampai sakit . " Ucap kyai Mahmud . Dirinya sebenarnya tidak setuju dengan hukuman yang di sebut oleh Malik tadi . Kyai Mahmud malah hanya ingin memberikan Kevin hukuman berupa menghafal surat-surat pendek serta hadis . Tapi Malik menyela nya , kata Malik , dirinya saja yang memberikan hukuman pada Kevin, dirinya ingin membuat anak baru itu jera , dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama .
Kyai Mahmud ingin protes , namun Malik selalu memiliki banyak alasan yang membuat pria paruh baya itu bungkam . .
Malik mendengus mendengar nya. Dia tau kalau Kevin itu anak dari sahabat Abi nya . Ya tadi Kyai Mahmud sudah cerita pada Malik, dan Malik kesal bukan main saat di suruh oleh Abi nya untuk membantu proges pembelajaran sih Kevin itu. Pemuda yang tidak sopan menurut Malik, dan apa lagi Kevin berteman dengan adik nya itu . Rasa benci itu bertambah sekali , tapi Malik harus bersikap sewajarnya di depan Abi dan yang lainnya .
"Abi satu putaran lagi kayak nya bisa deh . Malik mau buat Kevin itu jera . Anak kota itu kalau enggak di hukum enggak bakalan kapok Abi . " Ucap Malik .
"Tapi Malik --"
"Sudah lah Abi . Kita lihat saja . Lagian fisik Kevin itu kuat kalau Malik lihat . Badan nya juga besar ,tidak mungkin dia sakit cuman gara-gara berlari seperti ini . Anggap saja ini olahraga untuk dia Abi . Biar tubuh nya semakin sehat . " Kan banyak sekali alasan Malik itu, membuat lawan bicara nya bungkam dan setuju dengan pendapat nya .
Sedangkan Rahul yang menyaksikan itu menatap iba pada Kevin . Tangan kanan Rahul sudah memegang sebotol air mineral yang dirinya bawa tadi dari bilik kamar nya . Tadi dirinya mendengar dari beberapa santri yang lewat , kata nya ada seorang santri baru yang di hukum oleh Abang nya mengelilingi lapangan .
Rahul sudah menduga nya , pasti itu Kevin . Dengan cepat , Rahul langsung membawa botol minuman , dan pergi menuju ke pinggiran lapangan .
Rahul di buat tercengang , ternyata bukan hanya ada Abang nya di sana , tapi ada Abi nya juga.
Dua belas putaran , sudah Kevin lakukan , suara teriakan ustadz Malik yang meminta nya berlari sembilan putaran lagi membuat Kevin langsung berlari kembali, tapi sayang , tubuh nya terasa sangat lelah , apa lagi tiba-tiba kepala nya berdenyut hebat . Membuat Kevin terdiam di pinggir lapangan dan menatap sekitar nya dengan pandangan buram .
Ustadz Malik yang melihat Kevin berdiri saja , langsung berteriak kesal . "Hei !! Kerjakan lagi hukuman kamu ?! Saya tidak menyuruh kamu berhenti ! Masih ada sembilan putaran lagi. Apa mau saya tambah !!"
Namun Kevin tidak bergeming sama sekali , kepala nya pusing bukan main . Jantung nya bahkan berdetak tidak karuan .
Kyai Mahmud yang melihat itu langsung menatap cemas . "Sudah Malik ! Abi rasa sudah cukup kamu memberikan efek jera pada Kevin . Abi tidak mau kalau Kevin --"
Belum sempat kyai Mahmud mengucapkan kata-kata nya , mata nya terbelalak saat melihat tubuh Kevin yang tiba-tiba ambruk .
Kyai Mahmud dan Rahul langsung berlari menuju ke lapangan tempat dimana Kevin sudah jatuh tak sadarkan diri .
Sedangkan ustadz Malik, tersenyum puas melihat nya . "Rasakan ! Jadi jangan sok-sokan jadi pahlawan untuk Rahul . Itu baru sedikit pelajaran nya . Nanti kamu akan mendapatkan lebih dari itu lagi . " Ucap ustadz Malik dan berlalu pergi dari sana , tanpa memperdulikan Kevin.
•
Pagi hari nya ...
Kevin yang semalam pingsan , sudah sadarkan diri tidak lama setelah di bawa ke unit kesehatan pondok pasantren . Pemuda itu lalu meminta di bawa ke bilik kamar nya saja , Kevin sama sekali tidak betah mencium aroma obat-obatan . Rasa nya pusing nya semakin mendera jika dirinya berada di tempat itu .
Kini , Kevin tidak masih bergelung di dalam selimut tebal , semalaman suhu tubuh nya panas akibat terlalu kelelahan .
Kepala Kevin bahkan berdenyut hebat , dirinya tidak sanggup untuk bangkit untuk duduk .
"CK , Vin , saya kan sudah peringatkan kamu, jangan bandel Vin . Kamu juga masih bisa ketemu sama Ustadzah Zira kalau pagi sampe sore . Enggak perlu malam-malam datang ke rumah nya. " Cetus Rahul sambil sibuk meletakkan handuk basah di kepala Kevin . Suhu tubuh Kevin sangat panas , tadi Rahul pagi-pagi sekali sudah pergi ke unit kesehatan di pondok pasantren , dirinya meminta obat yang selama di berikan pada Kevin , tapi dirinya lupa mengambil nya , terpaksa Rahul datang lagi ke unit kesehatan mengambil obat itu . Karena Kevin tidak mau di rawat ke unit kesehatan .
"Gu--e la-- gi sa--kit . Jangan ngomewl " ucap Kevin terbata , badan nya menggigil hebat .
"Ini minum dulu obat nya . Kamu harus cepat sembuh . "
Rahul menyodorkan beberapa butir obat yang sudah dirinya buka dari bungkus nya , lalu membantu Kevin meminum obat itu .
Kevin menurut, memang dirinya tidak ada tenaga sama sekali , jadi terpaksa dirinya menelan pil-pil pahit itu . Padahal biasa nya , Kevin sangat malas jika di suruh meminum pil pahit itu.
"CK, pahit banget ."
Rahul mendengus . "Itu kamu tau pahit . Mangkanya jangan banyak tingkah . Udah kamu baringan aja , jangan kemana-mana , saya mau ke kelas dulu . " Ucap Rahul sambil membenarkan selimut tebal Kevin .
Kevin cemberut mendengar nya . Hari ini dirinya tidak bertemu dengan Ustadzah cantik itu, rasa nya kesal bukan main .
Setelah pamit, Rahul pun pergi , dirinya tidak mungkin membolos , karena pasti akan mendapatkan hukuman dari ustadz dan Ustadzah nya . Kalau Kevin sudah pasti di berikan surat ijin oleh Abi nya , karena pemuda itu sakit .
•
"Rahul ? Emmm dimana Kevin ?" Tanya Ustadzah Nadzira .
Rahul terbelalak mendengar nya . Tidak menyangka jika Ustadzah galak nya itu menanyakan keberadaan teman tengil nya itu ....