Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Najwa
Di sepanjang jalan, Najwa hanya bisa meratapi nasib nya. Bukan salah Adam, tapi Najwa menyalahkan diri sendiri, atas apa yang saat ini di alami nya.
Seandainya dulu, Najwa tidak menerima pinangan itu, rasa sakit yang hari ini di rasakan oleh Najwa mungkin tidak akan pernah terjadi.
Tanpa terasa, taxi yang di tumpangi Najwa, telah berhenti tepat di depan sekolah Malvin.
"Pak, tunggu sebentar ya, Aku akan kembali dalam waktu sepuluh menit lagi" ujar Najwa,
"Baik Bu.."
Najwa segera turun, dan masuk ke dalam pekarangan sekolah Malvin, dan terlihat beberapa teman Najwa dulu, saat dia mengajar di tempat itu, mereka menyapa Najwa dengan ramah.
"Ummi Najwa, senang bisa melihat mu dalam keadaan sehat, Kami semua turut bahagia begitu mengetahui anda akan menikah, namun kami belum mengetahui, siapa pria yang telah mempersunting seorang bidadari seperti anda, Pria itu pasti sangat beruntung"
Rosalinda, wanita itu adalah rekan kerja saat Najwa mengajar di sekolah tersebut, mendengar pertanyaan itu, Najwa hanya bisa tersenyum kecut, dan berusaha terlihat baik - baik saja, di depan orang lain, karena Najwa tidak ingin rumah tangga nya menjadi bahan gosip, Najwa sangat menutup rapat bagaimana keadaan kondisi keluarga yang saat ini sedang di jalani.
"Alhamdulillah, Allah mengirim jodoh yang begitu baik pada Najwa, semua nya karena Allah, kami menikah karena Allah, dan sama-sama mencari ridho Allah" jawab Najwa, dengan sangat hati - hati, karena tidak semua ucapan yang kita ucapan dapat di terima dan di cerna dengan baik oleh orang lain.
"Ummi Rosa, saya permisi dulu, seperti nya anak didik saya sudah keluar dan saya akan mengantar nya pulang"
"Oh, baik lah. Hati -hati "
Najwa hanya tersenyum, tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain, itulah yang sedang Najwa coba main 'kan. Bagaimana pun kondisi keluarga nya saat ini hany Najwa yang tahu, orang lain tidak akan pernah tahu, biarkan mereka merekam apa yang mereka lihat.
"Mommy!" teriak Malvin, dan langsung memeluk Najwa dengan sangat erat.
"Ayo sayang kita pulang" ajak Najwa, dengan penuh semangat Malvin menggenggam tangan Najwa, dan berjalan beriringan dengan wanita itu.
"Loh, dimana mobil kita?" tanya Malvin,
"Mommy tidak di antar sopir, tapi Mommy datang dengan taxi untuk menjemput Malvin, apa Anak Mommy keberatan?"
"Tentu saja tidak, selagi Mommy yang datang menjemput, Malvin tidak keberatan. Sekalipun pulang dengan jalan kaki Malvin rela" jawab Malvin dengan mantap, anak ini pintar membuat suasana hati Najwa menjadi lebih baik.
'YaAllah, lihat lah malaikat kecil ini, dia tidak tahu apa -apa tentang aku dan ayah nya. Namun, senyum di wajah nya membuat aku bisa bertahan dalam keadaan apapun'
Najwa langsung memeluk Malvin, yang sejak tadi berjongkok di depan Malvin, membuat Malvin sedikit terkejut, yang tiba - tiba Najwa memeluk nya.
"Mommy, are you oke?"
"Ya, Mommy oke sayang, ayo kita kembali" ajak Najwa melepas pelukan nya, lalu membuka pintu taxi untuk Malvin, anak ini segera masuk dan duduk dengan tenang, di dalam taxi.
"Malvin, besok 'kan libur, Mommy mau mengajak Malvin untuk menginap di rumah Om Romi, apa Malvin akan keberatan?" tanya Najwa, langsung raut wajah Malvin berubah.
"Kenapa Malvin harus keberatan, kemana pun Mommy pergi Malvin ikut, asal Mommy tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Malvin, jangan pernah berpikir seperti itu, Malvin sayang sama Mommy!"
Raut wajah Malvin terlihat memelas, melihat ke arah Najwa, membuat wanita ini tidak ingin sedikit pun membuat nya sedih, atau ingin menyakiti hati kecil Malvin, bagaimana pun keadaan Najwa saat ini, Malvin tidak ada kaitan nya.
"Baiklah sayang, kita akan menginap di tempat Om Romi untuk beberapa hari, Mommy sudah meminta ijin sama Oma dan juga sama Daddy sayang"
"Asik....!" teriak Malvin, yang begitu senang. "Malvin mau main ke cafe Om Romi" tukas Malvin, Najwa mengangguk nya.
"Pak, tolong ke cafe shop ya"
"Baik Bu.."
Malvin mengintip ke arah luar dan itu membuat dia senang, untuk pertama kali Malvin naik taxi, dan itu membuat Malvin begitu menikmati nya, meskipun mobil itu tidak semewah mobil nya yang ada di rumah.
Tiba di depan cafe shop milik Romi. Najwa dan Malvin segera turun, dari dalam Romi dapat melihat kedatangan Adik perempuan nya.
Romi langsung keluar dari cafe, dan menghampiri Najwa, yang sedang membenarkan pakaian Malvin.
"Assalamualaikum, kak" ucap Najwa, dan langsung mencium punggung tangan Romi, Malvin langsung mencium punggung tangan Romi, saat melihat Najwa melakukan itu.
"Hasil didik 'kan mu Najwa!" goda Romi, Najwa tersipu malu, dan Romi menyuruh mereka berdua untuk masuk ke dalam cafe.
Di dalam cafe, Malvin duduk dengan tenang di meja pojokan di dekat kasir. Najwa mengambil beberapa cemilan untuk anak nya. Bahkan, Najwa juga membuat susu untuk Malvin, yang ia bawa dari rumah tadi.
"Mommy, mau es krim boleh?" Najwa tidak dapat menolak saat melihat bola mata Malvin yang begitu berkaca - kaca, dan itu sangat imut, membuat Najwa tidak tega menolak permintaan nya.
"Eemmm, tunggu disini, Mommy ambilkan"
Tak lama Najwa kembali dengan membawa satu kotak es krim untuk Malvin, dan meletakkan itu di atas meja Malvin.
"Yeee.... Malvin makan es krim, makasih Mommy. Om Romi, makasih" teriak Malvin dengan keras, membuat Romi langsung menoleh ke arah Malvin, dan tersenyum.
Najwa melihat ke arah Malvin yang sedang menikmati es krim nya. Sejenak Najwa dapat melupakan masalah yang sebelumnya terjadi, terjadi Malvin bisa membuat Najwa dapat memaafkan sikap Adam yang kasar kepada nya.
Pengunjung sudah terlihat tidak ramai seperti saat mereka tiba di cafe shop Romi, Pria ini langsung menghampiri Adik nya.
"Apa kalian mau langsung pulang, aku bisa mengantar kalian" tawar Romi, namun Najwa menolak nya.
"Kak, aku bisa pulang sendiri, cafe lagi banyak pengunjung, jangan di tinggal" ujar Najwa, Romi hanya bisa nyengir mendengar omelan Najwa lagi, Romi sudah rindu dengan Omelan Najwa, karena semenjak Najwa menikah, ini baru pertama kali dia datang untuk menjenguk Romi.
"Kak, kami akan menginap di rumah beberapa hari, apa tidak apa -apa? besok Malvin libur, jadi sekalian kami ingin menginap di rumah"
"Tidak apa-apa, aku malah senang, kalian bisa menginap. Apa hanya ada kamu dan Malvin, maksud Kakak, Adam tidak ikut ?" tanya Romi, Najwa langsung tersenyum, untuk membuat Romi tenang agar tidak curiga dengan kondisi rumah tangga sang adik.
"Abang Adam tengah sibuk, jadi tidak bisa menginap"
"Tidak apa - apa, kalian nikmati dulu cemilan nya, Kakak mau sibuk diri dulu"
Romi kembali melayani pengunjung yang mulai ramai lagi, dan semakin lama semakin banyak, sehingga tidak punya kesempatan untuk duduk kembali dengan Malvin dan Najwa.
...****...
Malam pun tiba....
Adam turun untuk makan malam, dia sudah melewati makan siang, sehingga Adam tidak tahu, jika Najwa dan Malvin tidak di rumah.
Di ruang makan, hanya ada Melda, dan juga Rosna, yang sedang menata lauk terakhir di atas meja.
"Dimana Malvin?" tanya Adam, seraya menarik kursi untuk di duduki nya.
"Kamu menanyakan Anak mu, atau istri mu?" Melda menatap datar ke arah Adam, membuat Adam sedikit canggung.
"Ya, tentu saja aku bertanya soal anak ku" ungkap Adam, yang mengambil nasi.
"Malvin dan Najwa sudah pergi sejak siang tadi, mereka akan menginap di rumah Romi" tukas Melda dengan santai.
"Menginap ? kenapa tidak memberitahu aku, bukan kah, Malvin itu anak ku, jika dia mau membawa Malvin, dia butuh ijin dari ku" cetus Adam, dengan suara yang sedikit meninggi.
"Adam, aku Mama mu, tidak seharunya kau meninggi 'kan suara mu!" ujar Melda, yang masih tidak ingin menatap anak nya.
"Maaf ma, namun aku cemas, kenapa Mama mengijinkan mereka menginap, dan Mama harusnya memberitahu aku"
"Memang nya kamu peduli?" kini Melda menatap lekat tepat ke arah netra Adam.
"Tentu Aku peduli, Malvin anak ku!"
"Maksud Mama Najwa, memang nya Kamu peduli kepada Najwa ?" ulang Melda, Adam terdiam, terlihat satu alis nya ikut naik, tatkala pertanyaan itu, di lontarkan oleh sang ibu.
"Jadi, biarkan mereka menginap selagi kamu tidak peduli, seperti nya tidak masalah. Bukan kah, kamu sendiri yang bilang, Najwa hanya sebatas ibu asuh untuk Malvin, dan Najwa tidak perlu memerankan peran seorang istri di dalam rumah ini, karena kamu sendiri tidak peduli"
Adam terdiam, saat mendengar semua sindiran yang keluar dari mulut sang ibu, karena memang Adam lah yang mengatakan itu semua sebelumya.
"Eemmm, aku tidak peduli" jawab Adam, yang kini fokus pada nasi yang ada di atas piring nya.
"Bagus, kalau kamu tidak peduli. Mama sangat peduli dengan Najwa, Mama ingin mencari 'kan pria lain untuk Najwa, Mama yakin, banyak yang mau dengan Najwa, apalagi dia masih suci, bukan kah begitu Adam, kamu belum menyentuh nya bukan?" Melda menatap nyalang ke dalam netra Adam, membuat pria ini gelagapan, lalu mengambil gelas yang berisi air mineral, Adam menghabiskan nya dalam sekali teguk.
Melda tersenyum miring melihat tingkah anak nya yang gelagapan, tidak bisa membantah ucapan nya.
"Mama kenyang, mama akan kembali ke kamar. Jangan coba - coba untuk menelpon Najwa, saat ini dia sedang memainkan peran nya sebagai ibu yang baik, dan Kamu jangan mencoba menganggu nya" tegas Melda, lalu bangkit dari tempat duduk nya.
Adam terdiam, dan melihat kepergian Melda menuju kamar, Adam hanya bisa mencerna semua ucapan Melda yang barusan tentang ingin mencari pria lain untuk Najwa.
"Memang nya aku peduli?" gumam Adam, lalu ia pun pergi meninggalkan meja makan, dan tidak menghabiskan makan malam nya.
Di dalam kamar, tepat di jam 11:20, malam. Adam terlihat begitu gelisah, di tangan nya ada benda pipih, namun Adam tidak bisa menghubungi Najwa, setelah di peringati oleh Melda.
"Aah, sial" umpat Adam, lalu menyimpan ponsel nya di atas nakas.
Adam naik ke atas ranjang, dan membaringkan tubuhnya. Dengan susah payah Adam mencoba memejamkan mata nya. Namun, pikiran Adam saat ini sedang kacau, karena ucapan Melda terus menerus menganggu pikiran Adam, hingga pria itu terlelap, dan membawa ucapan Melda sampai ke dalam mimpi.
Satu dukungan kalian, sangat berarti untuk Author, di tunggu like + koment. Jangan lupa mawar dan kopi ya untuk menemani waktu bergadang author. See you ❤️