Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33.Racun Devour.
Rain,berjalan tegap dengan penuh wibawa. Menyusuri lorong bangunan yang mengantarnya pada kamar Raeba. Rain,baru saja sampai dari markasnya, saat tidak temukan Raeba di ruang tamu, bertanya kepada Aya, setelah mengetahui bahwa gadisnya kini tengah berada dalam kamarnya,Rain, langsung berkelebat dan mengunjungi kamar Raeba.
Sedangkan Raeba mengalihkan pandangannya dari dua surat yang kini berada dalam genggaman tangannya. Memastikan siapa yang masuk, saat dapati Rain lah yang masuk,ia, kembali tatap gulungan kertas yang baru saja di bukanya.
Rain, mendekat dan berdiri di belakang Raeba yang duduk di sofa. Tangannya, mengusap lembut pucuk kepala Raeba, menyalurkan sedikit kerinduan padanya.
"Surat dari siapa?" Beralih duduk di sisi Raeba,dengan dahi berkerut penasaran.
Raeba, mendongak. Menatap wajah tampan Rain dan tersenyum lembut. "Dari dua istana." sahutnya dengan suara rendah, tak kedipkan mata demi pandangi wajah tampan yang kini menatapnya dengan lekat.
Rain, terkesiap. Terkejut mendengar ucapan Raeba,"dua istana? Apakah dari Ibunda dan kakak pertama?" Mengambil alih kertas dari tangan,Raeba.
Rain,membaca sebentar kemudian kembali menatap Raeba dengan senyuman menggoda. "Menikah? Sungguh menarik."Jedanya saat menanggapi surat dari Baginda Ratu Egiema. "Tapi.. Surat dari kakak pertama membuatku cukup khawatir." Sambungnya mengembalikan kertas itu pada,Raeba.
"Kau yakin sudah kuat mental untuk menikahi-ku,hem?" bukannya menjawab, justru gadis itu bertanya dengan nada datar.
Tak mau dilingkupi oleh suasana dingin dari Raeba,Rain, mengangguk mantap. "Aku sudah lama menginginkan ini, hanya saja kau selalu menolaknya." Tatap Raeba dengan bibir mengerucut, cemberut.
Raeba, menarik napas panjang kemudian membuangnya secara perlahan. "Aku hanya tidak mau terikat dengan hubungan apapun," tegasnya.
Seri di wajah Rain seketika memudar, sebegitu tidak ingin kah Raeba untuk menikah dengannya. Padahal jika Raeba tau, ini adalah sebuah harapan dan impian Rain sebelum hidupnya benar-benar berakhir karena racun yang menggerogoti tubuhnya.
'Jika kau tau mungkin kau akan menghindar dariku,tapi aku ingin kau sembuh!' Batin Raeba tanpa ekspresi.
Dengan ekspresi wajah Raeba yang di tekuk seakan ia benar-benar tidak menginginkan Rain menjadi pendamping hidupnya. Rain,salah paham!
"Aku tidak akan memaksa untuk kita menikah, dengan kita tetap akur begini saja sudah jauh lebih dari cukup." Balas Rain dengan suara tenang.
Raeba, kerutkan dahi. "Kenapa begitu? Aku tidak akan menolaknya, seharusnya dari awal aku tidak menolak tawaranmu." Ucapnya dengan membuang napas kasar. Kata ambigu dari Raeba menumbuhkan banyak pertanyaan dalam benak Rain.
"Maksudmu? Ku pikir kau cukup terpaksa menikah denganku." Rain mengubah posisi duduknya kini bersandar pada sandaran sofa bagian samping,dan mengarah pada Raeba.
"Ya, terpaksa ataupun tidak, suatu hari nanti juga akan menikah kan?" Seru Raeba, semakin membuat Rain tidak m ngerti apa maksud dari perkataannya.
"Sudahlah, lupakan saja! Sekarang kita bahas tentang surat dari Kakak Ruyika, sepertinya Dia membutuhkan waktu yang cepat untuk aku membalas suratnya." Putusan Raeba agar Rain tidak semakin salah paham.
"Hem. Kita ke lantai dua sekarang!" Jawab Rain dengan suara datar namun mengandung kelembutan di dalamnya.
•••
Setelah setengah jam lamanya berada di Laboratorium,kini mereka menemukan jawabannya. Rain,tak percaya tapi kenyataannya begitu, sample yang di kirimkan bersama surat itu, ternyata jauh mematikan dari pada racun yang di konsumsi,Rain.
"Akhirnya selesai juga." Raeba meregangkan otot-ototnya yang cukup lama bekerja keras.
"Rain?" panggilnya, saat Rain masih sibuk dengan hasil penelitian mereka hari ini.
Rain, mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang akhir-akhir ini sangat di rindukannya. "Kenap—"
"—Terima kasih, semuanya."
Belum selesai dengan ucapannya,Raeba,sudah menyela dan berhamburan masuk ke dalam pelukan,Rain. Untunglah Rain siap, hingga mereka hanya terduduk di bangku,jika tidak mungkin mereka berdua terjungkal ke belakang dan mendarat di lantai.
"Akhirnya aku bisa berguna untuk kakak,Ruyika." Senangnya, tanpa kendurkan pelukan pada tubuh,Rain, yang kini sudah duduk dengan benar.
"Kamu memang sangat berguna bagi orang banyak! Termasuk aku." Rain, mempererat pelukannya pada gadis mungil dengan pakaian jubah khusus untuk meneliti,jubah putih dengan kerah yang kaku.
Tidak ingin membuang banyak waktu,kini surat dari Ruyika sudah terbalas dan waktunya untuk mereka makan siang. Sore ini mereka akan berangkat ke istana kerajaan Magthur,bersama Leader, Aya.
Sedangkan di Istana kerajaan Gaperals. Ruyika, bergerak gelisah dengan menopang dagu dengan kepalan tangannya.
"Apakah ada berita baru dari luar paviliun, Vena?" Berharap agar Khairan segera kembali dari luar istana.
"Ada Nona,Ruyika. Nona Gusia terseret kasus pencemaran nama baik, Putri Husekayla." Sahut Vena dengan lembut.
"Eh,bukan itu,Vena." Ruyika, menggaruk tengkuknya merasa salah pengucapan.
"Oia, Putra Mahkota Khairan sudah kembali dari luar beberapa waktu yang lalu, Nona." Ucap Vena yang langsung di angguki Ruyika.
Ruyika, segera berdiri dan beranjak dari duduknya. "Aku akan menemuinya sekarang, awasi gerak-gerik pelayan itu,Vena!" Ruyika, segera pergi untuk mengunjungi kediaman,Khairan.
Dengan langkah lebar, berjalan menyusuri jalan yang di apit bangunan mewah dengan ukiran yang sangat indah. Ruyika, tersenyum manis di balik cadar tipisnya setiap kali mengingat betapa terkejutnya Khairan saat dirinya muncul di kediamannya tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
"Selamat malam, Putri mahkota Ruyika."Sapaan pelayan dan prajurit yang bertemu dengan,Ruyika.
"Saya mau bertemu dengan, putra mahkota Khairan."
"Pu-putri, mahkota Ruyika? Silahkan masuk Putri."
Dengan senang hati masuk dan melewati beberapa pintu besar hingga akhirnya ia bertemu dengan pengawal pribadi milik,Khairan.
"Dimana, putra mahkota Khairan?" tanyanya dengan nada rendah namun terkesan tegas.
"Putra Mahkota Khairan berada di dalam ruangan kerjanya, Putri mahkota Ruyika." Rakesh,menunduk hormat dengan kepala tertunduk.
"Hem. Aku akan menemuinya."
"Si-silahkan, Putri mahkota Ruyika." Gugup Rakesh saat berbicara langsung dengan Ruyika yang terlihat cukup menekan dengan penampilannya.
Melewati Rakesh yang masih menunduk, dan berjalan menuju ruangan kerja Khairan. Begitu gadis cantik itu menemukan orang yang sangat di nantikan kepulangannya itu, hatinya langsung di jalari rasa hangat yang membuncah.
"Putra Mahkota Khairan?" panggilnya lembut dengan jantung berdetak kencang.
Khairan, mengangkat kepalanya dan mendapati seorang gadis cantik bermata hijau kebiruan yang kini tengah berdiri di depan meja kerjanya,dengan senyuman manis di balik cadar tipis yang menutupi wajah cantiknya.
"Kamu? Kemarilah!" Khairan berdiri dari duduknya dan menangkap tubuh Ruyika yang menghambur ke dalam pelukannya.
Entah sejak kapan mereka saling mencintai,tapi semenjak Ruyika tinggal di istana kerajaan Gaperals, Khairan begitu peduli dan sangat baik padanya. Hingga keduanya menjalin kerja sama yang sangat kompeten.
"Kenapa tidak menunggu kedatangan ku di kamarmu,heh? Kenapa harus datang kemari? Bagaimana jika ada orang jahat di perjalanan dan mencegat langkahmu." Lirih, Khairan di samping telinga Ruyika, yang masih nempel seperti koala.
"Aku ada kabar baik untukmu." Ucapnya dengan nada lembut. Turun dari gendongan Khairan dan segera merogoh sakunya.
"Balasan surat dari,Raeba?" Terkejut Khairan, "secepat itu?" Tambahnya menatap lekat ke arah sebuah gulungan kertas yang masih terikat dengan rapi.
"Kemarin sampainya,tapi aku ingin membukanya berdua denganmu."
Dengan antusias keduanya membuka gulungan kertas itu secara perlahan. Bersamaan dengan itu sebuah bungkusan dengan kain putih terlihat dan beberapa bait tulisan acak yang tidak mudah di baca, hanya Ruyika yang mengetahui tulisan seperti itu, karena ia dan adiknya adalah sejoli yang bersekongkol.
Tidak membutuhkan tanda tangan dengan namanya, hanya satu garis miring dengan sedikit bulatan kecil di bagian bawahnya sebagai kode rahasia keduanya.
"Apa tulisannya?" Tanya Khairan sambil menggaruk kepalanya yang terasa bergerak,ngeri melihat tulisan jelek seperti itu.
"Hahaha..ini adalah rahasia terbesar saudaraku,kami bertiga punya tulisan seperti ini jika mengirim surat kepada satu sama lain,ini salah satu cara agar surat yang kita kirim bebas dari permasalahan,jika sewaktu-waktu seseorang menemukannya." Ucapnya berbisik agar tidak ada yang mendengarnya.
"Cukup pintar. Sepertinya kalian anak-anak penuh kewaspadaan yang sangat tinggi." Pujinya dengan tulus.
"Racun Devour?" Ungkap Ruyika setelah ia membaca semua kalimat tersebut.
"Racun Devour? Bisakah kamu menjelaskan lebih detail?"