NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupanku

Titik Balik Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aufklarung

Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Meyra dan Rey baru saja tiba di rumah. Rey membuka sepatu dengan malas, sementara Meyra melirik jam dinding. Hari masih siang, tapi suasana rumah terasa sunyi. Begitu Meyra masuk ke ruang tamu, ia langsung melihat Alvin duduk di sofa dengan ekspresi dingin. Ia tidak pergi ke kantor seperti biasanya.

Meyra menarik napas panjang. Ia tahu ini akan menjadi percakapan yang panjang dan sulit.

“Rey, kamu ke kamar dulu ya. Jangan khawatir, Mommy yang akan bicara dengan Papa,” ujar Meyra lembut.

Rey mengangguk, meski dalam hatinya ada perasaan tak nyaman. Ia berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Meyra dan Alvin di ruang tamu.

“Aku ingin bicara di kamar,” kata Meyra kepada Alvin.

Alvin mengangkat bahunya, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mereka. Meyra menyusul di belakang. Begitu pintu tertutup, suasana menjadi lebih tegang.

“Aku akan pindahkan Rey ke sekolah berasrama,” kata Alvin tiba-tiba. “Dia semakin tidak terkendali. Selalu menyusahkan.”

Meyra menatap suaminya dengan tajam. “Bapak tahu apa penyebab Rey melakukan itu?” tanya Meyra dengan suara tenang namun tajam. “Karena dia membela harga diri papanya. Dia tidak mau papanya jadi bahan olok-olokan teman-temannya.”

Alvin mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

“Bapak tahu kalau foto Bapak banyak beredar? Dengan perempuan yang berbeda-beda, keluar dari klub malam?” Meyra melipat tangannya di dada. “Jadi di sini siapa penyebab masalahnya? Rey atau Bapak?”

Alvin terdiam sejenak, lalu berkata dingin, “Segala sesuatu yang kulakukan di luar sana bukan urusan Rey.”

Meyra mendekat. “Kami tidak peduli apa yang Bapak kerjakan di luar sana. Rey juga tidak akan peduli, tapi karena menyangkut harga diri seseorang, dia jadi terlibat masalah. Dia harus menanggung malu atas perbuatan yang tidak diperbuatnya. Apa itu tidak menjadi urusannya?”

“Aku sudah putuskan. Rey akan pindah ke sekolah asrama.” Alvin bersikeras.

Meyra panik. Ia menggenggam lengan suaminya. “Tolong jangan pindahkan Rey. Aku mohon, Bapak. Aku akan melakukan apa pun supaya Rey tetap di rumah ini.”

Alvin menyeringai. Ia merasa menang. “Baiklah. Aku tidak akan memindahkan Rey, tapi aku punya satu syarat.”

Meyra menatap Alvin dengan cemas. “Apa syaratnya?”

Alvin mendekat, suaranya merendah. “Layani aku selayaknya aku suamimu. Kapan pun aku mau.”

Meyra terdiam. Ia menunduk, berpikir sejenak. “Baiklah,” jawabnya pelan. “Tapi ada satu syarat dari aku. Bapak harus periksa kesehatan. Khususnya penyakit kelamin. Karena Bapak sering gonta-ganti pasangan.”

Wajah Alvin memerah. “Apa kamu kira aku orang bodoh dan murahan? Aku tidak pernah tidur dengan mereka. Tidak harus menyatu untuk tidur bersama. Banyak cara, kan sayang?”

Meyra tersenyum tipis. “Kalau begitu, tidak masalah kan? Kalau Bapak menolak, ya tidak apa-apa.”

Alvin menggeram, tapi akhirnya berkata, “Oke. Setelah hasilnya keluar, kamu harus siap melayaniku.”

Alvin pun bergegas menuju laboratorium untuk menjalani tes kesehatan. Ia pulang beberapa jam kemudian dengan wajah lesu. Sesampainya di rumah, ia melihat Rey dan Meyra sedang mencuci piring di dapur.

“Rey, Papa mau bicara,” panggil Alvin.

Rey meletakkan piring dan mengeringkan tangannya. Mereka berjalan ke belakang taman.

“Papa minta maaf kalau karena kesalahan Papa, kamu jadi terlibat masalah,” kata Alvin dengan suara lirih. “Kata-kata Mamimu menyadarkan Papa bahwa Papa tidak bisa terus seperti ini.”

Rey tersenyum kecil. “Gak apa-apa, Pa. Anggap saja ini titik balik untuk kita semua.”

Ponsel Rey bergetar. Ia membuka WhatsApp dan tersenyum lebih lebar.

“Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?” tanya Alvin curiga.

“Ada WA dari wali kelas Rey. Katanya dia bersedia jadi Papi Rey untuk mendampingi Mommy,” jawab Rey santai.

Alvin mengernyit. “Wali kelasmu itu apa tidak tahu kalau Mommy masih punya Papa?”

Rey tertawa kecil. “Kan Pak Bryan tahu masalah kita. Mungkin dia kasihan sama Mommy. Jadi dia mau jadi pelindung Mommy daripada disia-siakan. Ya bagus, Pak Bryan bisa jadi Papi baru Rey.”

Alvin memelototi Rey. “Rey!”

Rey mengangkat tangan, seolah menyerah. “Papa cemburu ya?”

Alvin tidak menjawab, tapi wajahnya jelas menunjukkan kecemburuan. Rey menepuk bahu papanya.

“Papa cinta sama Mommy, kan? Untuk membuktikan cinta, harus ada pengorbanan, Pa. Jangan gengsi. Papa harus berubah supaya Mommy luluh hatinya. Jangan keluar malam lagi, jangan gonta-ganti wanita. Kalau Papa cinta Mommy, cukup Mommy aja.”

Alvin terdiam, menatap Rey dengan tajam.

“Eh, maaf, Pa. Aku bercanda. Jangan pukul aku ya,” kata Rey sambil tertawa kecil.

Namun, alih-alih marah, Alvin justru tertawa pelan. Ia mengacak rambut Rey.

“Terima kasih, Rey. Kamu benar,” ujar Alvin akhirnya. “Papa akan mencoba berubah.”

Rey tersenyum. Di dalam hati, ia berharap keluarganya akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Alvin lalu berjalan masuk ke dalam rumah, menatap Meyra yang sedang membersihkan lantai.

“Apa kita panggil orang untuk membantu membersihkan rumah ini?” tanya Alvin.

Meyra tersenyum tipis. “Gak usah, Pak. Saya kan gak ada pekerjaan. Ya setidaknya ini kegiatan saya.”

Rey ikut membantu Meyra. Alvin mendekat. “Ada yang bisa kubantu?”

“Gak usah repot-repot, Pak. Saya dan Rey sudah cukup,” jawab Meyra.

“Kenapa dari tadi saya dan Pak? Mulai sekarang panggil aku Papi, ya,” kata Alvin dengan memaksa.

Rey terkekeh. “Baiklah, Papi.”

Meyra tersipu malu, tapi ia tidak bisa mengelak. Alvin kemudian berbisik pada Meyra, “Oh iya, sebagai suami istri kita harus menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak. Jadi sebelum Papi pergi kerja dan sesudah pulang kerja, Mami harus mencium pipi Papi. Kalau keberatan, ya Rey akan Papi pindahkan sekolahnya.”

Meyra ingin protes tapi karena ada Rey di sana, ia tidak bisa berkutik. “Baiklah, Pak,” jawab Meyra akhirnya.

Alvin langsung protes. “Kok Pak? Panggil Papi, loh, Mami.”

Meyra merasa terpaksa, menatap Alvin. “Baiklah, Papi.”

. Tibalah jam 12 siang, Meyra bersiap-siap untuk pergi menjemput Rheana dan Cessa. Meyra memanggil Rey, “Ayok temani Mami menjemput adik-adikmu.”

Rey menjawab, “Iya Ma, Rey ganti baju dulu.”

Alvin yang mendengar mereka mau pergi lalu berkata, “Kita saja yang jemput. Rey di rumah saja. Dia sedang mengerjakan tugas-tugasnya dari sekolah.”

Akhirnya, Alvin dan Meyra pergi menggunakan mobil Alvin. Di sepanjang perjalanan, Meyra hanya diam, menatap jalan dengan tatapan kosong.

Alvin meliriknya dan berkata, “Kita makan siang di mana? Aku yang traktir.”

Meyra tidak menjawab. Alvin melanjutkan, “Kalau kita berdua saja, bisakah kamu memanggilku sayang, Meyra?” tanyanya memaksa.

Meyra hanya menatap Alvin tanpa memberikan respons.

Karena Meyra tidak merespons, Alvin mulai mengancam, “Baiklah. Kalau begitu, memang Rey tidak akan kupindahkan ke asrama, tapi akan kupindahkan ke tempat neneknya.”

Meyra akhirnya menghela napas, merasa terpojok. “Baiklah, sayang,” ucap Meyra lirih.

1
Anastasia Silvana
Baik,bisa diikuti alurnya.
Anastasia Silvana
Akhirnya satu persatu menemukan jalannya
Happy Kids
rasain tuh kesepian. salah sendiri diajak jd pasanhan normal saling berbagi gamau. rasain aja tuh. ga perlu sedih sedih
XimeMellado
cerita ini sudah bikin saya merinding dan ingin tahu terus plotnya. Bravo thor!
paulina
Keren banget gambaran tentang Indonesia dalam cerita ini, semoga terus mempromosikan budaya! 🇮🇩
Reana: terima kasih atas dukungannya🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!