Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Menyelidiki
Yura berdiri didepan pintu, menempelkan telinganya pada pintu untuk mendengar suara didalam. Didalam ruangan itu berjejer 15 preman dengan tongkat besi dan pisau ditangan mereka bersiap untuk menyergap mereka masuk. Yura berbalik badan menatap Kenzo.
" Kau bisa?" tanya Kenzo, Yura mengangguk.
" 7 menit." kata Yura. Kenzo mengangguk. Yura lalu pergi mengambil tongkat besi bekas preman yang berjatuhan dilantai saat dipukul oleh Yura. Preman itu ketakutan saat melihat Yura berjalan kearah mereka, saat Yura hanya mengambil tongkat besi mereka bernafas lega. Pukulan yang Yura berikan mengenai vital mereka didada dan kaki sehingga mereka merasa sesak dan tidak bisa kabur karena kaki mereka serasa patah.
Yura membuka pintu itu lalu menutup kembali, Han, Adriana, Kenzo dan Calvin menunggu diluar. Calvin, Han, dan Adriana dengan cepat menempel telinga dipintu, mereka mendengar pukulan dan teriakan didalam, pertempuran didalam ruangan pecah, teriakan orang didalam sampai ketelinga mereka membuat mereka merinding.
" Apa kau tidak cemas pada Yura?" tanya Han pada Kenzo.
" Yang harus ku cemaskan adalah preman itu, jangan sampai Yura memukulinya sampai mati." kata Kenzo, Han kembali menempelkan telinganya pada pintu, Kenzo melirik jam tangannya, tepat 7 menit pintu tiba-tiba terbuka, mereka bertiga langsung terdorong kedalam lalu jatuh. mata mereka terkejut melihat penampakan yang ada didalam, Kali ini banyak darah dimana-mana, mereka meringis dan ada yang pingsan, wajah mereka babak belur dari hidung hingga bibir berdarah.
Mereka bertiga segera berdiri, Kenzo melangkah kedepan melihat kedalam, seseorang sudah diikat dikursi dengan wajah babak belur. Kenzo mendekati pria yang sudah terikat dikursi lalu memperhatikan wajah tua pria itu. Adriana ikut memperhatikan pria itu lalu mengecek ponselnya untuk melihat apakah persis seperti yang dikirim padanya.
" Dia, Patra ketua preman." kata Adriana.
Kenzo mengeluarkan foto yang pernah diberikan wanita itu sewaktu dirumah sakit, yaitu dua anak dari panti asuhan.
" Kau mengenal mereka?" tanya Kenzo, pria itu memperhatikan foto lalu menoleh pada Kenzo.
" Tidak tau." katanya membuang muka.
" Lihat baik-baik, kau tau anak ini dimana?" tanya Kenzo lagi.
" Aku tidak bisa mengingatnya."
" Aku akan mengingatkan, dua saudara ini dulunya dari panti asuhan, setelah diusir kamu menemukannya lalu menjual mereka, aku tanya di keluarga mana kau menjualnya?"
" Aku tidak ingat dan tidak tau siapa yang kau maksud, aku tidak mengetahui anak 20 tahun yang lalu." Kenzo tersenyum.
" kapan aku menyebut tentang anak 20 tahun yang lalu?" pria itu menelan ludah bahwa dia sudah ketahuan berbohong. Pria itu menatap Kenzo.
" AKU TIDAK TAU." jawabnya mengeja setiap kata.
" Kau tidak tau?" kata Kenzo, Yura maju lalu menghajarnya, memukul nya tetapi tetap teguh pada pendirian. Yura mengambil pisau kecil dilantai. Patra memperhatikan apa yang Yura lakukan secepat kilat Yura langsung menusuk paha Patra hingga pria itu berteriak kesakitan. Yura berjongkok dihadapan pria yang berteriak itu, ia melihat pahanya keluar darah, Yura memelintir pisau itu Patra kembali berteriak Yura menatap tajam mengintimidasi menimbulkan ketakutan yang besar dalam hati Patra. Han, Calvin dan Adriana merasa ngilu melihat pisau itu dipelintir hingga darah bercucuran.
" Masih mengatakan tidak tau?" kata Yura la mencabut pisau itu dan bersiap akan menusuk pahanya yang lain.
" Aku INGAT..." teriaknya saat pisau itu hampir mencapai pahanya yang lain, nafasnya turun naik ketakutan melihat apa yang dilakukan Yura menatap ngeri pada pria itu. Yura berdiri lalu mundur membiarkan Kenzo berbicara dengannya.
" Sekarang katakan dimana mereka." kata Kenzo memperlihatkan foto itu padanya, Lama Patra berdiam.
" Tuan muda, apa perlu aku mencungkil matanya karena kedua matanya tidak berguna, atau menjahit mulutnya." kata Yura, Patra ketakutan mendengarnya.
" Aku katakan, dia diadopsi keluarga kaya, aku hanya mengetahui anak ini, yang satunya aku tidak tau." katanya merujuk foto sang kakak.
" Kau yakin?" kata Kenzo, pria itu mengangguk.
" Keluarga mana?"
" Keluarga Ashaka."
" Ashaka? Keluarga paling berpengaruh dikota ini, dari keluarga pengusaha, jaksa dan politik ditempati oleh keluarga itu, hampir tidak bisa disentuh." kata Han tidak percaya, Calvin dan Adriana juga terkejut karena keluarga itu memang terkenal reputasinya yang baik. Jika mereka menyinggung keluarga itu yang ditakutkan adalah tidak memiliki masa depan lagi dikota ini.
" Kau tau?" tanya Kenzo pada Han yang tidak tau tentang keluarga itu. Han mengangguk.
" Ayo pergi..." kata Kenzo.
" Kemana?" tanya Han.
" Mencari kepala keluarga Ashaka, kita hanya akan menanyai putra dari keluarga Ashaka."
" Setauku Dokter Rhyan Ashaka anak dari keluarga Ashaka juga, dia anak adopsi 20 tahun yang lalu, kurasa anak yang kita cari adalah dia." kata Calvin.
" Bagaimana kau tau?" tanya Han.
" Kenzo pernah memintaku untuk mencari tau tentang latar belakang masa lalunya, aku baru ingat sekarang." jawab Calvin. Mereka bergegas pergi untuk menyelidiki tentang Rhyan meninggalkan Patra yang masih terikat, pria itu berteriak meminta dilepaskan tetapi tidak ada yang perduli, mereka sudah pergi dari tempat ini.
Mereka berlima tidak menemui dokter Rhyan tetapi pergi memantau keluarga itu dari jauh, siapa saja anggota keluarga Ashaka. Mereka berjaga memantau dari teropong dari jarak yang cukup jauh agar tidak menimbulkan kecurigaan.
" Apa Rhyan tinggal dirumah ini?" tanya Han. Mereka semua menggeleng tidak tau.
" Kita lihat dulu keluarga Cemara ini." kata Calvin agar Han tidak banyak bertanya.
Hari sudah malam, mereka tidak mendapatkan hasil apapun selain bahwa rumah itu mempunyai banyak pengawal yang menjaga karena kebanyakan dari mereka orang penting, terlihat bahwa rumah itu dijaga ketat dan Rhyan sama sekali tidak muncul masuk kerumah itu.
" Lelah sekali, aku tidak sanggup... pekerjaan ini terlalu melelahkan, lihat mataku hampir buta memakai teropong." kata Han mengeluh pada Yura sambil melebarkan matanya untuk dilihat Yura, ia bersikap menyedihkan.
" Tidak ada orang yang sampai buta memakai teropong, berhenti mengeluh." kata Yura lalu mendorong Han agar menjauh darinya.
" Ada yang datang." kata Adriana, mereka segera bersembunyi agar tidak diketahui, untuk melihat siapa yang datang.
" Paman?" kata Kenzo terkejut. " Kenapa dia kerumah keluarga Ashaka?" kata Kenzo bingung. " Aku akan mengintrogasinya besok." kata Kenzo. Tengah malam karena lelah mereka tidur hanya Yura yang berjaga memantau apa yang terjadi, ia memotret siapa pun yang lewat menuju rumah itu.
Saat pagi mereka bangun melihat Yura masih terjaga, Kenzo bertanya apa yang ia dapatkan semalam, Yura memperlihatkan semua foto yang ia ambil dan mereka mulai mencari tau identitas siapa dalam foto itu untuk mencari petunjuk siapa saja yang harus mereka manfaatkan atau yang tidak bisa mereka singgung.
Tugas berat itu diserahkan pada Han membuat pria itu hampir menangis karena takut jika menyinggung salah satu keluarga itu maka bisa dibayangkan oleh Han ia tidak memiliki masa depan.
" Apa tidak ada orang lain?" kata Han menatap sedih mereka semua.
" Hanya kau yang bisa kami andalkan." kata Kenzo menepuk pundaknya untuk menguatkan pria itu yang sedang takut.
" 3 hari adalah paling lama, kau harus mendapatkan semua indentitas orang ini, kecuali pamanku, biar aku yang urus." kata Kenzo memberikan kamera pada Han, Han menerimanya dengan berat hati.
Calvin dan Adriana menepuk pundak Han menguatkan pria itu untuk berani. " Kurasa kalian hanya mengorbankan aku untuk menyelamatkan diri kalian sendiri, kalian memang jahat, tidak setia kawan." katanya bersedih, mereka hanya cekikikan tertawa mendengar keluh kesah Han yang sedang berpura-pura sengsara itu. Setelah itu mereka pulang.