Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 : Orang-orang yang berbahaya
Perjalanan menuju ibu kota Valencia terasa semakin menegangkan. Kabut pagi yang sebelumnya menyelimuti jalan berbatu mulai menghilang, digantikan oleh langit cerah yang tampak tenang, kontras dengan suasana hati kelompok The Hunters. Mereka kini beriringan dengan Lady Virellia dan kelompok pengawalnya yang mengikuti di belakang, masing-masing menunggang kuda hitam dengan pakaian gelap.
Arkane yang menunggang di sebelah Spectra melirik Lady Virellia dengan tajam. "Tuan Spectra, Aku masih tidak percaya kita membawa dia. Kalau dia berubah pikiran dan mencoba menikam kita dari belakang, aku akan—"
"Tidak usah khawatirkan itu," Spectra memotong dengan nada dingin. "Aku tahu apa yang aku lakukan."
Arkane mendengus." Meski begitu kita harus hati-hati, aku yakin dia menyimpan sesuatu. Lihat saja, dia bahkan tersenyum seolah tahu sesuatu yang kita tidak tahu."
Di depan mereka, Lady Virellia melirik ke arah Spectra, senyumnya tipis seperti biasa. "Apa kalian sedang membicarakan ku di belakang? Kau sebaiknya berhati-hati, aku bisa mendengar setiap bisikanmu," katanya dengan nada menggoda.
Arkane menggerutu, sementara Spectra menatap Lady Virellia. "Kita belum selesai, Virellia. Kau ikut dengan kami, tapi aku masih tidak mengerti tujuanmu sebenarnya."
Lady Virellia tertawa kecil. "Tujuanku? Bukankah aku sudah bilang? Aku punya urusan di ibu kota. Sama seperti kalian."
Spectra mengerutkan kening. "Hey, apa kau mengenal orang dengan nama Velindra?"
Mendengar nama itu, Lady Virellia menghentikan kudanya. Wajahnya berubah serius, lalu ia terbatuk pelan. "Velindra... Itu nama yang membawa kenangan buruk. Tapi aku yakin kau tahu itu hanya samaran."
Spectra meliriknya tajam. "Apa maksudmu?"
Lady Virellia menarik napas dalam-dalam, tatapannya menjadi gelap. "Velindra sebenarnya adalah Medeline, salah satu petinggi Eclipse Sanctum. Organisasi itu bergerak di balik bayangan, mengendalikan kerajaan-kerajaan besar dari balik layar. Jika Medeline terlibat, maka Dale bukan sekadar penguasa sementara. Dia mungkin... hanya boneka mereka."
Elina yang mendengar percakapan itu terlihat terkejut. "Boneka? Maksudmu Tuan Dale dikendalikan?"
Lady Virellia mengangguk. "Kemungkinan besar. Eclipse Sanctum memiliki artifak spesial yang dapat mengendalikan pikiran. Jika dia benar-benar ada di bawah kendali Medeline, maka semua tindakannya bukan atas kehendaknya sendiri."
"Tapi sepertinya artifak tersebut tidak bisa sepenuhnya mengendalikan Dale, mereka perlu waktu untuk mengendalikan Dale sepenuhnya" Sambung Virellia.
Spectra terdiam. Ia mengingat pertemuannya dengan Dale. Bagaimana pria itu dulunya hanyalah seorang laki-laki yang penuh semangat yang sama sekali tidak memiliki ambisi politik.
"Aku kenal Dale," kata Spectra akhirnya. "Dia bukan tipe orang yang menginginkan kekuasaan. Ketika aku bertarung dengannya dulu, dia hanya ingin hidup bebas sebagai petualang. Setelah aku mengalahkannya, dia malah mengajakku berkeliling untuk mencari tantangan baru. Jika dia berubah seperti sekarang, pasti ada sesuatu yang salah."
Lady Virellia menatap Spectra dalam-dalam. "Kau benar. Medeline pasti mengincarnya untuk tujuan besar. Aku yakin mereka ingin menguasai kerajaan Valtherion menggunakan Dale sebagai boneka mereka. Dan jika dia sudah mendapatkan kepercayaan rakyat... maka dia akan menjadi alat yang sempurna."
Mendengar itu, Arkane tampak marah. "Kalau begitu, kenapa kita tidak langsung ke sana dan menghancurkan Medeline? Atau siapapun itu"
"Jangan gegabah, Arkane," Spectra memperingatkan. "Medeline tidak mungkin bertindak sendirian. Jika dia memiliki artifak itu, kita harus sangat berhati-hati."
Suasana menjadi semakin tegang. Lady Virellia melanjutkan, "Kalian harus tahu, Eclipse Sanctum tidak hanya kuat secara kemampuan fisik individual, tapi juga cerdas. Mereka mungkin sudah menyiapkan jebakan di ibu kota. Jika kalian benar-benar ingin menyelamatkan Dale, kalian harus siap menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar pertempuran biasa."
Spectra menggenggam kendali kudanya dengan erat. "Kalau begitu, kita tidak punya waktu untuk membuang-buang tenaga di sini. Kita harus mempercepat perjalanan."
Sementara itu, di dalam istana Valencia, Dale berdiri di aula utama. Matanya terlihat kosong, hampir seperti tidak ada jiwa di dalamnya. Di depannya, Velindra atau Medeline, seperti yang diketahui Lady Virellia tersenyum penuh kemenangan. Wanita dengan rambut panjang itu mengenakan gaun hitam berhiaskan permata, matanya tajam seperti elang.
"Elias sudah di tangan kita" kata Medeline sambil berjalan mengitari Dale. "Sekarang, aku ingin kau menangkap semua pihak yang mendukungnya. Siapa pun yang menentang mu harus dilenyapkan."
Dale mengangguk patuh, suaranya terdengar datar. "Aku mengerti. Aku akan memimpin pasukan untuk menangkap mereka."
Medeline tersenyum lebih lebar. "Bagus sekali. Kau adalah pion yang sangat berguna, Dale. Jangan khawatir, aku akan memastikan kau mendapatkan apa yang kau butuhkan... selama kau tetap patuh."
Dale tidak merespons. Ia hanya berbalik dan berjalan keluar aula. Pasukan yang sudah bersiap di luar langsung berbaris rapi di belakangnya. Namun, saat gerbang istana dibuka, Dale dan pasukannya terkejut.
Sebelum Dale sempat memberikan perintah pada pasukannya, gerbang utama istana terbuka. Dua sosok muncul, duduk anggun di atas kuda mereka. Pangeran Rowan, dengan senyum ceria yang terasa licik, melangkah masuk bersama Putri Seraphine, yang tampak dingin dan penuh perhitungan. Meski tampak ramah, ada sesuatu dalam tatapan mereka yang membuat suasana semakin mencekam.
“Adikku tersayang,” sapa Rowan dengan nada santai. “Sudah lama kita nggak ketemu. Kau terlihat sibuk, ya? Bagus sekali. Ayah pasti bangga.”
Dale menatap mereka dengan datar. “Apa yang kalian lakukan di sini?”
Seraphine tersenyum kecil, tapi sorot matanya menusuk. “Kami dengar ada kejadian yang menarik di ibu kota. Sebagai saudara, wajar kalau kami ingin memastikan kau baik-baik saja, bukan?”
Medeline melangkah maju, berdiri di samping Dale. Matanya menyipit, menatap kedua tamu tak diundang itu dengan waspada. “Wah wah, Saudara yang begitu perhatian. Tapi aku yakin Dale bisa mengurus semuanya sendiri.”
Rowan tertawa kecil, tapi tawanya terdengar kosong. “Tentu, tentu. Kami nggak bermaksud ikut campur. Kami hanya ingin mampir sebentar, Oh ngomong-ngomong bagaimana kabar Elias?”
Medeline tidak menjawab pertanyaan itu. Tatapannya tajam, tapi ia menahan diri. “Jika kau hanya ingin mampir silahkan saja. Tapi jangan sampai kalian menghalangi, kami tidak akan segan menyingkirkan kalian." Ancam Medeline
Rowan tersenyum tipis, seperti merasa tenang dan tak takut dengan ancaman itu, “Tentu saja tidak. Kami di sini hanya untuk mendukung, bukan mengganggu.”
Dale tetap berdiri kaku, wajahnya tanpa ekspresi. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang mulai bergolak. Kata-kata saudara-saudaranya menyentuh sisi kecil dari dirinya yang masih bebas, meski dikendalikan artifak.
Medeline melirik Dale, lalu berkata dengan nada dingin, “Kita pergi sekarang. Pasukan sudah menunggu.”
Dale mengangguk pelan, lalu memimpin pasukannya keluar. Rowan dan Seraphine tetap berdiri di tempat, menatap punggung Dale yang semakin menjauh. Begitu Dale hilang dari pandangan, Rowan memecah keheningan.
“Velindra itu berbahaya, Sepertinya sekarang dia telah mengendalikan Dale sepenuhnya. Tapi aku yakin kita bisa memanfaatkan ini,” ucapnya, senyumnya berubah dingin. “Kalau kita mainkan kartu kita dengan benar, Dale bisa menjadi milik kita, bukan dia.”
Seraphine melirik Rowan, sudut bibirnya terangkat sedikit. “Aku tahu. Dan ketika saatnya tiba, kita harus pastikan Velindra kehilangan semua kendalinya.”
Mereka saling tersenyum, tapi di balik senyum itu, terlihat ambisi besar yang tidak kalah liciknya dari Madeline.
Di sisi lain, Spectra dan kelompoknya terus melaju menuju Valencia. Meskipun langkah mereka tidak melambat, bayangan bahaya semakin terasa di depan mata. Perjalanan ini jelas bukan sekadar menyelamatkan Dale. Apa yang menunggu mereka di ibu kota akan mengubah segalanya.