Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Saat ini Ghendis telah dipindahkan ke ruang perawatan umum. Hanya tersisa selang infus ditubuhnya. Dari tadi matanya telah terbuka, tapi gadis itu masih terus diam tanpa suara. Mama Reni meraih tangan Ghendis dan menggenggamnya.
"Ghendis, katakan apa yang ingin kamu ungkapkan, Nak. Jangan diam saja. Mungkin dengan mengatakannya akan mengurangi rasa sesak di dada kamu," ucap Mama Reni dengan lembut.
"Ma, maafkan aku ...," ucap Ghendis dengan suara pelan.
"Kenapa kamu minta maaf? Kamu tak ada salah dengan mama," balas Mama Reni.
Ghendis kembali diam. Napasnya tampak tidak teratur. Mama Reni menggenggam tangan menantunya dengan lembut.
"Di mana teman yang bersamaku, Ma?" tanya Ghendis akhirnya. Dia meminta maaf karena merasa bersalah pergi dengan pria selain suaminya.
Mama Reni menarik napas dalam. Dia telah tahu cerita tentang pria yang bersama Ghendis dari Aksa. Wanita itu tak sanggup mengatakan pada Ghendis jika temannya telah tiada.
"Ma, dimana temanku di rawat?" Kembali Ghendis bertanya dengan suara pelan. Sepertinya masih menahan rasa sakit.
"Ghendis, sekarang kamu fokus dulu dengan kesehatan kamu. Setelah sembuh bisa bertemu dengannya," jawab Mama Reni.
"Ma, Dicky tak bersalah. Aku yang minta dia menemaniku. Dia pria baik. Aku yang salah. Maafkan aku," ucap Ghendis lagi.
"Sudahlah, Sayang. Jangan minta maaf terus. Kamu tak bersalah. Mama yang seharusnya minta maaf atas nama Aksa," balas Mama Reni. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Turun membasahi pipi.
Mama Reni telah melihat CCTV di rumah Aksa. Awalnya sang putra tak mau, tapi dia memaksa. Setelah melihatnya, mama Reni menangis membayangkan kesedihan Ghendis.
Ghendis diam. Dari matanya juga mengalir air membasahi pipi. Dia kembali teringat semua kejadian itu.
"Jangan menangis, Ghendis. Mama tak mau kamu drop lagi. Alice setiap hari menangis menanyakan kamu," ujar Mama Reni.
"Alice ...." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Ghendis, setelah itu menangis terisak. Mama Reni mengelus tangan menantunya untuk menenangkannya.
"Kamu mau bertemu Alice, Nak?" tanya Mama Reni dengan lembutnya. Ghendis menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Mama Reni lalu menghubungi Aksa, meminta anaknya membawa Alice sekalian saat ke rumah sakit.
***
Jam tujuh malam Aksa datang dengan Alice dan juga Ibu Novi. Wanita itu masuk, dan dengan wajah yang cemberut melihat ke arah Ghendis.
Alice tersenyum melihat Ghendis yang telah membuka matanya. Dia mengembangkan tangan seolah minta di gendong.
"Mimi ...," panggil Alice dengan riang.
"Sayang Mimi," panggil Ghendis dengan suara serak karena tangisnya.
Alice langsung memeluk Ghendis begitu Aksa membawa ke hadapan gadis itu. Alice memeluknya erat seolah takut ditinggalkan lagi.
"Mimi, jangan bobok lama-lama lagi. Aku ingin bermain dengan Mimi," ucap Alice dengan polosnya.
"Sayang, sudah ya peluknya. Mimi masih sakit," ujar Aksa. Dia mengangkat tubuh anaknya dari Ghendis.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar," ucap Aksa dengan suara yang datar karena masih kaku bicara dengan gadis itu. Di luar dugaan Ghendis membuang mukanya.
Ibu Novi yang melihat tingkah putrinya itu langsung terbawa emosi. Dia lalu mendekatinya.
"Ghendis, hormati Aksa. Dia suami kamu. Apa pantas seorang istri membuang mukanya saat suami bicara!" ucap Mama Novi.
Ghendis bergeming dari ucapan sang ibu. Dia tetap membuang mukanya. Tak ingin memandangi wajah suaminya itu.
"Kamu itu seharusnya minta maaf karena pergi dengan pria lain padahal telah menikah. Buat malu mama saja kamu ini!" ucap ibu Novi dengan ketus.
Mama Reni langsung menatap tajam pada sahabatnya itu. Tidak menyangka dia sebagai seorang ibu akan bicara ketus begitu pada anaknya, padahal baru saja sadar dari koma.
"Bu, sudahlah. Ghendis baru sadar. Jangan banyak bicara dulu," balas Aksa.
"Aksa benar, Novi. Jangan buat Ghendis kembali drop dengan ucapanmu itu. Biar dia tenang dulu,' ucap Mama Reni.
Ibu Novi akhirnya diam. Dia lalu duduk di sofa. Aksa sendiri duduk di samping ranjang sang istri. Di pangkuannya ada Alice duduk sambil memegang tangan Miminya.
"Mimi, cepat pulang. Aku mau makan masakan Mimi," ucap Alice.
"Iya, Sayang ...," Hanya itu jawaban dari Ghendis.
Saat Alice dan Ghendis akan mengobrol lagi, terdengar suara ketukan di pintu. Ternyata dokter yang masuk, ingin memeriksa kesehatan wanita itu.
"Apa kabar Ghendis?" tanya Dokter.
"Alhamdulillah sudah mulai membaik, Dok. Cuma kenapa kakiku terasa lemah, dan sulit digerakkan?" tanya Ghendis dengan rasa cemas. Dia tadi mencoba menggerakkan kaki tapi tak bisa.
"Itu bisa karena kamu yang koma cukup lama. Hanya sementara, hingga kamu terbiasa lagi berjalan. Dari hasil pemeriksaan tidak ada saraf yang rusak di tubuhmu. Semua baik," jawab Dokter.
"Berarti, saya bukan lumpuh selamanya, Dok. Hanya sementara menjelang saya terbiasa," balas Ghendis.
"Betul Bu Ghendis, jadi jangan kuatir. Ibu hanya perlu membiasakan diri lagi," jawab Dokter itu.
"Terima kasih, Dok," ucap Ghendis. Dokter itu menjawab dengan senyuman.
Dokter lalu melakukan pemeriksaan dan memberikan obat untuk dimakan. Setelah itu keluar lagi dari ruangan.
Setelah dokter menghilang, Ibu Novi berdiri dari duduknya dan mendekati Ghendis. Dia memandangi wanita itu dengan mata tajam.
"Apa yang kamu pikirkan sehingga bisa-bisanya pergi dengan pria lain padahal telah bersuami. Jika kamu lumpuh, itu pasti teguran untukmu!" ucap Ibu Novi.
Mama Reni mengurut dadanya yang terasa sesak mendengar ucapan ibu Novi. Dia tak percaya jika seorang ibu bisa berkata begitu dengan putrinya yang sedang di rawat. Aksa juga tampak terkejut. Menyadari itu Ibu Novi lalu diam sejenak.
"Maaf, Nak Aksa. Ibu hanya heran dengan kelakuan Ghendis ini. Sangat berbeda dengan Grace yang selalu mengutamakan kamu sebagai suaminya. Ibu minta maaf atas nama Ghendis, setelah ini ibu pastikan dia tak akan pergi lagi dengan pria selain kamu,"ucap Ibu Novi.
Ghendis hanya diam tanpa menjawab apa pun. Baginya kata-kata ketus dan kejam dari sang ibu adalah hal biasa.
"Maaf Reni, aku kelepasan. Karena aku tak suka wanita yang masih pergi dengan pria lain padahal telah bersuami. Bukannya aku bahagia atas kepergian seseorang, tapi meninggalnya Dicky mungkin hal terbaik untuk hubungan Ghendis dan Aksa kedepannya, tak ada lagi orang ketiga. Aku harap Aksa tak berubah dengan kejadian ini," ucap Ibu Novi.
Bagai di sambar petir Ghendis mendengar ucapan ibunya. Mama Reni dan Aksa juga tampak tak kalah terkejut. Padahal mereka berusaha menutupi semuanya.
"Apa maksud ibu? Apa aku tak salah dengar, Dicky meninggal?" tanya Ghendis dengan suara gemetar.
...----------------...
Selamat pagi semuanya. Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.
thor. bikin aksa nyesel