NovelToon NovelToon
SESURGA BERSAMAMU

SESURGA BERSAMAMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Desty Cynthia

Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Erlando Agathias

Setelah menunggu sekitar 2 hari akhirnya mamih Aleesya mendapat kabar dari dokter Dika yang menangani Zena. "Alhamdulillah, bisa dok, sore ini."

Mamih Aleesya menuju kamar anak menantunya. "Zena sayang, kamu tidur? Zena?" Mamih Aleesya mengetuk pintu kamar.

CEKLEK

"Ii-iya mih maaf agak lama, Zena ketiduran. Kenapa mih?" Tanya Zena, mamih Aleesya menjelaskan tentang pria yang akan menemui Zena. Yaitu pendonor matanya. "Alhamdulillah mih, akhirnya Zena bisa melihat lagi!" Zena berkaca-kaca mendengar kabar bahagia ini.

Mamih Aleesya ke bawah lagi dan mengabari suaminya serta anaknya Atha. Mereka akan segera pulang karena sore ini pendonor itu akan datang bersama dokter Dika membawa surat persetujuan.

-

-

-

"Juna, batalkan meeting! Orang itu mau kerumah!"

"Siapa boss?" Tanya Juna "Aissshhh kau ini, itu loh laki laki yang kamu sebutin kemarin!" kesal Athala dia merapihkan mejanya dan memakai jasnya.

"Oh si duda tampan nan_"

Athala mendekati Juna dan meraih kerah kemejanya "Kau udah bosan hidup hah?!" Ucap Athala dengan sorot mata tajamnya. "Hehehe ampun boss becanda!" Juna mengangkat kedua jarinya sembari cengengesan.

-

-

Athala sudah sampai dirumah, terlihat ada Zena yang sedang mengobrol santai dengan adik-adiknya. "Ehm...mamih mana?" Tanya Athala basa basi. "Mamih lagi bantuin masak, kan mau ada tamu!" Jawab Atharya.

Tanpa bicara lagi Atha menggenggam tangan Zena dan membawanya ke kamar. Hal itu disaksikan oleh kedua adiknya. "Cieee.... Masih sore kak!"

"DIAM !"

Setelah sampai dikamar Atha membawa Zena duduk di sofa "Tunggu di sini aku mau mandi, jangan keluar sebelum aku selesai mandi, mengerti?"

"Iya mas aku di sini." Zena duduk sembari menyalakan tv, meskipun dia tak bisa melihat, setidaknya mendengarkan suara tv membuat dia sedikit terhibur. Cukup lama Athala di kamar mandi, akhirnya dia keluar juga.

Zena tak bertanya dia diam saja menunggu suaminya. "Kita ke bawah sekarang. Kamu tetap di samping aku mengerti?" ucap Athala dengan tegas "Iya mas Atha." jawab Zena lembut

"Tunggu! Cadar kamu mana?"

"Ada di koper kayaknya mas, kenapa?" tanya Zena. Tanpa bicara Atha membuka koper istrinya dan mengambil cadar dengan warna senada. Atha memakaikan cadar itu. "Kenapa pakai ini mas?"

"Jangan banyak tanya! Ayo!"

-

-

Keduanya ke bawah bersama ,ternyata orang yang ditunggu sudah datang bersama dokter Dika. Dia adalah Erlando Agathias. Namun anggota keluarga sedikit heran melihat Zena yang bercadar. Tapi mereka tak mempermasalahkannya.

"Zena, Athala, ini tuan Erlando. Beliau ini yang akan mendonorkan mata almarhum istrinya." Ucap mamih Aleesya dengan lembut. Zena dengan ramah menyapa Erlando, berbeda dengan Atha yang sedikit kecut.

"Hai saya Erlando, langsung saja ke intinya. Jadi anda yang bernama Zena?" Tanya Erlando

"Iya betul tuan, sebelumnya terima kasih sudah bersedia menjadi pendonor." Ucap Zena dengan lembut. Erlando memperhatikan dari atas hingga bawah penampilan Zena.

"Ada satu syarat!"

"Uang? Berapa? Kami sanggup!" celetuk Alana yang baru datang masih dengan pakaian dokternya. Erlando menoleh ke sumber suara. Erlando nampak menyeringai mendengar perkataan Alana. Untungnya dia bukan tipe pemarah.

"Ck...saya sudah kaya nona. Coba tanya tuan Alarich, beliau pasti tahu siapa saya." Jawab Erlando dengan meledek. Mamih Aleesya menarik Alana untuk duduk dan diam. Papih Alarich juga sepertinya sedikit jengkel dengan perkataan Alana barusan.

Alana nampak kesal dengan Erlando, baru juga pertama ketemu sudah menabuh genderang perang. Dia menatap sinis Erlando. "Jadi apa syaratnya?" Tanya Athala

"Eum ... Tolong jaga baik-baik peninggalan almarhum istri saya. Sebelum dia meninggal, dia memang berniat mendonorkan sebagian anggota tubuhnya untuk yang membutuhkan. Semoga operasi anda lancar nanti." Ucap Erlando dengan tersenyum manis.

-

-

-

Setelah berdiskusi masalah ini dan kedua belah pihak telah menandatangani berkas persetujuan operasi, Erlando dan dokter Dika pamit pulang. Namun mereka pisah mobil. Tak disangka mobil Alana menghalangi mobil Erlando.

Alana dengan langkah kesal menghampiri Erlando, dia akan memindahkan mobilnya. "Bisa minggir enggak? Aku mau pindahin mobil?" Ketus Alana.

"Setahu saya, keluarga Dewantara menjungjung tinggi sopan santun nona." Celetuk Erlando "Maksudnya? Om pikir aku enggak sopan gitu?" Alana sudah bersedekap dada.

Erlando mendekati Alana dengan jarak yang cukup dekat "Saya bukan om kamu. Umur saya juga enggak setua itu nona." Erlando tersenyum dengan sangat manis. Membuat Alana sedikit gugup. "Ii-iya maaf, sanaan, aku mau lewat!" Alana buru buru masuk ke mobil dan memindahkan mobilnya.

Dia keluar dari mobil dan lari masuk kerumah. "Hahaha lucu banget, sayang aja jutek!" Ucap Erlando sembari masuk mobil.

-

-

"Alhamdulillah ya Allah." Zena tak henti-hentinya bersyukur di atas sajadah. Akhirnya sebentar lagi dia bisa melihat dunia lagi. Athala yang sedari tadi mendengar doa-doa istrinya sedikit tersentuh.

"Ya Allah ... Apa hamba sudah salah menilai istri hamba?"

Selesai shalat malam Zena merapihkan alat shalatnya dan berdiri menggunakan tongkatnya. Dia meraba kasur dan tak sengaja menyentuh wajah suaminya.

"Maaf mas." Zena menunduk dan naik ke kasur dengan pelan. Namun Athala malah menarik Zena ke pelukannya.

DEG

Jantung Zena berdebar kencang dan pipinya merah bagai tomat. "Tidur! Udah malam!" Ucap Athala singkat. "Mas juga tidur yah istirahat, terima kasih ya mas sudah ijinin aku untuk operasi." Kata Zena lembut.

Athala tak menjawab dia semakin mengeratkan pelukannya. Entah kenapa malam ini Atha seolah hanyut karena mendengar doa-doa istrinya. Tak lupa Zena juga selalu mendoakan sang suami. Itu yang membuat Atha sedikit terenyuh.

"Ternyata kamu segitunya enggak mau kehilangan aku. Padahal aku selalu kasar sama kamu Zena. Terbuat dari apa hati kamu?" Gumam Athala batinnya sembari mengelus rambut panjang istrinya.

Zena menghela nafasnya dadanya bergemuruh dengan perlakuan manis suaminya. Gimana dia bisa tidur? Kalau tangan Athala tak bisa diam daritadi?

"Aku mencintaimu mas...semoga kamu akan terus seperti ini."

Sudah sejak subuh Zena bangun seperti biasa. Hatinya berbunga bunga semalaman Athala tak melepaskan pelukannya.

CUP

Athala tiba tiba mencium kening Zena "Aku berangkat kerja dulu, panggil bibi kalau butuh apa-apa."

"Iya mas hati-hati." Balas Zena dengan lembut.

-

-

-

Bagai disambar petir siang bolong, siang itu Athala yang harusnya meeting bersama papihnya malah mendengar fakta yang mencengangkan di balik pintu ruangan papihnya.

BRAK

"Athala!"

"Papih, tolong jelasin ke Atha, apa maksud omongan papih sama om Bas, soal Luna yang hamil?" Tanya Athala dengan geram.

"Duduk! Papih akan menjelaskan semuanya! Ray, kasih semua buktinya ke Athala."

DEG

1
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Adnan Az
semangat thor
Yusna Wati
Alhamdulillah athala masih hidup jg semangat ngikutin cerita selanjutnya
Yusna Wati
selamatkan athala klo peran utamamy meninggal gk seru
Malika Shareefaputri27
keren ♥️♥️♥️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!