Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#4. KIYD.
Seketika sekelebat tentang Dygta kembali hadir ke dalam kepalanya.
Bayangan tentang kebersamaannya sebelum Dygta benar-benar menjadi pimpinan sebuah perusahaan besar.
Tak terhitung banyaknya pengorbanan yang telah dirinya berikan untuk pria itu.
Sosok Dygta yang masih menyayanginya. Mau menerima keadaannya yang belum juga bisa hamil. Pria itu bahkan selalu menolak ketika sang mami memintanya menikah lagi.
Akan tetapi, kesabaran pria itu terkikis juga. Apalagi, Nadia sempat beberapa kali melakukan pemeriksaan rutin untuk program hamil. Dygta mulai merasa apa yang mereka lakukan sia-sia saja.
"Kenapa kau sekarang jadi kejam begini padaku, Mas Dygta," gumam Nadia lirih.
"Kau bahkan menjadikanku seorang gembel jalanan. Karena perbuatanmu, calon anakku tiada. Karenamu aku tak ingin lagi hidup di dunia ini. Aku harus mati. Agar aku dapat merasuk kedalam mimpimu, Dygta!"
Nadia sontak mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Mencari benda yang mungkin bisa mewujudkan keinginannya untuk mengakhiri hidup di dunia.
Sementara itu, Leo nampak keluar dari dalam lift dengan pakaian kasual. Sepertinya pria itu akan berlatih seperti biasa.
"Apa wanita itu sudah sadarkan diri?" tanya Leo pada Black.
"Tadi sudah Tuan. Red, yang kini mengurusnya," jawab Black, mengalihkan sebentar perhatiannya dari tablet yang ia genggam.
"Panggil dia. Aku ingin latihan menembak. Mungkin dia mau dengan suka rela menjadi target hidupnya. Dia ... masih mau mati kan?" ucap Leo tenang dan santai.
Bahkan Black sendiri menanggapinya langsung dengan menelan ludahnya kasar.
"Bukankah tadi Tuan sengaja menyelamatkannya karena tak mau dia mati? Lalu kenapa sekarabg--?" Black sungguh tak dapat menerka apa yang ada dalam pikiran tuannya ini.
Di dalam kamar, Nadia masih mencari apa saja yang sekiranya dapat memuluskan keinginannya.
Persetan dengan semua yang ia miliki, wanita itu hanya ingin mati.
Padahal, dia tidak akan pernah bisa balas dendam ketika menjadi arwah nanti.
Nadia hampir saja menemui sesuatu hingga pintu kamarnya di buka.
Klekk!
Nadia terkesiap dan langsung berdiri mematung ketika, pria bertubuh tegap yang rambutnya di kuncir kebelakang ini menatapnya tajam.
"Ikut aku! Tuan memanggilmu!"
_______
"Halo, sayang. Aku sudah di baseman," ucap Dygta dari balik telepon seluler. Pria itu baru saja keluar dari mobil mewahnya. Dia baru saja mengantar Clara pulang karena kekasih gelapnya itu, ternyata datang bulan. Semua rencananya untuk bersenang-senang hingga pagi pun buyar seketika.
"Benarkah, kau sungguh mengunjungi kediamanku? Ah, baiklah honey aku akan segera ganti baju," sahut wanita genit di seberang telepon.
Mereka baru berkenalan beberapa kali. Tetapi, wanita ini rupanya sangat menyukai Dygta.
"Baiklah, ganti baju yang seksi ya."
"Kau ini nakal sekali, Dygta!"
Pria itu pun terkekeh, setelah menutup teleponnya. Isi kepalanya sudah membayangkan yang enak-enak.
"Sepertinya, wanita ini cukup bisa membuatmu bersenang-senang. Dia pikir aku bisa menahan hasratku ini. Wanita bodoh!
Sesampainya di atas, tepatnya di lantai 17.
Setelah memencet bel, beberapa kali. Pintu pun di buka, hingga menampilkan satu sosok yang sungguh memanjakan, mata pria lapar sepertinya.
"Kau cantik sekali sayang, sungguh ****!" puji Dygta, membuat wanita di hadapannya langsung menubruk bibir seksinya dengan liar.
Mereka pun saling memagut tanpa jerak dan jeda. Saling membelit apa yang bisa dibelit. Mengabsen isi rongga mulut masing-masing dari keduanya. Hingga suara decapan yang berisik keluar dari pasangan tak tau malu ini.
Dasar penjahat kelamin kau Dygta.
Pria yang tak bisa sehari pun tanpa hubungan dengan wanita. Bahkan ketika Nadia menjadi istrinya, pria ini begitu hyper dan rakus.
Tak peduli keadaan Nadia, jika dia menginginkan hubungan badan maka istrinya itu harus ada untuknya.
Kembali ke mansion De Xarberg.
Nadia kini tengah berdiri gemetar sambil merentangkan tangannya dengan sebuah apel merah di atas kepalanya.
"Berdiri yang benar! Kalau kau gemetar terus, maka peluruku ini bisa saja salah sasaran, sehingga mengenai kening maupun bola matamu," teriak Leo.
Mendengar teriakan, tentu saja Nadia semakin tak bisa konsentrasi. Memang dia ingin mati, tapi bukan dengan menjadi sasaran tembak seperti ini. Ah, Nadia justru sangat takut dengan senjata api.
Tanpa menunggu kesiapannya, sebuah peluru terlepas dari senjata api tersebut.
Dorr!!
Akhh!!
Nadia berteriak kencang sambil seraya berjongkok dan menutup kedua telinganya dengan apel yang masih berada di dalam genggamannya.
Melihat raut wajah ketakutan serta tubuh gemetaran Nadia, membuat Leonardo menyeringai tipis.
Pria itu menyelipkan senjata api pada sabuk yang melingkar di pinggangnya yang ramping kemudian melangkah mendekat ke arah Nadia.
"Katanya mau mati, kenapa kau malah menghindar dari peluruku?" tanya Leo sengaja.
Hingga, Nadia langsung mendongak dan bangkit berdiri dengan tatapannya yang kesal ke arah Leo.
"Lakukan sekali lagi, tadi aku hanya kaget dengar suaranya yang kencang," kilah Nadia.
Wow, rupanya wanita ini masih bersikeras untuk mengakhiri hidupnya.
"Kau pikir, kau siapa bisa memerintahku seenaknya?" tukas Leo di depan wajah Nadia.
"Bukankah kau tinggal menembak saja. Apa susahnya?" pinta Nadia.
"Ck. Kau pikir aku mau mengotori tanganku untuk nyawa tak berhargamu ini?" cibir Leo merendahkan Nadia.
Pada saat ini, Nadia hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Cukup sudah, semua orang hanya bisa merendahkannya saja.
"Jika nyawaku memang tak berharga. Kenapa kau rela turun dari mobil mewahmu lalu menyelematkan aku! Katakan apa alasanmu!" pekik Nadia, seraya menatap tajam manik mata pria tinggi tegap yang menjulang di hadapannya.
"Tentu karena kau berguna untukku. Aku sudah menyelidiki siapa kau yang sebenernya dan juga siapa mantan suamimu yang penjahat kelamin itu," ucap Leo tepat di depan wajah Nadia. Hingga kedekatan mereka hanya berjarak beberapa senti.
Sialnya.
Ketika, Leo melihat Nadia dari dekat, bahkan ketika sorot mata almond itu menatapnya tanpa kedip. Bahkan, bulu mata Nadia yang lentik seakan bergerak-gerak menggodanya.
Leo, sempat terpaku sesaat.
Pria itu seperti terhipnotis dan tenggelam dalam pesona kecantikan Nadia yang tersembunyi dengan kesederhanaannya.
Untuk pertama kali, Leo merasakan debaran itu di dalam dadanya.
Debaran yang tak pernah ia rasakan setelah kekecewaannya bertahun-tahun lalu.
Tak berapa lama, kesadaran kembali menguasainya.
Leo berdecih, mengutuk dirinya yang sempat terbuai sesaat oleh pesona wanita.
"Apa-apaan ini. Menyebalkan!" decak Leo seraya mengalihkan pandangannya dan kembali menegakkan tubuhnya.
"Sebaiknya, sebelum kau mati ... balas dendam lah terlebih dulu kepada mantan suami laknatmu itu. Aku, akan dengan senang hati memberikan jembatan untukmu," ucap Leo lagi.
Pria itu menyimpan beberapa rencana di dalam kepalanya.
Pengusaha kotor yang licik macam Dygta nyatanya bukan rival yang sulit untuk ia basmi hingga ke akarnya.
Leo, bahkan tidak perlu mengotori tangannya untuk mempermalukan pria itu.
Bersambung
wc umum.
pas lah pasangan SM penjahat kelamin