NovelToon NovelToon
TRAGEDI KASTIL BERDARAH

TRAGEDI KASTIL BERDARAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

abella dan sembilan teman dekatnya memutuskan untuk menghabiskan liburan musim dingin di sebuah kastil tua yang terletak jauh di pegunungan. Kastil itu, meskipun indah, menyimpan sejarah kelam yang terlupakan oleh waktu. Dengan dinding batu yang dingin dan jendela-jendela besar yang hanya menyaring sedikit cahaya, suasana kastil itu terasa suram, bahkan saat siang hari.

Malam pertama mereka di kastil terasa normal, penuh tawa dan cerita di sekitar api unggun. Namun, saat tengah malam tiba, suasana berubah. Isabella merasa ada yang aneh, seolah-olah sesuatu atau seseorang mengawasi mereka dari kegelapan. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin malam, perasaan itu semakin kuat. Ketika mereka semua terlelap, terdengar suara-suara aneh dari lorong-lorong kastil yang kosong. Pintu-pintu yang terbuka sendiri, lampu-lampu yang padam tiba-tiba menyala, dan bayangan gelap yang melintas dengan cepat membuat mereka semakin gelisah.

Keesokan harinya, salah satu teman mereka, Elisa, ditemukan t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Lingkaran Neraka

Isabella berdiri terpaku di tengah tanah merah yang retak dan berasap, menatap horor dunia baru yang tidak ia pahami. Langit di atasnya terlihat seperti kobaran api, sementara suara jeritan jiwa-jiwa yang tersiksa menggema dari segala arah.

“Kau akhirnya tiba,” suara itu terdengar lagi. Pria bertopeng muncul dari kabut merah, kali ini tanpa kapak, hanya dengan senyuman yang lebih menyeramkan daripada sebelumnya.

“Di mana aku? Apa ini?” tanya Isabella, mencoba menahan rasa takut yang menghancurkan dirinya perlahan.

“Ini adalah tempat di mana jiwa-jiwa berdosa seperti kau berada,” jawab pria itu dengan tenang. “Kau sudah melampaui batas kastil itu, Isabella. Sekarang kau berada di inti dari semuanya—lingkaran neraka kastil ini.”

“Tidak!” Isabella mundur selangkah, menolak untuk percaya. “Aku tidak seharusnya ada di sini! Aku mencoba menyelamatkan semua orang!”

“Tetapi kau gagal,” pria bertopeng memotong. “Dan dalam kegagalanmu, kau membuat dirimu bagian dari lingkaran ini.”

---

Tantangan Pertama

Tiba-tiba, tanah di sekitar Isabella mulai bergeser. Retakan-retakan membesar, membuka jalan yang membawa ke berbagai arah. Di kejauhan, ia bisa melihat sosok-sosok yang familier—teman-temannya. Mereka berdiri diam, menghadap ke arahnya, tetapi mata mereka tidak lagi normal. Mata mereka memancarkan cahaya merah, seperti api yang terbakar di dalamnya.

“Kau tidak bisa lari dariku, Isabella,” suara Alex terdengar dingin. Ia melangkah maju, tubuhnya yang berlumuran darah tampak lebih mengerikan daripada sebelumnya.

Isabella menatap Alex dengan air mata di matanya. “Aku tidak bermaksud membahayakan kalian...”

“Omong kosong!” Lia berteriak, muncul dari sisi lain. “Kau tahu betul apa yang kau bawa ke sini! Kau tahu liontin itu berbahaya, tapi kau tetap membawanya!”

“Aku tidak tahu!” Isabella mencoba membela diri, tetapi teman-temannya sudah mendekat, mengelilinginya.

Tangan mereka mulai menjulur, mencengkeram tubuh Isabella dengan kekuatan yang luar biasa. Isabella meronta, mencoba melepaskan diri, tetapi genggaman mereka seperti baja.

“Kami akan membawamu bersama kami, Isabella,” kata Alex dengan suara serak. “Kau akan merasakan penderitaan yang sama seperti yang kami alami.”

Isabella melihat ke sekeliling dengan putus asa, mencari cara untuk melarikan diri. Kemudian, ia melihat cahaya kecil di kejauhan, seperti pintu keluar dari dunia mengerikan ini. Dengan kekuatan terakhirnya, ia mendorong teman-temannya, meraih liontin di lehernya, dan menghunuskan belati ke dalamnya.

---

Cahaya di Tengah Kegelapan

Liontin itu pecah lagi, dan cahaya putih yang kuat memancar darinya, menyilaukan semua orang di sekitarnya. Isabella merasa tubuhnya ditarik oleh kekuatan besar, seolah-olah ia diangkat dari jurang kegelapan.

Ketika ia membuka matanya, ia menemukan dirinya berdiri di sebuah ruangan kosong. Tidak ada tanda-tanda neraka, hanya keheningan yang menakutkan. Namun, di tengah ruangan itu, pria bertopeng berdiri, kali ini tanpa topengnya.

Wajahnya adalah gabungan dari semua orang yang telah meninggal di kastil. Alex, Lia, Ella—semua wajah mereka menyatu menjadi satu, menciptakan sesuatu yang tidak manusiawi.

“Kau tidak bisa kabur, Isabella,” kata pria itu dengan suara yang berlapis-lapis. “Kastil ini akan terus membawamu kembali, sampai kau menyelesaikan tugasmu.”

“Apa tugas itu?” Isabella berteriak, frustrasi. “Apa yang harus aku lakukan agar semua ini berakhir?”

Pria itu tersenyum lebar. “Kau harus menghadapi kebenaran.”

---

Pengkhianatan yang Terungkap

Tiba-tiba, ruangan itu berubah. Isabella kini berada di sebuah aula besar yang ia kenali—ruang makan kastil tempat mereka pertama kali berkumpul. Namun, kali ini, meja panjang di tengah ruangan dipenuhi dengan makanan dan minuman yang membusuk, sementara teman-temannya duduk di kursi-kursi, menatapnya dengan tatapan kosong.

“Apa ini?” tanya Isabella, gemetar.

“Kebenaran,” jawab pria bertopeng. “Ingatlah apa yang sebenarnya terjadi di malam pertama kalian di sini.”

Isabella mengerutkan kening, mencoba mengingat. Kemudian, ingatan itu menghantamnya seperti badai.

Ia ingat betapa senangnya mereka ketika menemukan kastil itu kosong. Mereka minum, tertawa, dan bersenang-senang—tetapi ada sesuatu yang lebih gelap terjadi malam itu. Isabella ingat menemukan liontin itu di sebuah laci tua di salah satu kamar. Ketika ia memegangnya, liontin itu berbisik kepadanya, menjanjikan kekuatan dan perlindungan.

Ia juga ingat membuka liontin itu, meskipun ada ukiran peringatan di sisinya. Segera setelah ia membukanya, hal-hal aneh mulai terjadi—teman-temannya mulai bertengkar, suasana menjadi tegang, dan akhirnya, pembunuhan pertama terjadi.

“Kau yang memulai semuanya,” kata pria bertopeng. “Kau membuka gerbang yang seharusnya tetap terkunci. Kau memanggilku, Isabella. Dan sekarang, kau harus menanggung konsekuensinya.”

Isabella jatuh berlutut, menutupi wajahnya dengan tangannya. “Aku tidak tahu... Aku tidak tahu ini akan terjadi...”

“Tapi itu tidak mengubah apa pun,” pria bertopeng melanjutkan. “Satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah dengan menyerahkan hidupmu sepenuhnya ke kastil ini. Hanya dengan begitu, siklus ini akan berakhir.”

---

Keputusan Terakhir

Isabella berdiri dengan susah payah, tubuhnya gemetar tetapi matanya penuh tekad. “Kalau begitu, aku akan melawanmu. Aku tidak akan menyerahkan hidupku tanpa perlawanan.”

Pria bertopeng tertawa pelan. “Kita lihat sejauh mana tekadmu bisa membawamu.”

Tiba-tiba, semua teman-temannya berdiri dari kursi mereka, berjalan mendekati Isabella dengan langkah yang lambat tetapi pasti. Wajah mereka yang kosong sekarang dipenuhi dengan kebencian dan dendam.

Isabella meraih belatinya, bersiap untuk bertarung. Ia tahu ini akan menjadi perjuangan terakhirnya, tetapi ia tidak akan menyerah. Kastil ini mungkin telah mengambil segalanya darinya, tetapi ia tidak akan membiarkannya menang tanpa perlawanan.

Ketika teman-temannya mulai menyerangnya, Isabella berteriak, melawan dengan sekuat tenaga. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan hanya tentang bertahan hidup—ini adalah tentang menebus kesalahannya dan menemukan cara untuk memutus siklus teror yang telah menghantui kastil ini selama berabad-abad.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!